BAB IPENDAHULUANI.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang telah disepakati dan dipahami oleh masyarakatnya. Cecara praktis bahasa digunakan untuk berinteraksi, bekerjasama, bertukar pikiran, mengemukakan dan mengekspresikan pendapat-pendapatnya lewat bahasa, manusia dapat mengkomunikasikan segala yang dilihat, didengar dan dirasakannya pada manusia lain. Bahasa pun tetap menjadi sarana yang efektif untuk menuangkan ide-ide, pengalaman, nilai-nilai kejadian yang dibungkus dengan penghayatan secara mendalam, sebagai ekspresi jiwa dari seorang pencipta karya sastra. Pencipta karya sastra mampu mengapresiasikan sastra melalui kegiatan mendengarkan, menonton, membaca dan melisankan maupun menuliskan karya sastra baik berupa puisi, prosa, maupun drama. Dengan adanya penghayatan secara mendalam itulah seorang pencipta karya sastra memasukkan unsur-unsur sosial tertentu ke dalam karyanya. Roman merupakan penggambaran potret kehidupan manusia dengan berbagai liku-liku yang mewarnainya seperti kesedihan, kebahagiaan, kegagalan, percintaan, dan lain-lain. Unsur-unsur sosial tersebut dibungkus oleh perenungan dan kontemplasi pengarang agar tersampaikan secara ilmiah tanpa ada kesan menggurui. Unsur-unsur yang melatarbelakangi lahirnya suatu karya berdasarkan dari sudut pandang pengarangnya untuk melihat pandangan dunia.
I.2 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar-belakang masalah di atas, maka dapat diajukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:1) Apakah ada unsur estetik dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya ahmada Tohari?
2) Adakah unsur pemikiran estetika tertentu dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk ?
I.3 Perumusan MasalahBerpijak pada latar belakang pertanyaan penelitian, dan fokus penelitian maka masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah: “Adakah unsur estetik dalam novel“Ronggeng Dukuh Paruk" karya Ahmad Tohari?
I.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat para pembaca sastra,antara lain :1) Bagi pembacanya : Menjadi pembanding antara cara berpikir dalam alam bawah sadar pengarang dengan alam sadar serta lingkungan pembaca.2) Bagi Pembacanya :Mendapatkan pembelajaran berharga dalam membuat suatu roman mengangkat segi kejiwaan seseorang yang juga dapat mendidik bangsa untuk lebih maju.3) Untuk Peneliti ; sebagai calon sastrawan diharapkan mampu membuat roman yang dapat mengangkat kreatifitas dan imajinasi yang dapat menjadi inspirasi dan motivasi agar menghasilkan kaya-karya yang orisinil dan memajukan kreativitas dalam pembuatan sebuah karya yang baik.
BAB IILANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
2.1 Landasan Teori Dikemukakan beberapa teori yang sesuai dengan tujuan penelitian ini, yang meliputi ; Hakikat pendekatan estetika. 2.1.1 Hakikat Pendekatan EstetikaIlmu Estetika adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang keindahan , mempelajari semua aspek dari apa yang kita sebut indah.Misalnya apa arti Indah? Apakah yang menumbuhkan rasa indah itu? Apa yang menyebabkan barang yang satu dirasakan indah sedangkan yang lain tidak, apakah yang menyebabkan rasa indah pada orang berbeda? Pertanyaan –pertanyaan seperti itu merangsang manusia untuk berfikir dan mengadakan penyelidikan .Ilmu Estetika baru berkembang sejak perkembangan pesat di Eropa pada abad 17 dan 18 dalam segal bidang ilmu pengetahuan. Ilmu estetika dapa tmemperoleh manfaat dari penggunaan hasil penyelidikan dari perkembangan ilmu yang ada.
Istilah Estetika dipopulerkan oleh Alexander Gottlieb Baumgarten (1714 - 1762) melalui beberapa uraian yang berkembang menjadi ilmu tentang keindahan.(Encarta Encyclopedia 2001, 1999)Baumgarten menggunakan instilah estetika untuk membedakan antara pengetahuan intelektual dan pengetahuan indrawi. Dengan melihat bahwa istilah estetika baru muncul pada abad 18, maka pemahaman tentang keindahan sendiri harus dibedakan dengan pengertian estetik.
Jika sebuah bentuk mencapai nilai yang betul, maka bentuk tersebut dapat dinilai estetis, sedangkan pada bentuk yang melebihi nilai betul, hingga mencapai nilai baik penuh arti, maka bentuk tersebut dinilai sebagai indah. Dalam pengertian tersebut, maka sesuatu yang estetis belum tentu ‘indah’ dalam arti sesungguhnya, sedangkan sesuatu yang indah pasti estetis. Terhadap hal ini, tugas tugas yang diberikan pada perkuliahan Nirmana 3 Dimensi adalah bentuk bentuk yang memiliki nilai betul, walaupun pada beberapa tugas tertentu sebagian siswa dapat mencapai nilai indah.Banyak pemikir Seni berpendapat bahwa keindahan berhubungan dengan rasa yang menyenangkan seperti Clive Bell, George Santayana, dan R.G Collingwood.(Sutrisno,1993)
Terdapat beberapa pendapat mengenai definisi dari estetika sendiri, salah satu definisi yang cukup lengkap diberikan oleh Hospers, "aesthetics is the branch of philosophy that is concerned with the analysis of concepts and the solutions of problems that arise when one contemplates aesthetic objects. Aesthetic objects, in turn, comprise all the objects of aesthetic experience; thus, it is only after aesthetic experience has been sufficiently characterized that one is able to delimit the class of aesthetic objects"( Sutrisno,1993.Hal 16).
Jika mengacu pada pendapat Hospers, maka diperlukan satu sikap khusus bagi seseorang agar dapat mencari pengalaman estetik, termasuk pengamatan objek estetik ataupun penciptaan objek estetik itusendiri.Dalam kajian filsafat, pemahaman mengenai estetika dapat dibagi menjadi dua pendekatan yaitu,1. Langsung meneliti keindahan itu dalam obyek-obyek atau benda-benda atau alam indah serta karya Seni.2. Menyoroti situasi kontemplasi rasa indah yang sedang dialami oleh pengamat ( pengalaman keindahan yang dialami seseorang).(\Sutrisno,hal81)
Salah satu pernyataan mengenai estetika dirumuskan oleh Clive Bell, "keindahan hanya dapat ditemukan oleh orang yang dalam dirinya sendiri telah memiliki pengalaman sehingga dapat mengenali wujud bermakna dalam satu benda atau karya Seni tertentu dengan getaran atau rangsangan keindahan".
Persoalan mengenai dasar pengalaman estetis sendiri muncul sejak abad 18 setelah berkembangnya matematika. Semua pemikir cenderung mencari dasar dasar yang kuat yang bersifat matematis untuk moral, politik hingga estetika. (Sutrisno, hal 82)
2.2 Kerangka Berpikir Karya sastra terutama novel dapat menjadi sarana yang sangat efektif bagi penyampaian, pengenalan, pengahayatan dan pemahaman unsur-unsur estetik dalam suatu budaya di masyarakat. Unsur yang ingin disampaikan secara alamiah tanpa ada kesan menggurui. Untuk memahami sebuah roman dapat dilakukan melalui pendekatan estetika.
BAB IIIANALISIS
3.1 AnalisisCerita dimulai dari tokoh Srintil yang merupakan toko sentral dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk. Srintil adalah seorang ronggeng yang sangat dipuja-puja oleh kaum Adam di Desa Dukuh Paruk. Ronggeng dukuh paruk mengambil setting di Dukuh Paruk, yaitu sebuahpedukuhan kecil yang dikelilingi oleh sawah dan jauh dari desa lain. Setting lain yaitu di desa Dawuan, desa yang lebih maju dari pada dukuh paruk danmerupakan desa terdekat dari Dukuh Paruk.Dukuh Paruk adalah sebuah Pedukuhan yang hanya dihuni oleh orang –orangseketurunan. Mereka memperacyai bahwa moyang mereka adalah Ki Secamenggala,yakni seorang bromocorah yag sengaja mencari daerah paling sunyi sebagai tempatmenghabiskan riwayat keberandalannya. Kehidupan Dukuh Paruksangat miskin, segala sesuatunya digantungkan pada alam, sehingga pola berpikirnya pun masih terbelakang.Taenahdi daerah ini sangat gersang dan tandus, hanya ketelalah yang bisa tumbuh. Meskipun demikian,kekerabatan warganya sangat dekat, kental, dengan adat yang berbeda dari daerahlain. Salah satunya adalah keberadaan ronggeng, bagi mereka ronggeng adalah
BAB IVKESIMPULAN DAN SARANDAFTAR PUSTAKATohari,Ahmad.2003.Ronggeng Dukuh Paruk.Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama .Endraswara,Suwardi .2008.Metodologi Penelitian Sastra.Yogyakarta: MedPress.Moleong,Lexy,J.1988.Metodolgi Penelitian Kualitatif.Bandung:PT.Remaja Rosdakarya. Fananie, Zainuddin.2001. Telaah sastra. Surakarta : IKIP Muhammadiyah Press.
Jumat, 04 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar