BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar Belakang
Masyarakat melakukan berbagai kepentingan dalam hidupnya menggunakan bahasa. Bahasa merupakan sarana utama masyarakat dalam berkomunikasi. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi antaranggota masyarakat. Fugsi tersebut digunakan dalam berbagai lingkungan, tingkatan, dan kepentingan yang beraneka ragam, misalnya, komunikasi dalam dunia ilmiah, dunia bisnis, dunia jurnalistik, dunia hukum, dan masih banyak yang lainnya. Manusia tidak dapat hidup seorang diri dalam kehidupan ini. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya setiap manusia pasti memerlukan kerja sama dengan manusia lain. Untuk itulah manusia harus berkomunikasi dengan manusia lain. Mereka berkomunikasi dalam berbagai lingkungan di tempat mereka berada: antaranggota keluarga-komunikasi keluarga, antaranggota masyarakat- komunikasi sosial, antarlembaga dalam lingkungan kerja-komunikasi kerja, antarpengusaha dalam lingkugan bisnis - komunikasi bisnis, antarilmuwan – komunikasi ilmiah, dan sebagainya. Bahasa juga digunakan oleh manusia untuk memahami manusia yang lain sebagaimana ia memahami dirinya sendiri. Melalui bahasa manusia dapat memahami berbagai hal yang mencakup dirinya, misalnya kepribadian, emosi, intelektual, kecerdasan, karakter, paradigma yang melandasi pemikiran, dan juga semua hal yang diperbuatnya. Di samping itu bahasa juga dapat digunakan sebagai pembeda kelompok sosial. Tampilan bahasa seseorang ditentukan oleh keadaan sosial di mana pembicaraan itu berlangsung dan bagaimana pembicara tersebut memilih lambang-lambang bahasa yang sesuai dengan peranannya baik sebagai, anak, suami, istri, pegawai, orang tua, mahasiswa, dosen, guru, pejabat pemerintahan, polisi, hakim, pengacara, jaksa, hingga masyarakat umum. Hal inilah yang menimbulkan adanya pembedaan penggunaan bahasa menurut bidang pekerjaan, jenis kelamin, usia, dan tingkatan si pengguna bahasa. Dari hal tersebutlah sehingga timbul jenis ragam bahasa yang berbeda, seperti bahasa kanak-kanak, bahasa wanita, bahasa kaum terpelajar, bahasa ahli teknik, bahasa kaum buruh, bahasa kedokteran, bahasa jurnalistik, dan bahasa hukum. 1.2. Identifikasi Masalah
Dibawah ini akan dipaparkan beberapa permasalahan yang akan diidentifikasi:1. Apa perbedaan antara Kata majemuk, idiom,dan frasa.2. Peran kata Frase Endosentris koordinatif dalam pembentukan sebuah kalimat pada kolom tajuk rencana pada Koran Republika.3. Bagaimana konstruksi kata frase endosenris koordinatif pada kolom tajuk rencana pada Koran repbulika.4. Apakah pengunaan frase endosentris koordinatif pada tajuk rencana republika sudah cukup efektif?
1.3 Pembatasan Masalah Dari beberapa kemungkinan masalah yang telah dikemukakan di atas maka penelitian ini akan dibatasi pada kalimat ragam tulis dalam kolom tajuk rencana pada Koran Republika. Aspek yang akan diteliti mencakup aspek penggunaan frase endosentris koordinatif dan fungsinya.
1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana penggunaan frase endosentris koordinatif dalam ragam tulisan kolom tajuk rencana pada koran Republika.1.5 Kegunaan Penelitian1. Sebagai sumbangan untuk pengembangan keilmuan Linguistik Indonesia.2. Sebagai sumbangan pengembangan bahasa Indonesia.3. Sebagai sumbangan bagi pembinaan para Mahasiswa.4. Sebagai sumbangan pengetahuan pustaka masyarakat umum.
BAB IILANDASAN TEORI
2.1. Landasan Teori
Frase adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif (Rusyana dan Samsuri 1976) atau satu konstruksi ketatabahasaan yang terdiri atas dua kata atau lebih.Abd. Syukur Ibrahim, dkk berpendapat bahwa frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa. Beberapa contoh: gedung sekolah itu, yang sedang membaca, akan pergi, sakit sekali, kemarin pagi, di halaman. Dari batasan di atas dapatlah dikemukakan bahwa frasa mempunyai dua sifat, yaitu:1.Frasa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.2.Frasa merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya frasa itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa, yaitu S, P, O, Pel, atau Ket.Abdul Chaer (1994) menyatakan frasa lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Baik dari definisi yang pertama maupun yang kedua kita lihat bahwa yang namanya frasa itu pasti terdiri lebih dari sebuah kata, pembentuk frasa itu harus berupa morfem bebas, bukan merupakan morfem terikat. Jadi, konstruksi belum makan dan tanah tinggi adalah frasa; sedangkan konstruksi tata boga dan interlokal bukan frasa, karena boga dan inter adalah morfem terikat. Dari definisi itu juga terlihat bahwa frasa adalah konstruksi nonpredikat. Ini berarti, hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase itu tidak berstruktur subjek-predikat atau berstruktur predikat-subjek. Oleh karena itu, konstruksi seperti adik mandi dan menjual sepeda bukan frasa; tetapi konstruksi kamar mandi dan bukan sepeda adalah frasa. Dari definisi itu terlihat pula bahwa frasa adalah konstituen pengisi fungsi-fungsi sintaksis. Oleh karena itu dapat diakatakan kelompok-kelompok kata yang berada dalam kotak-kotak fungsi pada bagan di bawah ini, yaitu nenek saya, sedang membaca, buku humor, dan di kamar tidur adalah frasa. Sedangkan kata nenek, membaca, komik, dan kemarin yang terdapat dalam bagan itu juga bukanlah frasa melainkan kata.SPOKetNenek sayasedang membacabuku humordi kamar tidurNenek membacakomikKemarin
Frase endosentris adalah frase yang seluruhnya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan perilaku salah satu komponennya. Berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya, frasa dibagi menjadi dua, yaitu Frasa Endosentris dan Frasa Eksosentris.Frase endosentris dibedakan menjadi frase endosentris berinduk tunggal dan frase endosentris berinduk jamak.Frase endosentris Berinduk Tunggal (Frasa Modifikatif)Frase endosentris berinduk tunggal terdiri atas induk yang menjadi penanda kategorinya dan modifikator yang menjadi pemerinya. Frase endosentris berinduk tunggal dapat diperinci sebagai berikut:1. Frase Nominal2. Frase Pronominal3. Frase Verbal4. Frase adjectival5. Frase Numeral Berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya, frasa dibagi menjadi dua, yaitu Frasa Endosentris dan Frasa Eksosentris.
Frasa Endosentris, kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu, dpat digantikan oleh unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu yang disebut unsur pusat (UP). Dengan kata lain, frasa endosentris adalah frasa yang memiliki unsur pusat.Contoh:Sejumlah mahasiswa(S) diteras(P).
Kalimat tersebut tidak bisa jika hanya ‘Sejumlah di teras’ (salah) karena kata mahasiswa adalah unsur pusat dari subjek. Jadi, ‘Sejumlah mahasiswa’ adalah frasa endosentris.
Frasa Endosentris Berinduk Banyak
Frasa Endosentris Koordinatif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang berbeda diantara unsurnya terdapat (dapat diberi) ‘dan’ atau …‘atau’,’maupun’,’dan’, ‘ke’, ‘makin’, ‘baik’.Contoh:rumah pekarangansuami istri dua tiga (hari)ayah ibupembinaan dan pembangunanpembangunan dan pembaharuanbelajar atau bekerja.
Frasa Endosentris Atributif, yaitu frasa endosentris yang disamping mempunyai unsur pusat juga mempunyai unsur yang termasuk atribut. Atribut adalah bagian frasa yang bukan unsur pusat, tapi menerangkan unsur pusat untuk membentuk frasa yang bersangkutan. Contoh:pembangunan lima tahunsekolah Inpresbuku baruorang itumalam inisedang belajarsangat bahagia.
Kata-kata yang dicetak miring dalam frasa-frasa di atasseperti adalah unsur pusat, sedangkan kata-kata yang tidak dicetak miring adalah atributnya.
Frasa Endosentris Apositif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang sama. Unsur pusat yang satu sebagai aposisi bagi unsur pusat yang lain.Contoh:Ahmad, anak Pak Sastro, sedang belajar.Ahmad, …….sedang belajar.……….anak Pak Sastro sedang belajar.Unsur ‘Ahmad’ merupakan unsur pusat, sedangkan unsur ‘anak Pak Sastro’ merupakan aposisi. Contoh lain:Yogya, kota pelajarIndonesia, tanah airkuBapak SBY, Presiden RIMamad, temanku.
Frasa yang hanya terdiri atas satu kata tidak dapat dimasukkan ke dalalm frasa endosentris koordinatif, atributif, dan apositif, karena dasar pemilahan ketiganya adalah hubungan gramatik antara unsur yang satu dengan unsur yang lain. Jika diberi aposisi, menjadi frasa endosentris apositif. Jika diberi atribut, menjadi frasa endosentris atributif. Jika diberi unsur frasa yang kedudukannya sama, menjadi frasa endosentris koordinatif.
BAB IIIHASIL ANALISIS3,1. Deskripsi DataPenelitian ini membahas tentang penggunaan Frase endosentris koordinatif pada kolom tajuk Koran Republika. Data ini diambil dari tajuk rencana pada Koran Republika selama tujuh hari.
Senin, 22 Desember 2008Menyikapi RUU BHPPada dasarnya, baik reaksi keras mahasiswa, keberatan dari berbagai kalangan, maupun kritik-kritik yang masuk pada ujung-ujungnya adalah apakah perguruan tinggi bisa menampung orang miskin untuk kuliah.Keterangan: Frase endosentris koordinatif yang partikelnya baik,menunjukkan bahwa komponen kalimat yang ada dikanan dan seterusnya mempunyai makna sama pentingnya. Dan partikel maupun mempunyai arti yang sama pentingnya juga dengan kalimat yang ada disamping kanan dan kirinya.
Selasa,23 Desember 2008Ancaman PHK…,pekerja yang sudah mengalami pemutusan hubungan Kerja (PHK) dan dirumahkan sudah mencapai 20 ribu lebih. Sedangkan yang sudah direncanakan jumlahnya mencapai dua kali lipatnya.
Dan untuk itu, baik pemerintah maupun dunia usaha mestinya tak cuma lantang bicara. Keterangan :Partikel dan seperti pada kalimat diatas bahwa pekerja yang sudah di-PHK tidak sama maknanya dengan yang dirumahkan. Makna PHK lebih mempunyai makna konotasi daripada dirumahkan. Jadi hubungan ini tidak mempunyai arti koordinatif.
Rabu, 17 Desember 2008Mari Mencintai Ibu!Jumlah mereka sangat sangat banyak, puluhan atau ratusan juta.Keterangan:Partikel atau menerangkan tentang jumlah yang sama pentingnya untuk diketahui antara puluhan dan ratusan.
Kamis, 18 Desember 2008Rutan untuk KoruptorRutan khusus kita harapkan kita harapkan pula menjadi penawar bagi kesulitan kita selama ini untuk mengakses kondisi lembaga pemasyarakatan ataupun rumah tahanan. Keterangan:Partikel ataupun pada kalimat diatas menerangkan tentang kondisi lembaga pemasyaraka yang perlu diakses atau rumah tahanan.
Jumat,19 Desember 2008Amanah TambangSehebat apa pun aturan yang kita buat, jika para pelaksananya tak memiliki visi nasionalistik dan tidak bersih, semuanya menjadi tidak berarti.Keterangan: Partikel dan mempunyai makna untuk menerangkan kepentingan tak memiliki visi nasionalistik dan tidak bersih.
Sabtu,20 Desember 2008 Mahkamah ‘kepentingan’ AgungTak peduli apakah sang hakim tua atau muda,masih ‘fresh’ atau sudah uzur.
Keterangan: Partikel atau dari kalimat diatas menerangkan tentang baik muda atau tua mereka masih dianggap penting.
Senin,15 Desember 2008Tangkap Koruptor!Baik hitam maupun putih tak ada yang bisa menghalagi para aparatur Negara untuk menangkapnya. Keterangan :Konjungsi korelatif seperti kata maupun menunjukkan kata hitam yang dianggap sama pentingnya dengan putih dalam hal tersebut.
BAB IVKESIMPULAN DAN IMPLIKASI
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan data yang ada dan telah dianalisis maka diperoleh kesimpulan:
1. Tidak semua partikel atau konjungsi korelatif mempunyai arti untuk menerangkan hubungan yang sederajat atau sama pentingnya.2. Pada konjugsi korelatif, yaitu seperti baik…maupun dan makin…makin tidak semuanya menunjukkan hubungan yang sederajat antar kalimat.
4.1. ImplikasiAnalisis ini dilakukan untuk meneliti apakah penggunaan frase pada Koran Harian Republika sudah cukup tepat. Dan ternyata memang bisa dikatakan sudah cukup tepat
DAFTAR PUSTAKAProf.Dr.E.Zaenal Arifin dan Dra.Junaiyah H.M., M.Hum.2008.SINTAKSIS.Jakarta:P.T.Grasindo.Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo,Hans Lapoliwa, dan Anton M.Moeliono.2003.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga.Jakarta:Balai Pustaka.Badudu,J.S.1983. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar.Jakarta:Gramedia.Parera,Jos Daniel.1993.Sintaksis.Jakarta:Gramedia PustakaUtama.Ramlan,M.1978.Sintaksis.Yogyakarta:UB Karyono.
Jumat, 04 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar