Powered By Blogger

magelang

magelang
jalan-jalan truz

Jumat, 11 Desember 2009

laporan bedah buku

Judul buku: Kritik sastra kiriJudul resensi : Kritik Sastra Kiri: Sebuah Pengantar KomprehensifPengarang : Jiwa AtmajaPenerbit : UDAYANA UNIVERSITY PRESSTahun terbit : cetakan pertama, Mei 2009Tebal halaman: viii+176 halamanKota : Jakarta


KRITIK SASTRA KIRI (Sebuah Pengantar Komprehensif)
BAB I1.1 PENDAHULUAN
Kritik sastra, hal yang menjadi sikap atas permulaan dari semua gejolak yang ada dalam menyikapi berbagai kemungkinan dalam fenomena di masyarakat. Fenomena-fenomena yang hadir kemudian dianalisis menggunakan pendekatan sosiologi sastra yang mencoba mengaitkannya dengan latar pengarangnya. Bermula dari dalam pagar sosiologi sastra inilah muncul suatu kritik sastra kiri. Menelusuri kritik Marxis melalui Lukacs orang akan bertemu dengan tokoh Goldmann yang satu tipikal dan sangat dekat dengan George Lukascs muda. Goldmann mencoba untuk menjelaskan homologi ketimbang harus membuktikan hubungan yang erat antara kelompok social dengan perilaku kesusastraan. Teori Goldmann difokuskan dalam setiap teori-teori strukturalisme dan sosiologi serta filsafat yang mempengaruhi pandangannya. Pada teori Goldmann bukan model penelitian yang hendak penelitisn yang meneliti gaya hidup pengarang, namun hendak menemukan dan mengungkapkan pandangan dunianya. pandangan dunianya yang hendak dicapai lalu digunakan dalam menemukan suatu fungsi eksistensi dalam karya sastranya. Maka dari itu digunakanlah karya besar dari suatu pengarang dalam menemukan pandangan dunia baik secara individu atau kelompoknya.Kritik sastra telah mengembangkan suatu metode evaluasi yang baru (sehingga) tidak lagi bersifat lokal seperti negara Perancis dan Inggris, namun penelitian dalam perkembagan kritik sastra mempunyai kecendrungan yang asli dari jaman dahulu sampai sekarang. Tujuh kecendrungan itu adalah (1) kritik sastra Marxisme, (2) kritik sastra Psikoanalisis (3) Kritik Linguistik (4) kritik sastra Eksistensialisme(5) kritik formalisme baru (6) kritik srukturalisme (7) kritik mitos.Diantara kecendrungan itu, kritik Marxisme menjadi yang paling berkembang. Kritik tersebut berkembang luas pada abad ke-19. Hal ini disebabkan teori Marxis yang digunakan untuk berbagai kepentingan, mulai dari cara memberikan penjelasan fenomena sosial dalam sastra, lalu ada yang menggunakannya sebagai “senjata” dalam menghadapi berbagai polemik.Kritik sastra ini bermula dari hipotesis yang mengatakan bahwa hampir semua sifat yang mengalir dalam tubuh manusia budaya yang semua sifat kecenderungannya merupakan sistem pribadi di dalam upaya memberi jawaban bermakna dari situasi tertentu; dan cenderung pula menunjukkan upaya yang bersifat penyeimbangan antara dirinya dengan objek yang berada di dalam lingkungan sosialnya. Cikal –bakal Kritik Sastra KiriDalam hubungan logis, buku ini mencoba untuk memisahkan antara sosiologi isi dan sosiologi struktural. Perbedaan itu meliputi beberapa hal, di antaranya (1) suatu karya sastra dianggap merefleksikan kesadaran kelompok social, dan (2) mereka berbeda dalam hal melihat kepentingan elemen-elemen novel yang bertalian dengan kesadaran kelompok sosialnya. Dalam hal ini sosiologi isi dianggap lebih penting karena digunakan untuk membahas karya-karya sastra biografis, sedangkan kritik sastra kiri (genetik) lebih efektif digunakan untuk membahas hubungan social karya besar yang muncul di dalam dunia kesusastraan itu sendiri. Kritik sastra bermula dari hipotesis yag mengatakan hampir semua sifat kecendrungan manusia budaya sekaligus nerupakan sistem pribadi di dalam upaya memberi jawaban bermakna dari situasi tertentu; dan yang cenderung pula menunjukkan upaya yang bersifat penyeimbangan antara dirinya dengan objek yang berada di dalam lingkungan sosialnya. Adapun dalam buku ini menyebutkan bahwa kritik Marxis hanya menggunakan “Sosiologi sastra” yang mengkaji novel-novel dipublikasikan dan apakah karya-karya itu menyebutkan kelas pekerja? Namun, juga menyeret teks-teks sastra ke dalam bentuk ,gaya, dan makna. Namun ini juga berarti bentuk penyerapan bentuk, gaya,dan makna tersebut sebaai bentuk sejarah tertentu (Ealeto, 2002:4) hal.125
BAB II2.1 SINOPSIS
KE ARAH SOSIOLOGI NOVEL Pada bab ini penulis banyak menerangkan tentan sosiologi dan sastra. Dalam dunia sastra terdapat dua istilah yang berbeda, antara sosiologi sastra dan sosiologi dan sastra. istilah sosiologi sastra tidak termasuk ke dalam sosiologi dan sastra, meskipun perkataan sosiologi sastra terdiri dari kata sosiologi dan sastra. kemudian menurut Alan dan Diana Swingewood sosiologi [dari] sastra mengacu kepada unsur intrinsik yang memanfaatkan fakta. Sedangkan soiologi dan sastra adalah displin sosiologi yang digunakan untuk menelaah fakta sastra, antara lain (a) melihat sastra sebagai dokumen sosio-budaya yang mencerminkan zamannya, (b) yang melihat segi penghasil karya sastra dan (c) yang melihat segi penerimaan karya sastra. dari suatu karya sastra.
ASPEK METODOLOGIS KRITIK SASTRA KIRI
Bab yang menerangkan berbagai aspek metodologis yang mencakup dua hal, yakni metode positivistik dan metode dialektik. Metode positivistic tidak menilai terhadap karya sastra yang digunakan sebagai data. Karya sastra dianggap sebagai dokumen yang mencatat unsure-unsur sosio-budaya dan setiap unsur dalamnya dianggap secara langsung mewakili sebuah usnur sosio-budayanya (Junus,1986:2).Pendekatan dialektik hanya menilai karya sastra yang hanya bernilai sastra atau karya sastra yang kuat, karena keseluruhan karya sastra ini membentuk jaringan yang kohesif dari segala unsurnya. akan tetapi kedua metode ini, sama-sama bermula dana berakhir pada teks. Meskipun demikian perbedaaan yang mendasar adalah dialektik memperhitungkan persoalan koherensi struktural dalam karya sastra, sedangkan metode dialektik memperhitungkannya (Goldmann,1977:8). Koherensi structural mengenai fakta-fakta kemanusiaan yang tetap abstrak, apabila tidak dibuat konkret dengan mengintegrasikannya ke dalam keseluruhannya (Goldmann, 1977:7).Sosiologi sastra mungkin berkembang dengan pemusatan teks. hal sebab unsur nilai yang terkandung dalam sebuah novel bisa tidak tersampaikan di dalamnya, melainkan menyampaikan suatu kejadian-kejadian yang tentu masih harus integral dengan dunia ciptaannya.
KRITIK SASTRA KIRISELAYANG PANDANG
Dalam bab yang menenkankan pada hipotesis Goldmann yang menyebutkan bahwa kreasi budaya manusia itu sendiri mengandung substansi yang tidak jauh berbeda dengan watak manusia itu sendiri, yang tidak mungkin sepenuhnya melawan hokum alam, ataupun konvensi yang berlaku. Estetika dalam novel yang diabaikan teori sosiologi sastra menjadi hal yang menjadi pendukung keshahihan gagasan kritik sastra kiri.
KRITIK SASTRA KIRIINTERPRETASI LEBIH LANJUT
Interpretasi lebih lanjut bermaksud untuk menjelaskan tentang sosiologi sastra yang telah dijelaskan dalam Bab kedua, yakni menerangkan tentang struktural genetis. pengaruh-pengaruh dalam Bab ini memberikan beberapa interpretasi dari para tokoh sastra Nasional seperti, Sapardi Djoko Damono dan Umar Junus.Ciri-ciri Konseptual Kritik Sastra KiriUntuk memahami ciri-ciri konseptual pendekatan kritik sastra kiri diperlukan pemahaman latar belakang epistemologis (pemunculan) teori strukturalisme-genetik Goldmann. Dalam hubungan ini, beberapa komentar mengenai hal itu dapat direnungkan, antara lain seperti dikemukakan Eagleton, Umar Junu sebagai berikut.Eagleton mengatakan bahwa pendekatan strukturalisme-genetik menempati posisi antara strukturalisme yang ahistoris dan historis di satu pihak dan posisi antara dektum engels dan Hegelian (dialektika) di pihak yang lainnya. Umar junus juag mengatakan bahwa Goldmann menggunakan konsep dialektika yang bersumber dari Engels dan Hegelian. Lalu adanya pengaruh Marxisme pada pandangan teoretik Goldmann (Junus, 1982:42).
BAB IIIPENUTUP3.1 KESIMPULAN
Buku ini membahas ciri-ciri metodisnya yang dilakukan dengan maksud untuk menegaskan strukturalisme-genetik dengan kejelasan ciri konseptualnya. Hal ini dapat dibayangkan untuk aplikasi kalangan besar. Ciri ini berangkat dari sifat pembawaan pada teori pendekatan genetika itu sendiri yang berangkat dari gagasan untuk mengembankan model yang menyebutkan bahwa ada kecendrungan manusia menstrukturasikan diri sebagai cara menjawab situasi sosial.Buku ini lebih menekankan pada teori Goldmann dengan cakupan telaah yang mempengaruhi pandangannya. Dengan latar belakang teori Goldmann maka diketahui tipikalitas, ciri-ciri, serta pandangan-pandangannya tentang karya besar.
3.2 KELEMAHANKelemahan dari kritik sastra genetik adalah pada upaya penggagasnya untuk melihat unsur intrinsik novel, yang disebutnya dengan struktur bermakna (significant). Hal ini dimaksudkan untuk mengisi kekurangan sosiologi sastra isi yang umumnya hanya merenggut isi novel begitu saja, tanpa usaha untuk menempatka novel sebagai karya seni yang ada gilirannya adalah karya sastra. Teori yang diambil dari beberapa tokoh tentang pandangannya terhadap Marxis, membuat buku ini terkesan tumpang tindih untuk menghadirkan teori tersebut. karena masing-masing tokoh memiliki gaya pemikiran yang melandasi pandangan mereka akan pemikiran Marxis.
3.3 KELEBIHANBuku yang sarat akan isi dari ide Golmann yang mengungkap hubungan antar structural-genetisnya dengan pemikiran Marxis,membuat suatu kemajuan dalam bidang kritik sastra mutakhir, klasik dengan bebas. Hal ini didukung oleh adanya batasan data empiris yang jelas, yakni data empiris yang dianggap sebagai unsure penyumbang kepada struktur dan yang dapat disispkan ke dalam suatu karyabesar. Kedua struktur yang menurut pandangan sosiologi sastra lain dilihat berbeda namun Goldmann memandangnya sama, setidaknya berhubungan secara sistematis. Dari hasil pengamatan, nampaknya buku ini layak dimiliki oleh pemerhati ktirik sastra lalu para mahasiswa dan dosen yang ingin memperkaya khasanah ragam kritik sastra mutakhir pada jaman modern ini.

Jumat, 04 Desember 2009

tugas Apdram

Pementasan teater yang berjudul “10 Perempuan Baca Karya” ini merupakan pementasan yang diselenggarakan dalam rangka memperingati hari wanita. Lokasi tempat pertunjukan sastra terletak dikawasan Pasar Minggu Jakarta Selatan tepatnya di kawasan Jalan Salihara No. 16 Pasar Minggu. Didalam gedung Salihara ini terdapat banyak sarana yang sangat bagus dan lengkap mulai dari café hingga tempat pertunjukkan yang sangat megah bagaikan auditorium tempat pementasan drama sungguhan. membuka sebuah pertunjukan, awal mulanya dibunyikan dengan sebuah gong berukuran sangat besar yang terdapat disamping gedung pementasan drama.
Acara dimulai tepat pukul 20.00 WIB. Ada beberapa perbedaan yang sangat menonjol antara hari pertama pembukaan dengan hari-hari berikutnya, diantaranya adalah antusiasme penonton pada hari pertama pembukaan tidak begitu banyak tetapi pada hari-hari berikutnya sangat sesak sekali sampai-sampai ada beberapa penonton yang melihat pementasan dengan beralaskan karpet atau ada yang duduk di tangga.

Acara pada hari pertama berakhir pada pukul 22.00 WIB dan pada hari berikutnya acara juga berakhir pada pukul 22.00 WIB. Antusiasme para penonton dihari pertama dan kedua sangat membludak sekali, sampai-sampai para kru yang bertugas sulit untuk mengkonsentrasikan para penonton yang berdatangan.
Pada hari kedua penampilan pertama diisi oleh sastrawati yang bernama Helvi Tiana Rossa dengan menampilkan sebuah cerpen yang sangat menarik yang berjudul “ Sih dan K as “. Pada penampilan kedua diisi oleh seorang sastrawati yang bernama Oka Rusmini ddengan membacakan beberapa kumpulan puisinya yang sangat indah dan menarik. Puisi-puisi tersebut diantaranya adalah “ Pandora, Euforia, dan warna kita “. Penampilan ketiga diisi oleh Abidah El-Khaeleqi. Dia membacakan cuplikan cerpen yang berjudul “Nirzuna” yang menceritakan tentang kancah politik dalam negeri. Penampilan keempat diisi oleh Djenar Mahesa Ayu dengan membacakan sebuah cerpen yang berjudul “ air “ yang menceritakan tentang kehidupan wanita tunasusila. Penampilan terkahir diisi oleh sastrawati yang bernama Dewi Lestari. Cuplikan novel yang dia bacakan adalah novel yang berjudul “ recto Verso”yang menceritakan tentang seorang wanita yang mencari arti hidup.



Alur pertunjukkan
1. Helvy Tiana Rosa ( 20:15-20:54 )
Tata panggung : Lampu panggung merah biru dan kuning
Background layar gambar pohon


Artistik pendukung : Kursi taman, Mesin ketik, Kursi dan meja mesin ketik
Teknik adegan Helvy Tiana Rosa member salam terlebih dahulu sebelum membacakan cerpen

2. Oka Rusmini
Tata panggung : lampu panggung biru merah dan kuning
background layar “muka anak kecil yang meneteskan darah”

Teknik Adegan
Muncul langsung membacakan judul Puisi yang ingin dibacakan dan pembawaan beliau sangat tenang.

3. Abidah Elkhaeleiqi
Tata panggung : Lampu panggung biru dan kuning, Background layar kembang
Teknik membacakan : Sebelum dia membacakan cerpen terlebih dahulu dia member salam ke penonton

4. Djenar Mahesa Ayu
Tata panggung : Background garis abstrak, Sound system
Peñata artistik pendukung : Bangku bar (satu tidak jadi dipakai), Sekaleng bir bintang

5. Dewi Lestari
Tata panggung : Lampu panggung hijau dan kuning, Background layar air abstrak, Sound system





Perbandingan antara Helvi Tiana Rosa dengan Dewi Lestari
A. Dewi Lestari
Dewi Lestari adalah seorang sastrawati dan juga beliau seorang penyanyi yang sangat sudah terkenal. Novel yang dia bacakan adalah sebuah novel yang berjudul “ Recto Verso “ yang menceritakan seorang wanita yang mencari jatidiri atau arti hidupnya. Penampilan yang ia tampilkan sangat memukau dan menarik bagi para penonton yang melihat acara ini. Ekspresi yang diciptakan oleh seorang Dewi Lestari saat membaca novelnya dan didukung dengan lantunan puisi yang indah yang terdapat dalam novel tersebut yang di bawakan dengan alunan nyanyian yang membuat seolah-olah novel yang dia bacakan hidup dan hadir ditengah-tengah para penonton. Pembacaan yang dilakukan oleh seorang dewi lestari bagaikan hembusan angin yang menyentuh raga yang dapat menghanyutkan dan membawa para penonton untuk masuk kedalam nuansa indah sebuah novel yang ia bacakan.


B. Helvi Tiana Rosa
Helvi Tiana Rosa adalah seorang sastrawati yang sangat terkenal didunia sastra di Indonesia. Dia sangat aktif dalam berbagai kegiatan yang berbau sastra dan juga sangat aktif dalam acara atau sebuah acara yang berbau tentang dunia sastra. Dia juga mewnjadi seorang dosen di Universitas Negeri Jakarta Fakultas Bahasa dan Seni Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Di sosok para mahasiswanya, Helvi Tiana Rosa adalah dosen yang sangat familiar dan bersahabat di mata mahasiswa dan mahasiswinya. Teknik pemanggungan yang dia lakukan adalah dengan menggunakan lampu lighting yang sederhana tetapi sangat berkesan untuk sebuh cerita yang dia bawakan. Background yang ditampilkan dalam layar pementasan sangatlah simple, kaerena hanya menampilkan sebuah pohon yang bisa menggambarkan bahwa tempat itu memang benar-benar ditaman. Teknik adegan atau pemunculan yang dia pergunakan sangat menarik dengan cara menyapa atau memberi salam kepada seluruh penonton yang hadir dalam acara tersebut. Hal ini dilakukan agar seolah-olah para penonton diajak untuk ikut serta dalam cuplikan cerita yang dia tampilkan. Sementara itu dalam penataan artistic yang digunakan adalah sebuah kursi taman, mesin ketik dan kursi beserta meja mesin ketik. Kursi taman di tambah dengan backgriound pohon benar-benar bias menyakinkan atau menggambarkan kepada penonton bahwa itu benar-benr seddang berada ditaman.








Kesimpulan
Terdapat perbedaan yang sangat mencolok sekali antara cara pembacaan yang dilakukan oleh Dewi Lestari dengan Helvi Tiana Rosa. Pembacaan yang dilakukan oleh Dewi Lestari sangatlah serius dan terkesan menarik. Namun Dewi Lestari terkesan tidak menguasai panggung. Daya jelajah yang terlalu sempit sehingga membatasi ruang geraknya. Sementara itu yang dilakukan oleh Helvi Tiana Rosa terkesan mengjidupkan para penonton yang sedang menyaksikan acara tersebut

tugas filologi

Suaranya.....sangat merdu serta dengan tangan meratapMaka demikian halnya tuanku katanya ayahanda pemulanya Sayang pasangkan patik kanda jangan patik ayahanda tanggalkanTinggalkan segobang tupagu sekali-sekali patik tidak sengkakanBengkaklah obat penawar jari wahai Menegur segera............ diberi baginda kanda persembahanAngkut..................hulubalang permaisuri tidak terkata-kataSehingga cucur air matanya sambil melihat .......bagi meratap........... baginda ...........................Air matanya cucuran bagai mata air kedengaran suara sayap..Air matanya yang juga meleleh hendak tidak berkata bolehTidak menoleh kanan dan kiri bedaya rasanya anggotanya sekalianTidak kuasa menahan kehendak rasanya sangat bisa daripadaKe angkasa yang..... dengan......yangDihadapan ... sudahlah mungkin rajaKakanda diberi pelanduk... dewa yang........Tidaklah ..... sudahlah...Kedengaran kedalam kota bertambah didalam

skripsi metlit 2

BAB IIDENTITAS SKRIPSI NAMA : Siti BadriahJUDUL SKRIPSI : Hubungan ingatan semantik dengan keterampilan berbicara siswa kelas XI SMA NEGERI 76 JAKARTA PROGRAM STUDI : Pendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaJUMLAH HALAMAN : 183 halamanTAHUN PEMBUATAN : tahun 2007
aBAB IIISI SKRIPSI
BAB I :Pada bab ini mengkaji masalah latar belakang dalam ingatan. Yaitu terdiri dari ingatan episodik dan ingatan semantik.ingatan episodikadalah ingatan yang berkaitan dengan hal-hal yang sudah terjadi pada diri seseorang tanpa harus menarik kesimpulan. Ingatan semantik berkaitan dengan konsep-konsep yang bermakna, yaitu berupa kata-kata yang bermakna.Lalu keterampilan berbicara yang merupakan salah satu bagian atau subaspek standar kompetensi. Siswa diarahkan untuk mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai bentuk wacana lisan nonsastra sesuai keperluan dan konteks.Dari uraian di atas, maka ingatan yang berkaitan dengan kegiatan berbahasa, terutama berbicara adalah ingatan semantik. Menurut beberapa ahli menyatakan bahwa ingatan semantik merupakan ingatan yang berkaitan dengan pembentukan kata yang bermakna,kata, dan satuan bahasa lainnya, yaitu frase, klausa, serta kalimat. Keterkaitan ingatan semantik dengan keterampilan berbicara memang tidak dapat dipisahkan. Jadi, dalam proses berbahasa terutama dapat berjalan dengan baik dan lancar karena adanya ingatan semantik.
BAB II
Pada bab kedua, penulis menerangkan tentang landasan teori tentang hakikat ingatan, hakikat semantik, hakikat ingatan semantik, hakikat keterampilan, hakikat berbicara, dan hakikat keterampilan berbicara.Dalam hakikat ingatan, seperti yang dikemukakkan oleh Sujanto, ingatan terdiri dari ingatan logisdan ingatan mekanis. Ingatan mekanis artinya hsnys untuk kesan-kesan penginderaan. Sedangkan ingatan logis artinya ingatan untuk kesan-kesan yang mengandung pengertian.Selanjutnya menurut astini ingatan terdiri dari ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang. Perbedaan ingatan jangka pendek dan jangka panjang hanya terletak pada lamanya waktu penyimpanan informasi.kemudian dalam ingatan jangka panjang terdiri dari ingatan episodik dan ingatan semantik. Ingatan episodik berkaitan dengan sesuatu yang sudah terjadi dengan diri seseorang tanpa melakukan suatukesimpulan. Sedangkan ingatan semantik berkaitan dengan sesuatu yang tersusun dengan baikdan bermakna, seperti kata-kata yang bermakna.Lalu hakikat semantik yang membahas tentang pemerolehan makna. Makna yang terdapat dalam suatu kata sangat tergantung pada jenis bahasa yang digunakan oleh pemakai bahasa karena bahasa bersifat manasuka atau yang disebut dengan arbitrer. Berkaitan dengan hal ini, Chaer mengemukakkan “Bahasa bersifat arbitrer, artinya tidak ada hubungan wajib antara lambang dengan konsep yang ditandai.Pemerolehan makna perkataan melalui konteks linguistik ini berkaitan dengan bahasa tulis, misalnya suatu teks, sedangkan bentuk bunyi berhubungan dengan pengucapan suatu kata yang diucapkan olehseseorang kemudian analisis morfem berkaitan dengan bentuk-bentuk morfem.Hakikat ingatan semantik adalah ingatan yang berhubungan dengan makna, baik makna gramatikal maupun leksikal.Menuut Verhaar yang dikutip Chaer bahwa semantik terdiri dari :a. Semantik Gamatikal ( tata bahasa) yang meliputi sintaksis dan morfologi. Semantik gramatikal ( tata bahasa) membahas proses struktur intern kata, pembentukan kata, dan membahas hubungan kata dengan kata dalam membentuk satuan yang lebih besar, yaitu frase, klausa, dan kalimat.b. Semantik Leksikal, membahas tentang leksem-leksem suatu bahasa. Leksem dapat berupa kata dan dapat juga gabungan kata.
Dari uraian di atas bahwa ingatan semantik sebagai suatu proses penguasaan terhadap sesuatu yang bermakna sangat berkaitan dengan kegiatan berbahasa terutama berbicara. Kegiatan berbicara dapat diaplikasikan melalui kegiatan belajar dapat dikelompokkan atau dikategorikan sesuai dengan tingkah laku belajar.Menurut Bloom bahwa kategori belajar terdiri dari :1. Pengetahuan; 2. Pemahaman;3. Aplikasi;4. Analisis;5. Sintesis;6. Evaluasi;
Dalam ingatan semantik, selain mencakup unsur semantik, sintaksis, leksikal, juga mencakup unsur morfologi. Unsur morfologitersebut terdiri dari pembentukan kata dan nasalisasi. Menurut Su’udibahwa “Pembentukan kata dan nasalisasi merupakan indikatorsemantik. Berkaitan dengan indikator tersebut, maka dapat dipergunakan salah satu morfem untuk pembentukan kata, seperti morfem pe-N dengan berbagai bentuk alomorfnya. Siswa atau subyek ditugaskan untuk menentukan jenis alomorfnya yang sesuai untuk pembentukan kata turunan, jika siswa dapat menjawab denan tepat dalam waktuyang cepat,maka siswa tersebut dapat menjawab dengan tepat dalam waktu yang cepat, maka siswa tersebut memiliki ingatan semantik yang baikjadi, berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ingatan semantik adalah ingatan yang berkaitan dengan kata-kata bermakna dan satuan bahasa lainnya.Hakikat berbicara adalah menyampaikan sebuah ide atau kata, juga menggunakan bunyi artikulasi atau kata, juga menggunakan sejumlah otot berupa gerakan tubuh. Jadi, berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah komunikasi lisan yang terjadi antaranggota masyarakat yang berfungsi untuk menyampaikan ide, pesan maupun gagasan berupa bunyi-bunyi artikulasi dan gerakan tubuh. Hakikat keterampilan berbicara adalah kemampuan menyampaikan gagasan,pikiran, dan perasaan melalui bunyi-bunyi bahasa yang bermakna.
BAB IIIBab ini menerangkan tentang ada tidaknya hubungan ingatan semantik dengan keterampilan berbicara siswa SMA. Lalu tempat dilaksanakan penelitian ini di SMA Negeri 76 Jakarta pada semester genap tahun ajaran 2005?2006 pada siswa XI IPA.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitisn ini adalah metode deskriptif dengan studi korelasi.penelitian ini untuk melihat hubungan antara dua Variabel, yaitu :variabel bebas dan variabel terikat.Instrumen penelitian ini berupa:a. Tes ingatan semantik ;b. Tes keterampilan berbicara dengan melakukan perekaman.
Instrumen penelitian yang dimaksud adalah berupa tes ingatan semantik dengan materi dari sintaksis, morfologi, semantik, dalam bentuk bentuk pilihan ganda. Lalu instrumen keterampilan berbicara berupa tabel penilaian yang terdapat beberapa aspek penilaian yaitu: pengucapan vokal, pengucapan konsonan, ketepatan nada, ketepatan tekanan, pilihan ungkapan, Diksi, tata bentuk, struktur, ragam kalimat, dan variasi kata dengan tingkat skala, 1-5






BAB IIIKELEBIHAN DAN KEKURANGAN3.1. KelebihanDalam skripsi yang mermbahasa hubungan kebahasaan yaitu semantik dengan keterampilan berbicara, untuk meningkatkan kemampuan berbicara memang saling berkaitan. Jika seseorang mempunyai ingatan mengenai makna saat ia bertutur kata maka dari makna itulah akan menambah ingatannya dalam mengolah kemampuan berbicarnya.
3.2 Kekurangan Yang perlu dikaji dalam ingatan semanik harusnya berupa teks yang diberikan oleh sang guru. Misakan guru memberikan gambaran tentang suatu benda maka siswanya harus mencari makna dari benda tersebut. Lalu dihubugkan dengan ingatan semantiknya. Di daalam skripsi ini sisa hanya diberi arahan untuk membuat naskah berupa pidato dengan kemampuannya sendiri.




BAB IVKESIMPULANDalam hakikat ingatan, seperti yang dikemukakkan oleh Sujanto, ingatan terdiri dari ingatan logisdan ingatan mekanis. Ingatan mekanis artinya hsnys untuk kesan-kesan penginderaan. Sedangkan ingatan logis artinya ingatan untuk kesan-kesan yang mengandung pengertian.Lalu hakikat semantik yang membahas tentang pemerolehan makna. Makna yang terdapat dalam suatu kata sangat tergantung pada jenis bahasa yang digunakan oleh pemakai bahasa karena bahasa bersifat manasuka atau yang disebut dengan arbitrer. Berkaitan dengan hal ini, Chaer mengemukakkan “Bahasa bersifat arbitrer, artinya tidak ada hubungan wajib antara lambang dengan konsep yang ditandai.Pemerolehan makna perkataan melalui konteks linguistik ini berkaitan dengan bahasa tulis, misalnya suatu teks, sedangkan bentuk bunyi berhubungan dengan pengucapan suatu kata yang diucapkan olehseseorang kemudian analisis morfem berkaitan dengan bentuk-bentuk morfem.

Sejarah Musik Klasik

Sejarah Musik KlasikMusik klasik adalah komposisi musik yang lahir dari budaya Eropa sekitar tahun 1750-1825. mulai dari periode klasik, Barok, Rokoko, sampai periode Romantik. Berikut adalah penggolongan sejarah musik Barat : Zaman Pertengahan (476-1450) Zaman renaisans (1450-1600) Zaman Barok (1600-1750) Zaman Klasik (1740-1830) Zaman Romantik (1815-1910) Abad 20 (1900-2000) Abad 21 (2001-sekarang)Pada abad pertengahan, musik modern barat mengalami perubahan besar dari musik satu suara (monofonik) menjadi musik dengan beberapa suara (polifonik) seperti kanon (lagu yang sama dinyayikan beberapa kelompok dalam waktu yang berlainan saat masuknya) dan madrigal (nyayian bersama dari empat atau lima suara).Lagu-lagu duniawi yang muncul, biasanya merupakan lagu kerakyatan yang banyak dibawakan oleh para musik keliling.Musik klasik seperti yang biasa dikenal oleh masyarakat awam, sebenarnya terdiri dari beberapa periode musik, yakni : periode / zaman Renaisans, zaman Barok, zaman Klasik, dan zaman Romantik.
a. Periode RenaisansZaman renaisans terjadi sekitar 1450 sampai tahun 1600. seperti halnya masa renaisans yang berjalan secara bertahap, ciri khas musik renaisans muncul secara bertahap pula. Musik opera juga mulai berkembang, diawali dengan bentuk solo instrumen dan koor besar.
b. Periode Barok dan Rakoko Pada sekitar tahun 1600 sampai 1750, berkembang jenis musik barok dan rokoko. Istilah ini didapat dari dunia seni rupa dan arsitektur yang sedang berkembang pula pada saat itu. Musik barok banyak memakai nada-nada penghias (ornament). Dalam penampilan musik barok pun terdapat banyak pembedaan dinamik antara bagian keras (forte) dan lembut (piano).
c. Periode KlasikZaman klasik berlangsung hampir selama satu abad, yaitu abad ke-18 sampai abad ke-19. banyak dipakai crescando (makin keras) dan desrescendo (makin lembut), accelerendo (tempo makin cepat) dan ritardando (tempo makin lambat), akor, dan penggunaan nada penghias yang terbatas. Bentuk musik sonata, simfoni, concerto, dan musik kelompok kecil (kuartet, kuint), serta karya-karya lepas (pieces) pun mengalami penyempurnaan.
d. Periode RomantikZaman Romantik berlangsung antara tahun 1800-an sampai dengan dekade pertama abad ke-20 dalam sejarah musik. Zaman ini berkaitan dengan gerakan romantik pada sastra, seni, dan filsafat yang terjadi sekitar tahun 1780-1840. musik pada abad ke-20 pada dasarnya menyukai ketidakraturan dan penggunaan bunyi-bunyian sehari-hari. Misalnya penemuan gramafon, radio, tape recorder, televisi, synthesizer, sampai komputer.
2. Sejarah Musik JazzPada tahun 1930-an, musik jazz mulai muncul sebagai peralihan dari musik tradisional orang Amerika kulit hitam menuju musik populer. Seperti halnya musik blues, saudaranya yang tumbuh beriringan, jazz pada awalnya dapat dikategorikan sebagai musik tradisi, musik yang mewakili sebuah masyarakat kulit hitam yang terdiskriminasi di Amerika Serikat.Semenjak revolusi jazz 1960, musik jazz justru semakin terpisah dari aliran musik yang lain. Memang, musik jazz kemudian benar-benar berkembang menjadi sebuah musik dengan tingkat kesulitan tinggi sebagaimana musik klasik. Sejak sekitar tahun 1950, musik jazz telah bergeser menuju komunitas intelektual dan akademisi. Istilah adult contemporary (AC) yaitu aliran musik yang ditujukan bagi kalangan dewasa muda yang berusia 30 tahun keatas. Adapun musik-musik yang dapat digolongkan sebagai AS adalah :a. FusionFusion lahir sekitar akhir dekade 1960. Miles Davis seorang musisi jazz menggabungkan musik bibop dan cool jazz juga roack dan soul/R&B.b. JazzyJazzy berarti musik yang sedikit bernuansa jazz. Istilah ini diambil biasanya untuk musik populer yang mengambil unsur jazz. Misalnya swing, soul, bossanova dan sebagainya. Salah satu musik jazzy yang paling disukai anak muda adalah acid jazz.
3. Sejarah Musik SkaMusik ska lahir tahun 1962 di Jamika dari perpaduan musik R&B dan mento (paduan musik Afrika dan Jamaika). Awalnya, musik ska bersifat instrumental. Lalu berkembang juga unsur vokalnya. Dalam perekembangannya, musik ska mengalami perubahan terutama pada geraknya, yaitu sekitar tahun 60-an.
4. Sejarah Musik PockMusik rock adalah salah satu aliran musik yang beriraman keras. Musik ini mendominasi musik barat sejak tahun 1955, dimulai dari Amerika Serikat. Musik rock muali menjadi aliran musik rock sejak tahun 1959 dengan pemusik berkulit putih. Jenis musik rock pertama adalah rock ’n’ roll, muncul di Amerika Utara pada tahun 1950. tahun 1950,musik rock ‘n’ roll disamakan dengan musik hitam R&B . Tahun 1960, the Beatles datang ke Kota New York untuk siaran radio. Pada tahun 1980-an, beberapa goup musik rock mendapatkan minat penggemar yang cukup besar.
5. Sejarah Musik POPSejarah musik POP di Indonesia bisa dibilang diawali oleh sebuah group yang cukup terkenal pada tahun 1970-an. Nama goup ini adalah Koes Plus. Kelompok ini dibentuk pada tahun 1969. Koes plus merupakan pelopor musik POP di Indonesia. Group lain yang seangkatan dengan Koes Plus adalah Panbers, Mercy’s dan D’Lloyd. Pada tahun 1972-1976, Koes Plus sedang booming. Bahkan menurut catatan, pada tahun 1974 Koes Plus mengeluarkan 22 Album termasuk album instrumentalia dan tahun 1975 mereka mencetak 10 album.
6. Sejarah Musik DangdutBerawal dari periode kolonial Belanda, waktu itu ada perpaduan alat musik Indonesia, Arab dan Belanda yang dinamakan bersama-sama dalam Tanjidor. Sepanjang abad 19, banyak pengaruh dari luar diserap oleh masyarakat Indonesi. Misalnya pengaruh cari Cina yaitu ansambel Cina-Betawi yang disebut gambang kromong dan juga keroncon. Tahun 1940, musik tradisional tersebut secara bertahap bercampur dengan musik Melayu yang sudah moder waktu itu.Tahun 1950, para musisi keroncong modern dan musisi Melayu memadukan kedua musik ini menjadi musik Melayu Deli. Tahun 1953, P. Ramlee – seorang aktor dari Malaysia – membawa sukses lagu-lagu Melayu Deli melalui film-filmnta yang berjudul”Djuwita”.
7. Sejarah Musik ReggaeReggae berakar dari musik mento, ska dan rocksteady (aliran ska yang lebih lambat). Reggae mulai berkembang pada akhir tahun 60-an di Jamaika. Istilah reggae sendiri tidak jelas aslanya. Diperkirakan berasal dari kota Jamaika untuk orang lusuh/orang biasa. Salah satu tokoh yan sangat berjasa pada perkembangan musik reggae adalah Bob Marley. Bob adalah tokoh legendaris yang dikenal sebagai bagian dari gerakan pembebasan kaum buruh di Jamaika yang diperlakukan tidak adil oelh kaum elit dalan tatanan sosial.
8. Rhythm dan BluesSalah satu sumber kebanyakan aliran musik populer abad ke 20 adalah Blues. Aliran ini mulai berkembang pada tengah abad lalu di Amerika diantara orang kulit hitam yang kebanyakan merupakan buruh kasar. Rhythm dan Blues adalah musik penyatuan budaya Amerika dan Afrika setelah Perang Dunia II (1939-1945) yang juga merupakan tanggapan terhadap musik populer Amerika. R&B adalah paduan dari jenis musik blues, jazz, boogie-woogie dan musik gospel. Artis utama yang menampilkan gaya R&B adalah Nat King Cole pada tahun 1950.“Blues orang kulit putih” yang kadang-kadang juga diakui oleh musisi kulit hitam. Misalnya musik John Mayall, Alexis Korner dan Group Cream. Namun pada era 1980 beberapa penyanyi dunia mulai membangkitkan musik R&B ini menjadi musik yang sangat digemari. Musik R&B kemudian sangat berkembang luas ini pada masa-masa sekarang antara lain:Kanye West, Young Buck, Nelly, R. Kelly, Jay-Z, Destiny’s Child, Lil Romeo, Mist Elliot, Ja Rule, Mario, Fabalus dan sebagainya.
B. TOKOH-TOKOH MUSIK MODERNTokoh musik adalah orang yang mendukung atau mengabadikan karyanya bahkan hidupnya untuk perkembangan musik. Dalam setiap jenis musik pasti ada tokoh yang berperan dalam sejarah dan perkembangan musik tersebut.1. Tokoh Musik Klasika. Zaman Renaisans (1450 – 1600)Beberapa komponis pada zaman renaisans adalah Giovanni Pierluigi da Palestina, Orlande de Lassus dan William Byrd. b. Zaman Barok (1600 – 1750)Beberapa komponis zaman Barok adalah Claudio Monteverdi, Henry Purcell, Johann Sebastian Bach, George Frideric Handel, dan Antonio Vivaldi.
George Frideric HadelHandel lahir di Halle, kota kecil di Jerman Tengah, tanggal 23 Februari 1985. Ayahnya seorang ahli bedah dan tukang cukur. Ayahnya tidak menyukai musik. Sehingga, Handel dilarang bermain musik dan dipaksa menjadi seorang ahli hukum. Namun, Handel mengunjungi istana Pengeran Wissenfels, Handel memainkan organ. Pangeran sangat kagum dan meminta Handel menekuni musik dengan lebih serius lagi. Handel belajar kepada Friedrich Wilhelm Zachov, seorang komponis dan pemain organ.Pada usia 17 tahun ia masuk universitas untuk belajar hukum. Handel lebih cepat terkenal lewat dua operanya yaitu Almira dan Nero yang dimainkan di Hamburg.
c. Zaman Klasik Komponis atau tokoh yang terkenal pada zaman ini adalah Joseph Haydn, Muzio Clementi, Johann Ladislaus Dussek, dan Carl Philip Emanuel Bach. Komponis paling terkenal pada zaman ini adalah Wolfgang Amadeus Mozart dan Ludwig van Beethoven.
• Wolfgang Amadeus MozartWolfgang Amadeus Mozart dilahirkan di Salzburg, Austria pada tanggal 27 Januari 1956. Ayahnya, Leopold Mozart, juga seorang komponis, pemain biola dan pengarang buku. Buku Wolfgang adalah anak ke tujuh. Namun, dari tujuh anak hanya dua yang hidup yaitu Wolfgang dan kakak perempuannya Nanrel.Wolfgang bersama dengan kakaknya Nanrel mengikuti tur yang diselenggarakan oleh ayahnya selama 3 tahun ke Vienna, Paris dan London. Pendidikan ilmiah dia dapat dari ayahnya termasuk matematika dan berbagai bahasa seperti bahasa Latin, italia, perancis dan inggris.Di Italia, wolfgang membuat dua opera yaitu ‘Mitridate dan Lucia Sillia’. Karya mozart yang terpenting adalah’Symphony No. 25 in G Minor K. 183 dan ‘Symphony in A Major K 201’ yang dibuat tahun 1773 dan 1774. pada tahun 1784 – 1786 mozart menciptakan opera ‘La Nozze de Figaro’ Pernihakan Figaro) yang sangat terkenal.
• Ludwig Van BeethovenAyah Beethoven yaitu Johann Van Beethoven bekerja sebagai penyanyi tenor untuk Pangeran Bonn. Johann Van Beethoven memaksa anaknya latihan piano berjam-jam karena menginginkan anaknya menjadi Mozart.Guru Geethoven adalah Cristian Gottlob Neefe. Pada tahun 1983, Beethoven menciptakan tiga sonata yang didedikasikan kepada Pangeran Franz. Pada tahun 1787, Bethoven pergi ke Wina dan bertemu dengan Mozart lalu memainkan piano di depannya. Guru Beethoven lainnya adalah Johann Schenk, George Alberchtsberger dan Antonio Salieri.Karya-karya Beethoven yang terkenal adalah Sonata in C Major “Pathetique”, Op. 13. Sonata piano’Moonlight Sonata”Pastorale Sonata, Variasi cello pada ‘Beimannern’ Welche Liebe Fuhle’milik Mozart, Quintet Op. 18 Septet in Mayor Op. 20 dan Quintet Op. 29.Pada pertengahan 1801, Bethoven menyadari bahwa daya pendengarannya mulai berkurang akibat otoslerosis.pada tahun 1802, Bethoven kembali bangkit dan menciptakan karyannya lagi yaitu ‘Piano Concerto in mayor. OP 37 juga Violin Sonata Op. 47. pada tahun 1805 dia mengubah Symphony No. 3 in Eroica, Op. 55. Simponi didedikasikan untuk kepahlawanan Napoleon Bonaparte, tetapi Beethoven marah setelah Napoleon mengumumkan dirinya sebagai kaisar.
d. Zaman Romantik (1815-1910)Beberapa komponis zaman ini adalah Franz Scubert, johann Strauss Sr., Felix Mendelsoohhn, Frederich Chopin, Robert Schumann, Ricahard Wagner, Giuseppe Verdi, dan Johannes Brahms.Frederich ChopinKomponis yang cukup terkenal pada zaman ini adalah Frederic Chopin. Copin dilahirkan di sebuah kota kecil di dekat Warsawa Polandia. Chopin adalah sosok komposer yang mengembangkan konsep artistik dalam permainan piano.Karya Chopin antara lain adlah dua konserto piano empat balada ‘Fantasy in F Minor’berceuse’Barcarolle’tiga sonata’prelude etude, mazurka, nocturne, waltze, polonaise, impromptu, scherzo, rondo, marche dan beberapa variasi dari semua itu.
2. Tokoh Musik JazzEra 1920-1930 adalah zamannya jazz big band. Salah satunya adalah kelompok big band yang dipimpin Fletcher henderson. Misalnya Bix Beiderbecke, seorang solois cornet yang bermain dengan kelompok big band dan menjadi legenda pada masa itu.Era 1930 era swing, muncul musisi jazz terkenal sepanjang masa antara lain Glenn Miller, Benny Goodman, Tommy Dorsey, Artie Shwa dan Count Basie. Disamping mereka ada nama-nama top lainnya seperti saxophinis Johny Hodges, Paul Gonzales, Lester Young, Coleman Hawkins dan Ben Webster. Peniup terompet kala itu adalah Roy Eldridge, Harry Edison, Cootie Williams dan Charlie Shavers. Vokalis Jazz yang terkenal kala itu adalah Billie Holiday, Dinah Washington dan Ella FitsgeraldSeiring perkembangan musik jazz, di tahun 1960-an. Muncul musisi jazz yang memainkan musik Fussionn. Miles Davis juga adalah tokoh yang mempelopori lahirnya jazz fussion. Di antara musisi-musisi ini ada beberapa tokoh legendaris yang sangat berpengaruh dalam perkembangan musik jazz, yaitu:• Louis Armstrong (1901-1971)• Duke Ellington (1899-1974)• Charlie Parker (1920-1955)• Dizzy Gillespie (1917-1993)• Milles Davis (1926-1991)• John Caltrane (1926-1967)• Ornatte Coleman (lahir – 1930)
Di Indonesia tokoh Jazz yang sangat berperan dalam perkembangan musik jazz antara lain adalah :• Abadi Soesman• Aminoto Kosim (arranger, musisi, dan pencipta lagu)• Bubi Chen (pemain keybord dan piano)• Bill Saragih yang juga merangkap sebagai vokalis Jazz)• Chandra Darusman (arranger dan musisi)• Dwiki Darmawan (arranger dan musisi)• Embong Raharjo(pemain saksofon)• Erwin Gutawa (arranger, musisi dan pencipta lagu)• Gilang Ramadhan (pemain Drum)• Jack Lesman (arranger, musisi, pencipta lagu dan vokalis)• Ireng Maulana (arranger dan musisi)• Mus Mujiono (gitaris)• Lulu Purwanto (pemain biola)• Balawan (gitaris)
3. Tokoh Musik SkaTokoh musik jazz tidak bisa lepas dari sejarah musik ska yang berasal dari Jamaika. Salah satu tokoh yang sangat berperan besar pada lahirnya musik ska adalah Cecil Bustamente Cambell yang terkenal dengan sebutan “Price Buster” dan gitarnya John Jerry
4. Tokoh Musik POPMusik POP sebenarnya adlah nama musik secara umum. Dengan demikian tokohnya pun kadang susah dibedakan antara musik POP dengan musik yang lainnya. Namun di Amerika, tokoh musik POP dengan musik pop yang pertama-tama disebut Frank Sinatra.

Penyanyi POP Pria yang terkenal yaitu :Aaron CarterChad KroegerChristian BaustisaDaniel bedingfieldElton JohnEnrique IglesiasGarets GatesGil
Penyanyi POP wanita antara lain :Alanis MorrissetteAlexandra SlateAlicia KeysAlizeeAmerieAmy LeeAmy StudtAna JohnsonAshantiAshlee Simpson

metlit: Metode Grounded

METODE PENELITIAN SASTRA : Metode Grounded sebagai metode penelitian Sastra Di IndonesiaPengertian Metodologi PenelitianMETODE ?PENELITIAN ?Metode penelitian pada dasarya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan informasi dergan tujuan dan kegunaann tertentu.
CARA ILMIAH DIDASARKAN PADA CIRI-CIRI KEILMUAN:RASIONAL SISTEMATISEMPIRIS
Latar belakangPenelitian sastra selalu berkaitan dengan teori sastra pula. Teori kadang-kadang kita ompor dari Negara lain. Kita sering tergila-gla pada teori yang berasal dari Barat, seperti teori Abrams, Teeuw, Barthes, Eagleton, Taine, dan sebagaiya. Ini menunjukkan bahwa peneliti sastra kita sebagian besar mengiblat teori asing. Teori tersebut kadanf-kadang dipaksakana untuk membedah karya sastra kita.Pemaksaaan eori tersebut juga membingkai peneliti sastra kita ke arah positivisme. Padahal, penelitian positivistic ini belum tentu sejalan dengan kondisi sastra kita. Pemahaman positivistic ii seringkali juga membelenggu lahirnya teori-teori baru dinegeri kita. Lebih tegas lagi, kita sering kekeringan teori penelitian sastra yang benar-benar membumi. Karena adopsi teori sastra Barat tersebut belum sepenuhnya mampu embingkai kondisi sastra kita. Kekhasan sastra kita kadang-kadang tidak terwakili oleh teori asing.Atas dasar itulah, bukan suatu kbetulalan kata Faruk (1986:1) menawarkan metode graounded dalam penelitian sastra. Metode ini, sebenarnya bukan hal baru, namun dalam khasanah penelitian sastra memang jarang diterapkan. Peeliti kita terkadang masih terasa asig dengan teori grounded. Bahkan, adakalanya meragukan terhadap metode ini jika digunakan dalam bidag sastra. Padahal diakui atau tidak melalui metode graounded tersebut kelak kita akan memiliki teori penelitan yang relevan dengan kondisi sastra kita. Halini patut dipahami, karena kehadiran grounded dalam penleitian sastra justru untuk menemukan teori sastra baru.Melalui metode grounded, penelitian sastra akan mampu memahami fenomena sastra sebagai kesadaran individual dan kolektif. Individu, termasuk pengarang seperti kertas kosog dan ia lahir tidak dengan konsep dri. Lingkunganlah yang mengisis kertas kosong tersebut. Maka, perbedaan lingkungan akan besar pengaruhnya terhadapcipta sastra. Lingkungan pengarang akan mempengaruhi indiidu dan olektif sehingga cipta sastra-satra menjadi lebih kontekstual. Dalam kaitan ini, metode grounded akan menjadi salah satu upaya untuk menemukan teori yang tidak tercerabut dari lingkungan sastra tu sendiri.
Metode Penelitian SastraAdalah cara yang dipilih oleh peneliti dengan mempertimbangkan bentuk, isi, dan sifat sastra sebagai bentuk kajian.
Latar Belakang Metodologi Penelitian SastraKurangnya teori yang membumi;Munculnya masyarakat yang gandrung sastra;
Jenis Metode Penelitian SastraMetode Historis Penelitian dengan metode histories merupakan penelitian yang kritis terhadap keadaan-keadaan, perkembangan, serta pengalaman di masa lampau dan menimbang secara teliti dan hati-hati terhadap validitas dari sumber-sumber sejarah serta intepretasi dari sumber-sumber keterangan tersebut.Metode Deskriptif Metode deskriptif digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, dalam hal ini bidang secara aktual dan cermat. Peneliti bertindak sebagai pengamat. Ia hanya membuat kategori pelaku, mengamati gejala dan mencatatnya dalam buku observasi.
Teknik PenelitianContoh: Metode Grounded:Metode grounded pertama kali diperkenalkan oleh Faruk (1986:1).Metode ini menekankan kepada si pengarang. Artinya peneliti boleh menanyakan apa saja informasi yang ada dalam hasil karya sastra dari sang pengarang tersebut.
Prosedur Penelitian Metode GroundedLangkah-langkah atau urutan-urutan yang harus dilalui atau dikerjakan dalam mennggunakan metode Grounded. Tahapan Prosedur Penelitian:1. Peneliti menentukan persoalan yang ingin diketahui;2. Peneliti bertanya kepada para pengarang tersebut mengenai makna karya itu beserta seluk-beluk segala hal yang berhubungan dengannya; 3. Peneliti membangun kategori-kategori berdasarkan hasil (data);4. Peneliti mencoba memhami teks atas dasar nomor (3) dan mencatat beberapa persoalan yang tidak terjelaskan;5. Peneliti kembali ke lapangan;6. Setelah mendapat hasil berupa data dari nomor (5), peneliti kembali ke teks untuk memehami teks itu atas dasar tambahan pengetahuan yang baru dperolehnya;7. Jika langkah (6) telah berhasil menghasilkan pemahaman yang menyeluruh mengenai teks sastra,penelitian dapat dihentikan
Membuat KesimpulanPada tahap ini peneliti membuat kesimpulan yang sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Saran disajikan pula karena penelitian mempunyai keterbatasan-keterbatasan atau asumsi-asumsi.Membuat Laporan
Kesimpulan Metode GroundedMetode Grounded memang mirip-mirip dengan penelitian strukturalisme genetis dan psikologi sastra, khususnya yang berhubungan dengan pengarang. Namun demikian, peneliti grounded tidak perlu memfokuskan pada masalah pada asal-usul dan unsur kejiwaaan pengarang. Peneliti haya menanyakan apa saja, asal informasi yang diperoleh dapat membantu pemahaman teks.Penelitian grounded dalam bdang sastra juga menghadapi kendala, antara lain : (1) peneltiain tidak dapat dilakukan dalam lingkup luas seperti sejarah sastra, deskripsi sastra pada suatu periode, dan sebagainya; (2) penelitian akan memakan waktu lama karena memerlukan cek dan cek ulang dan bermul dari sikpa yang tidak apriori, dari kekosongan. Kendalanya yang tidak kalah pentingnya adalah peneliti akan mengalami kesulitan apabila pengarang telah meninggal dunia dan aau bertepat tinggal jauh. Atas dasar dua hal ini, penelitian grounded lebih mengutamakan data natual. Data lapangan adalah guru seorang peneliti. Keberhasilan mengungkap data di lapangan, akan semakin bagus hasil penelitian dengan metode grounded.
Kegunaan Penelitian SastraMengembangkan sastra sebagai ilmu.Mengungkapkan perkembangan sistem sastra, sehingga akan diketahui sejarah tentang sastra itu sendiri beserta penikmatnya.Memberikan pencerahan kepada masyarakat luas tentang hasil-hasil sastra.





Daftar PustakaEndraswara,Suwardi .2008.Metodologi Penelitian Sastra.Yogyakarta: MedPress.Moleong,Lexy,J.1988.Metodolgi Penelitian Kualitatif.Bandung:PT.Remaja Rosdakarya.

makalah Metlit

BAB IPENDAHULUANI.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang telah disepakati dan dipahami oleh masyarakatnya. Cecara praktis bahasa digunakan untuk berinteraksi, bekerjasama, bertukar pikiran, mengemukakan dan mengekspresikan pendapat-pendapatnya lewat bahasa, manusia dapat mengkomunikasikan segala yang dilihat, didengar dan dirasakannya pada manusia lain. Bahasa pun tetap menjadi sarana yang efektif untuk menuangkan ide-ide, pengalaman, nilai-nilai kejadian yang dibungkus dengan penghayatan secara mendalam, sebagai ekspresi jiwa dari seorang pencipta karya sastra. Pencipta karya sastra mampu mengapresiasikan sastra melalui kegiatan mendengarkan, menonton, membaca dan melisankan maupun menuliskan karya sastra baik berupa puisi, prosa, maupun drama. Dengan adanya penghayatan secara mendalam itulah seorang pencipta karya sastra memasukkan unsur-unsur sosial tertentu ke dalam karyanya. Roman merupakan penggambaran potret kehidupan manusia dengan berbagai liku-liku yang mewarnainya seperti kesedihan, kebahagiaan, kegagalan, percintaan, dan lain-lain. Unsur-unsur sosial tersebut dibungkus oleh perenungan dan kontemplasi pengarang agar tersampaikan secara ilmiah tanpa ada kesan menggurui. Unsur-unsur yang melatarbelakangi lahirnya suatu karya berdasarkan dari sudut pandang pengarangnya untuk melihat pandangan dunia.
I.2 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar-belakang masalah di atas, maka dapat diajukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:1) Apakah ada unsur estetik dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya ahmada Tohari?
2) Adakah unsur pemikiran estetika tertentu dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk ?
I.3 Perumusan MasalahBerpijak pada latar belakang pertanyaan penelitian, dan fokus penelitian maka masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah: “Adakah unsur estetik dalam novel“Ronggeng Dukuh Paruk" karya Ahmad Tohari?
I.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat para pembaca sastra,antara lain :1) Bagi pembacanya : Menjadi pembanding antara cara berpikir dalam alam bawah sadar pengarang dengan alam sadar serta lingkungan pembaca.2) Bagi Pembacanya :Mendapatkan pembelajaran berharga dalam membuat suatu roman mengangkat segi kejiwaan seseorang yang juga dapat mendidik bangsa untuk lebih maju.3) Untuk Peneliti ; sebagai calon sastrawan diharapkan mampu membuat roman yang dapat mengangkat kreatifitas dan imajinasi yang dapat menjadi inspirasi dan motivasi agar menghasilkan kaya-karya yang orisinil dan memajukan kreativitas dalam pembuatan sebuah karya yang baik.






BAB IILANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
2.1 Landasan Teori Dikemukakan beberapa teori yang sesuai dengan tujuan penelitian ini, yang meliputi ; Hakikat pendekatan estetika. 2.1.1 Hakikat Pendekatan EstetikaIlmu Estetika adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang keindahan , mempelajari semua aspek dari apa yang kita sebut indah.Misalnya apa arti Indah? Apakah yang menumbuhkan rasa indah itu? Apa yang menyebabkan barang yang satu dirasakan indah sedangkan yang lain tidak, apakah yang menyebabkan rasa indah pada orang berbeda? Pertanyaan –pertanyaan seperti itu merangsang manusia untuk berfikir dan mengadakan penyelidikan .Ilmu Estetika baru berkembang sejak perkembangan pesat di Eropa pada abad 17 dan 18 dalam segal bidang ilmu pengetahuan. Ilmu estetika dapa tmemperoleh manfaat dari penggunaan hasil penyelidikan dari perkembangan ilmu yang ada.
Istilah Estetika dipopulerkan oleh Alexander Gottlieb Baumgarten (1714 - 1762) melalui beberapa uraian yang berkembang menjadi ilmu tentang keindahan.(Encarta Encyclopedia 2001, 1999)Baumgarten menggunakan instilah estetika untuk membedakan antara pengetahuan intelektual dan pengetahuan indrawi. Dengan melihat bahwa istilah estetika baru muncul pada abad 18, maka pemahaman tentang keindahan sendiri harus dibedakan dengan pengertian estetik.
Jika sebuah bentuk mencapai nilai yang betul, maka bentuk tersebut dapat dinilai estetis, sedangkan pada bentuk yang melebihi nilai betul, hingga mencapai nilai baik penuh arti, maka bentuk tersebut dinilai sebagai indah. Dalam pengertian tersebut, maka sesuatu yang estetis belum tentu ‘indah’ dalam arti sesungguhnya, sedangkan sesuatu yang indah pasti estetis. Terhadap hal ini, tugas tugas yang diberikan pada perkuliahan Nirmana 3 Dimensi adalah bentuk bentuk yang memiliki nilai betul, walaupun pada beberapa tugas tertentu sebagian siswa dapat mencapai nilai indah.Banyak pemikir Seni berpendapat bahwa keindahan berhubungan dengan rasa yang menyenangkan seperti Clive Bell, George Santayana, dan R.G Collingwood.(Sutrisno,1993)
Terdapat beberapa pendapat mengenai definisi dari estetika sendiri, salah satu definisi yang cukup lengkap diberikan oleh Hospers, "aesthetics is the branch of philosophy that is concerned with the analysis of concepts and the solutions of problems that arise when one contemplates aesthetic objects. Aesthetic objects, in turn, comprise all the objects of aesthetic experience; thus, it is only after aesthetic experience has been sufficiently characterized that one is able to delimit the class of aesthetic objects"( Sutrisno,1993.Hal 16).
Jika mengacu pada pendapat Hospers, maka diperlukan satu sikap khusus bagi seseorang agar dapat mencari pengalaman estetik, termasuk pengamatan objek estetik ataupun penciptaan objek estetik itusendiri.Dalam kajian filsafat, pemahaman mengenai estetika dapat dibagi menjadi dua pendekatan yaitu,1. Langsung meneliti keindahan itu dalam obyek-obyek atau benda-benda atau alam indah serta karya Seni.2. Menyoroti situasi kontemplasi rasa indah yang sedang dialami oleh pengamat ( pengalaman keindahan yang dialami seseorang).(\Sutrisno,hal81)
Salah satu pernyataan mengenai estetika dirumuskan oleh Clive Bell, "keindahan hanya dapat ditemukan oleh orang yang dalam dirinya sendiri telah memiliki pengalaman sehingga dapat mengenali wujud bermakna dalam satu benda atau karya Seni tertentu dengan getaran atau rangsangan keindahan".
Persoalan mengenai dasar pengalaman estetis sendiri muncul sejak abad 18 setelah berkembangnya matematika. Semua pemikir cenderung mencari dasar dasar yang kuat yang bersifat matematis untuk moral, politik hingga estetika. (Sutrisno, hal 82)
2.2 Kerangka Berpikir Karya sastra terutama novel dapat menjadi sarana yang sangat efektif bagi penyampaian, pengenalan, pengahayatan dan pemahaman unsur-unsur estetik dalam suatu budaya di masyarakat. Unsur yang ingin disampaikan secara alamiah tanpa ada kesan menggurui. Untuk memahami sebuah roman dapat dilakukan melalui pendekatan estetika.













BAB IIIANALISIS
3.1 AnalisisCerita dimulai dari tokoh Srintil yang merupakan toko sentral dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk. Srintil adalah seorang ronggeng yang sangat dipuja-puja oleh kaum Adam di Desa Dukuh Paruk. Ronggeng dukuh paruk mengambil setting di Dukuh Paruk, yaitu sebuahpedukuhan kecil yang dikelilingi oleh sawah dan jauh dari desa lain. Setting lain yaitu di desa Dawuan, desa yang lebih maju dari pada dukuh paruk danmerupakan desa terdekat dari Dukuh Paruk.Dukuh Paruk adalah sebuah Pedukuhan yang hanya dihuni oleh orang –orangseketurunan. Mereka memperacyai bahwa moyang mereka adalah Ki Secamenggala,yakni seorang bromocorah yag sengaja mencari daerah paling sunyi sebagai tempatmenghabiskan riwayat keberandalannya. Kehidupan Dukuh Paruksangat miskin, segala sesuatunya digantungkan pada alam, sehingga pola berpikirnya pun masih terbelakang.Taenahdi daerah ini sangat gersang dan tandus, hanya ketelalah yang bisa tumbuh. Meskipun demikian,kekerabatan warganya sangat dekat, kental, dengan adat yang berbeda dari daerahlain. Salah satunya adalah keberadaan ronggeng, bagi mereka ronggeng adalah

BAB IVKESIMPULAN DAN SARANDAFTAR PUSTAKATohari,Ahmad.2003.Ronggeng Dukuh Paruk.Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama .Endraswara,Suwardi .2008.Metodologi Penelitian Sastra.Yogyakarta: MedPress.Moleong,Lexy,J.1988.Metodolgi Penelitian Kualitatif.Bandung:PT.Remaja Rosdakarya. Fananie, Zainuddin.2001. Telaah sastra. Surakarta : IKIP Muhammadiyah Press.

makalah estetik

BAB IPENDAHULUANI.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang telah disepakati dan dipahami oleh masyarakatnya. secara praktis bahasa digunakan untuk berinteraksi, bekerjasama, bertukar pikiran, mengemukakan dan mengekspresikan pendapat-pendapatnya lewat bahasa, manusia dapat mengkomunikasikan segala yang dilihat, didengar dan dirasakannya pada manusia lain. Bahasa pun tetap menjadi sarana yang efektif untuk menuangkan ide-ide, pengalaman, nilai-nilai kejadian yang dibungkus dengan penghayatan secara mendalam, sebagai ekspresi jiwa dari seorang pencipta karya sastra. Pencipta karya sastra mampu mengapresiasikan sastra melalui kegiatan mendengarkan, menonton, membaca dan melisankan maupun menuliskan karya sastra baik berupa puisi, prosa, maupun drama. Dengan adanya penghayatan secara mendalam itulah seorang pencipta karya sastra memasukkan unsur-unsur sosial tertentu ke dalam karyanya. Puisi merupakan sesuatu yang muncul dari rohani lewat bunyi ucapan dan kata-kata yang dalam keutuhannya mengandung keindahan dan kearifan. Ia adalah ruh, semangat, mimpi, obsesi dan igauan dan kelakar batin yang menjadi jasad bunyi yang diucapkan dan sering dituliskan dalam kata-kata. Itu disebabkan hakekat puisi selalu ingin menampilkan kelainan, keunikan dari kata-kata sehari-hari membuat sajak-sajaknya dalam suatu situasi yang berbeda dengan realitas kata-kata atau bahasa dalam peranan kesehari-hariannya.
I.2 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar-belakang masalah di atas, maka dapat diajukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:1) Apakah unsur-unsur stilistika yang ada dalam sajak-sajak karya Sutardji Calzoum Bachri dan Chairil Anwar?
2) Bagaimana implikasinya terhadap pembaca?
I.3 Perumusan MasalahBerpijak pada latar belakang pertanyaan penelitian, dan fokus penelitian maka masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah: “Apakah unsur-unsur stilistika yang ada dalam sajak-sajak karya Sutardji Calzoum Bachri dan Chairil Anwar?”
I.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat para pembaca sastra,antara lain :1) Bagi pembacanya : Menjadi pembanding antara cara berpikir dalam alam bawah sadar pengarang dengan alam sadar serta lingkungan pembaca.2) Bagi Pembacanya :Mendapatkan pembelajaran berharga dalam membuat suatu sajak, mengangkat segi kejiwaan seseorang yang juga dapat mendidik bangsa untuk lebih maju.3) Untuk Peneliti ; sebagai calon sastrawan diharapkan mampu membuat roman yang dapat mengangkat kreatifitas dan imajinasi yang dapat menjadi inspirasi dan motivasi agar menghasilkan kaya-karya yang orisinil dan memajukan kreativitas dalam pembuatan sebuah karya yang baik.






BAB IILANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
2.1 Landasan Teori Dikemukakan beberapa teori yang sesuai dengan tujuan penelitian ini, yang meliputi ;Hakikat Stilistika, pengertian stilistika,Ragam Bahasa: fungsi, Teks, dan Unsur Stilistika, Kriteria Pendekatan, dan pengertian puisi. 2.1.1 Hakikat stilistika Stilistika adalah mana lain dari istilah “gaya bahasa”. Lebih khusus lagi, gaya bahasa yang dimaksud adalah penggunaan bahasa dalam karya sastra. Pengertian ini dipertentangkan dengan penggunaan bahasa biasa diluar karya sastra. Penggunaan bahasa diluar karya sastra dikenal dengan antara lain: gaya bahasa Koran,gaya bahasa formal, gaya bahasa keilmuan, gaya bahasa pejabat, gaya bahasa humor, gaya bahasa percakapan, an lain sebagainya (Atmazaki,1990:93).
Sesuai dengan hakekat karya sastra sebagai karya kreatif , maka penggunaan bahasa sastra adalah juga penggunaan yang kreatif. Kreatif di sini bukanlah penggunaan bahasa yang “menyimpang”, melainkan “penentangan” terhadap bahasa biasa. Istilah “penyimpagan dalam konteks ini lebiyh diartikan sebagai penggunaan bahasa oleh oerang yang tidan mempunyai kompetensi linguistik yang baik., sehingga menimbulkan hal-hal yang mnyimpang tyang tidak dapart dipertanggung jawabkan sewecara ilmiyah. Aedangkan istilah penentangan digunakan dalam kaitan pemakai bahasa yang justru sangat fahan terhadap bahasa, memiliki kompetensi linguistik yang baik. Justru karena itu aseorang pengarang mnemilikikemungkinan untuk memanipulasi penggunaan bahasa untuk tujuan tertentu, sekalipun penentangab itu memperlihatkan ‘penyimpanga’ dari tatabahasa normative.Jadi tujuan stilistuika untuk menerangka serta mnguraikan bagaimana seorang pengarang memanipulasi penggunaan bahasa edalam karya sastra untuk menghasilkan efek tertentu sesuai engan prinsip ”licentia puitika”. Pemanipulasian inilah yang harus diterangjkan secara ilmiah dengan tetap berpijak pada landasan utama yaitu linguistik. Perdebatan mengenai absah atau tidaknya melakukan penelitian karya sastra dengan parameter stilistika (linguistik), pernah ditanggapi oleh Roman Jakobson dalam kongres Internasional IX Linguistik. Ia mengatakan bahwa untuk pertama kaliada suatu seksi dalam kongres linguistik yang mempertautkan stilistika dan puitika, yaitu bahasa suat7u kajian terhadap puisi diterima sebagi bagian tak terpisahkan dari linguistk dab sebagai tugas yang berkaitan dengannya (dalam Edi Subroto, 1997:1 dan 1999:7). Titik berat kajian stilistika itu sendiri memang terletak pada penggunaan bahasa dan gaya bahasa suatu karya sastra. Kajian ini pula bertujuan untuk meneliti aspek khusus pemakaian bahasa dalan karya sastra, seperti kekhasan dalam pemanfaatan bunyi-bunyi bahasa (rima dan ritma), aspek morfologis, sintaksis, diksi, penggunaan kata-kata konkret, dan bahasa figurative(majas),ataupengimajiankata(imagery). Pengkajian stilistika ini memperlihatkan adanya relevansi linguistik terhadap karya sastra. Melalui pendekatan stilistika dapat dijelaskan interaksi yang rumit antara bentuk dan makna yang sering luput dari perhatian dan pengamatan para kritikus sastra (Panuti Sudjiman, 1993:vii). Sebab, kajian stilistika dalam ssatra melihat bagaimana unsure-unsur bahasa digunakan untuk melahirkan peasan-pesan edalam karya sastra. Atau dengan kata lain, kajian stilistika berhubungan dengan pengkajian pola-pola bahasa dan bagaimana bahasa digunakan dalam teks sastra secara khas. Analisis bahasa yang dipolakan sevara khas tersebut kuita tunrtut untuk dapat menunjukkan kekompleksitasan dan kedalaman bahasa teks sastra tersebut dan juga menjawab bagaimana bahasa tersebut memiliki kekuatan yang menakjubkan, kekuatan kreatifitas karyaa sastra (Cummings dan Simmons, 1986:vii).
2.1.2 Pengertian stilistikaPengertian stilistika berhubungan denga persoaklan bahasa. Pada mulanya, stilistika lebih terbatas pada persoalan bahasa dalam karya sastra. Namun dalam perkembangannya, pengerian gaya juga dilihat dalam hubungannya di luar karya sastra. Maka dibedakan anatar gaya sastradan gaya non sastra. Jalan pikiran yang nmenyebutkan betapa eratnya hubungan antara bahasa sastra dapat dikemukakan sebagai berikut. Pada perinsipnya , ‘seni saatra’ (baca juga ‘seni bahasa’) dapat dipandang dari dua segi kemungkinan> Pertama, ‘seni sastra’ dipandang sebagai bagian dari seni pada umumnya. Di sini, karya sastra dikaji sebagi objek estetika, dengan menghkhususkan perhatiannya pada gejala bahasa , plastik bahasa, dan penggunaan bahasa kias/majas atau bahasa figurative(figurative language), serta sarana retorika yang lain. Jadi pengkaljiannya masuk kedalam kajian stilistika, retorika dan estetika. Kedua, seni sastra dipandang sebagai bagian dari ilmu bahasa (linguistics) pada umunnya.Dalam hal ini seni sastra dikaji dengan berdasarkan penggunaan bahasa yang khas. Jadi masuk pada lingustik terapan. Ia dikaji ragam bahasa yang digunakan. Apa jenisnya. Penekanannya pada pengkajian teks sastra. Landasan teorinya adalah konvensi-konvensi atauu konsepsi-konsepsi sastra atau bahasa.Gaya bahasa sastra dapat digolongkan menjadi dua yaitu :a. Silistika deskriptif , merupakan gaya bahasa sebagai keseluruhan ekspreasi kejiwaan yang terkandung dalam suatu bahasa dan meneliti nilai-nilai ekspresivitas khusus yang terkandung dalam suatu bahasa, yaitu secara morfolog, Sintaksis, dan semantik.b. Stilistika genetis merupakan gaya bahasa individual yang memandang gaya bahasa sebagai suatu ungkapan yang khas pribadi. 2.1.3 Ragam Bahasa: fungsi, Teks, dan Unsur Stilistika Bernand Asmuth dan LUIS Berg-Ehlers (1978:61) menamakangayabahasa sastra dan gaya bahasa non sastra ke dalam ‘gaya fungsional’,berhubungandengan fungsi tertentu dan bersifat sosiologis , seperti apa yang dikatakan oleh William O. Hendricks (1976:34). Juga dikutip oleh Asmuth dan Luise Berg-Ehlers cirri gaya fungsional dari Elise reisel yang berhubungan dengan pemakaian bahasa Jerman (DALAN Junus, 1989:xi-xiii) berikut.a. gaya bahasa Pergaulan resmifungsi: Melaksanakan hubungan resmi antara pegawai pemerintahdengan rakyat.Teks: Bersifat perintah, melukiskan dengan berbelit-belit.Unsur Stilistika: konstruksi kalimat pernyataan yang rumit; gagalmenggunakan kata-kata yang berhubungan dngan perasaan.b. gaya bahasa IlmuFungsi: Penyampaian kebenaranilmu dan hukumnya dengan pembuktian logic dan objektif.Teks : Karanmgan ilmiah, komentar, kuliah.Unsur stilistika : Kata-kata yang netraldari nilai sastradan tampa warna emosijarang ditemuni ungkapan -ungkapan pepatah; jalinan yang padu anatara kalimat atau kelompok kata-katanya.
c. Gaya abahasa surat kabarFungsi : Informasi, menjelaskan sehingga orang tahu dengan jelas tentang peristiwa yang dilaporkan.Teks : artikelsurat kabar dan sebagainya.Unsur stilistika: Luykisan tentang apa yang terjadi, penggunaan slogan, perifrase dan kata pemula(yang menarik).
d. gaya bahasa sehari-hariFungsi: digunakan dalam pergaulan santai yang alamiah.Teks : Bahasa sehari-hariUnsur Stilistika: Kesantaian, mudah, ketegangan emosi terlihat pada kelancaran dan hambatan dalam pembicaraan, cenderung pada kaliamat pendek, yang mementingkan ketepatan gramatikal.
e.GayabahasasastraFungsi: Penyampaian fijkiran melalui bahasa yang bergaya.Teks : karya sastraUnsur stilistika: Unsur dari segala gaya; menghasilkan srgala kemungkinan kesan bahasa.
2.1.4 Kriteria Analisis Penelitian gaya bahasa dapat dilihat dari tiga aspek :a. Melihat dari aspek penulis, dengan mempelajari kedalaman penulis dalam menampilkan gaya bahasa.b. Melihat dari ciri teks sastra dengan mengkategorikan gaya bahasa yang tampil dalam teks.c. Melihat aspek gaya yang dihubungkan dengan kesan yang diperoleh dari khalayak;
Terdapat dua pendekatan analisis stilistika yaitu:a. Dimulai dengan analisis sistematis tentang sistem linguistik karya sastra, dilanjutkan ke interpretasi tentang ciri karya sastra yang diarahkan ke makna total.b. Mempelajari sejumlah ciri khas yang membedakan sistem dengan sistem lain, dengan menggunakan metode pengkontrasan.d. Analisis gaya bahasa juga difokuskan pada gaya kelompok pengarang;e. analisis gaya bahasa juga dapat diarahkan pada kalimat, paragraf, wacana kalauberbentuk prosa, bahkan sampai pada bahasa dialek;f. analisis sebaiknya sampai pada tingkat perwatakan tokoh;g. suatu hal perlu juga dikaitkan dengan kajian resepsi sastra sehingga dapat dimengerti kemampuan membaca untuk memahami gaya bahasa.
Menurut Atar Semi sejumlah pokok persoalan yang harus menjadi tekanan dalam penelitian stilistika:a. Analisis harusnya menyentuh keseluruhan karya sastra;b. Analisis menggunakan unsur analisis struktural;c. Analisis sampai pada upaya membuka kekaburan pemanfaatn karya sastra;
2.1.5 Pengertian PuisiIstilah puisi berasal dari kata poezie (B. Belanda), sedangkan sajak dari kata gedicht (B. Belanda). Dalam bahasa Inggris ada istilah poetry sebagai istilah jenis sastra puisi, dan poem sebagai individunya. Dengan demikian, istilah puisi mengacu pada jenis sastra (genre) atau poetry yang berpasangan dengan istilah prosa, sedangkan istilah sajak Sekarang kita batasi definisi puisi. Sering terjadi kesalahpahaman ketika mendefinisikan puisi. Karya sastra puisi sering disebut karangan terikat. Kesalahpahaman tersebut terjadi akibat mendefinisikan puisi membandingkan dengan batasan prosa dan masih mengacu kepada contoh puisi-puisi lama. Jika puisi merupakan karangan yang terikat oleh aturan-aturan (jumlah baris dalam satu bait, jumlah suku kata dalam satu baris, bunyi-bunyi akhir baris, dan sebagainya), bagaimanakah dengan puisi-puisi seperti di bawah ini?Tenteram dan damai? Tidak, tidak Tuhanku!Tenteram dan damai waktu tidur di malam sepiTenteram dan damai berbaju putih di dalam kuburTetapi hidup ialah perjuangan Perjuangan semata lautan segaraPerjuangan semata alam semestaHanya dalam berjuang beta merasa tenteram dan damaiHanya dalam berjuang berkobar Engkau Tuhunku di dalam dada(Supriatna, 2007:23)SAJAK TELURDalam setiap telur semoga ada burung dalam setiap burung semoga ada engkau dalam setiap engkau semoga ada yang senantiasa terbang menembus silau matahari memecah udara dingin memuncak ke lengkung langit menukik melintas sungai merindukan telur.(Damono, 1983:64)Berdasarkan kedua contoh puisi di atas, pengertian puisi sebagai karangan terikat, sudah tidak bisa diterima. Hal itu karena wujud puisi sudah mengalami perkembangan. Perkembangan itu pula yang menyebabkan pengertian puisi pun berkembang. Baiklah, sesuai dengan perkembangannya, kita lihat batasan-batasan puisi di bawah ini!Puisi merupakan bentuk kesusasteraan yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya (rima, ritme, musikalitas).(Slamet Mulyana dalam Ristiani, 2003:17)Puisi merupakan suatu karangan yang mengandung irama. Irama merupakan ciri puisi yang membedakannya dengan prosa. Perbandingan puisi dan prosa diibaratkan dengan orang yang menari dan berjalan biasa.(H.B. Yasssin dalam Ristiani, 2003:18)Puisi merupakan bentuk pengucapan bahasa yang ritmis, yang mengungkapkan pengalaman intelektual yang bersifat imajinatif dan emosional.(Clive Samson dalam Ristiani, 2003:19)Berdasarkan batasan di atas, wujud puisi itu adalah bahasa yang padat (sedikit kata-kata, tetapi mengandung banyak makna). Keindahan struktur bahasa yang digunakan sangat diperhatikan (rima, ritme, musikalitas). Apa yang tersembunyi di balik bahasa yang digunakan itu adalah makna yang ingin disampaikan. Makna yang dikandungnya tersebut dapat berupa pikiran, perasaan, pendapat, kritikan, dan lain-lain.Pemadatan di dalam puisi adalah pengintensifan segala unsur bahasa. Unsur-unsur bahasa tersebut di dalam penyusunannya dirapikan, diperbagus, diatur sebaik-baiknya dengan memperhatikan keindahan bunyi (rima, ritme, dan musikalitas). Hakikat PuisiSeperti yang dikemukakan di atas bahwa hakikat puisi tidak terletak pada bentuk formalnya. Bentuk formal hanyalah sebagai sarana kepuitisan yang digunakan penyair untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya. Ada tiga aspek yang perlu dipahami untuk mengerti hakikat puisi, yakni: 1) fungsi estetik; 2) kepadatan; dan 3) ekspresi tidak langsung.1) Fungsi EstetikPuisi merupakan salah satu bentuk karya sastra, fungsi estetik sangat dominan, sangat berkuasa. Tanpa fungsi seni ini, karya kebahasaan tidak dapat disebut sebagai karya seni sastra. Unsur-unsur estetik atau keindahan di dalam karya sastra tersebut merupakan unsur-unsur kepuitisan seperti: diksi, rima (persajakan), irama, gaya bahasa, dan sebagainya. 2) KepadatanAdapun yang dimaksud dengan kepadatan ini adalah pemadatan kata-kata. Di dalam puisi, tidak semua peristiwa diceritakan, akan tetapi yang diekspresikan adalah inti masalah, atau inti cerita. Karena itu, kadang-kadang kata-kata hanya diambil inti dasarnya. Imbuhan-imbuhan, baik awalan maupun akhiran sering dihilangkan. Perhatikanlah contoh sajak di bawah ini:Sajak Penerimaan ini penuh pemadatan. Banyak kata yang hanya menggunakan inti dasarnya, kata selengkapnya atau imbuhan dihilangkan, seperti pada kata /kau/ (engkau), /kutahu/ (aku mengetahui), /dulu/ (dahulu), /tunduk/ (menunduk). Selain itu, ada kalimat-kalimat yang dihilangkan, sehingga hubungan antar-kalimatnya implisit, misalnya: /Kalau kau mau kuterima kau kembali/ (tetapi tentu hanya untukku sendiri; jangan terbagi dengan yang lain; sekalipun aku sadar keberadaanku; tidak pantas dengan dirimu); (karena) /sedang dengan cermin aku enggan berbagi/.Kata-kata dan kalimat-kalimat tambahan yang tidak dieksplisitkan dalam sajak disimpan dalam tanda kurung.3) Ekspresi Tidak LangsungPuisi merupakan karya sastra yang berisi ekspresi seorang penyair. Ekspresi yang dikemukakan adalah ekspresi pikiran atau gagasan atau perasaan yang tidak langsung. Ketidaklangsungan ekspresi itu menurut Riffaterre (1978:120) disebabkan oleh tiga hal, yakni: a) karena penggantian arti (displacing of meaning); b) karena penyimpangan arti (distorting of meaning); dan c) karena penciptaan arti (creating of meaning).a. Penggantian Arti (displacing of meaning)Terjadinya penggantian arti ini karena digunakannya bahasa kiasan di dalam karya sastra, seperti penggunaan majas metafora, metonimia, simile (perbandingan), personifikasi, sinekdoc, dan lain-lain. (1) AmbiguitasAmbiguitas ini disebabkan oleh bahasa sastra itu bermakna ganda (polyinterpretable), apalagi di dalam puisi. Ambiguitas ini dapat berupa kata, frase, klausa, ataupun kalimat. Hal ini disebabkan oleh sifat puisi yang berupa pemadatan. Berikut contoh ambiguitas di dalam sebuah sajak pada puisi Chairil Anwar. b. Penyimpangan ArtiPenyimpangan arti ini disebabkan oleh tiga hal, yaitu: ambiguitas, kontradiksi, dan nonsene.c. Penciptaan Arti (Creating of Meaning)Penciptaan arti merupakan konvensi kepuitisan yang berupa bentuk visual yang secara linguistik tidak mempunyai arti, tetapi menimbulkan makna dalam sajak (dalam karya sastra). Jadi, penciptaan arti ini merupakan pengorganisasian teks di luar linguistik. Termasuk di dalam penciptaan arti ini adalah pembaitan, enjambement, persajakan (rima), tipografi, dan homologues. Pembaitan adalah pengaturan bait-bait; Enjambement bermakna pemenggalan kata-kata pada baris yang berbeda; Rima dimaksudkan sebagai pengaturan bunyi pada akhir baris; Tipografi berarti penyusunan baris-baris dalam keseluruhan sajak; Homologues adalah bentuk kata yang sama pada baris-baris yang sejajar (misalnya pada pantun).
.2.2 Kerangka Berpikir Karya sastra terutama roman dapat menjadi sarana yang sangat efektif bagi penyampaian, pengenalan, pengahayatan dan pemahaman unsur-unsur religi dalam suatu budaya di masyarakat. Unsur yang ingin disampaikan secara alamiah tanpa ada kesan menggurui..










BAB IIIANALISIS STLISTIKA DESKRIPTIF DAN GENETIS PUISI CHAIRIL ANWAR DAN SUTARDJI C.BAHRI
3.1 Analisi Stilistika Deskriptif SAJAK PUTIHChairil AnwarBersandar pada tari warna pelangiKau depanku bertudung sutra senjaDi hitam matamu kembang mawar dan melatiHarum rambutmu mengalun bergelut sendaSepi menyanyi, malam dalam mendoa tibaMeriak muka air kolam jiwaDan dalam dadaku memerdu laguMenarik menari seluruh akuHidup dari hidupku, pintu terbukaSelama matamu bagiku menengadahSelama kau darah mengalir dari lukaAntara kita mati datang tidak membelah/Di hitam matamu kembang mawar dan melati / mawar dan melati adalah metafora dalam baris tersebut, bermakna sesuatu yang indah. /sepi menyanyi/ merupakan personifikasi ‘sepilah yang menyanyi’, dan seterusnya. Puisi yang mencoba untuk menghadirkan suasana sunyi dan sendu. Pilihan kata yang ada dalam puisi di atas merupakan esensi yang coba dihadirkan oleh chairil anwar karena merupakan wahana ekspresi utama. PENERIMAANKalau kau mau kuterima kau kembaliDengan sepenuh hatiAku masih tetap sendiriKutahu kau bukan yang dulu lagiBak kembang sari sudah terbagi¬Jangan tunduk! Tentang aku dengan beraniKalau kau mau kuterima kau kembaliUntukku sendiri tapiSedang dengan cermin aku enggan berbagi(Chairil Anwar) Chairil Anwar mencoba menekankan kata-kata yang telah mengalami penghilangan unsur-unsur pengimbuhan. Dari kata kau (engkau), dulu (dahulu), dan Bak (bagai). Unsur pemenggalan ini mempunyai perbedaan dalam penekanan bunyi dan irama dalam puisinya. DOAKepada pemeluk teguhTuhankudalam termanguaku masih menyebut nama-MuBiar susah sungguhmengingat Kau penuh seluruhCaya-Mu panas sucitinggal kerdip lilin di kelam sunyiTuhankuaku hilang bentukremukTuhankuaku mengembara di negeri asingTuhankudi pintu-Mu aku mengetukaku tidak bisa berpaling(Chairil Anwar)
Dalam baris pertama terlihat bahwa si ”aku” masih /termangu/, atau ragu-ragu akan adanya Tuhan, tetapi si ”aku” masih menyebut-nyebut nama Tuhan. Pada bait kedua, meskipun si ”aku” merasa sangat /susah/ untuk menyebut nama Tuhan, tetapi si aku /masih menyebut/ nama-Nya, karena ia sadar bahwa Kau itu /penuh seluruh/. Klausa “Kau penuh seluruh”, mempunyai makna ganda, bisa dimaknakan: Engkau mutlak ada, Engkau maha sempurna adanya, keberadaan-Mu tidak dapat diingkari, Engkau sungguh-sungguh ada secara utuh./Aku hilang bentuk/ /remuk/ dimaknakan bahwa si ”aku” sangat menderita, dan karena seakan si aku tidak berbentuk dan berwujud lagi. Dalam keadaan seperti itu pula si aku merasa bahwa dirinya seakan /mengembara di negeri asing/, terpencil dari yang lain. Dalam keadaan tidak berdaya, si ”aku” masih berusaha /mengetuk pintu/ Tuhannya yang maha Rohman. Karena itu juga, si aku /tidak bisa berpaling/.


TRAGEDI WINKA & SIHKASutardji Calzoum BachriKawinKawinKawinKawinKawinKaWinKawinkawinkawinkawinkawinkawinkasihkasihkasihkasihkasihkasihkasihkasihkasihsihsihsihsihsihkaKuSajak di atas hanya terdiri dari dua kata, yakni kawin dan kasih. Kedua kata itu diputus-putus dan dibalik, yang secara linguistik tidak ada maknanya, kecuali kawin dan kasih itu. Kata kawin dan kasih bermakna konotatif, yakni perkawinan itu menimbulkan angan-angan hidup penuh harapan dan kebahagiaan, apalagi bila diiringi kasih sayang. Pada sajak di atas, kata kawin dideretkan sampai lima kali secara utuh, ini dimaknai bahwa dalam periode mungkin lima tahun, lima bulan, lima minggu, atau lima hari, perkawinan itu berjalan seperti yang diharapkan dari semula, penuh kebahagiaan. Akan tetapi kemudian kata kawin terputus-putus, ini dimaknai bahwa perkawinan yang penuh kebahagiaan itu sudah tidak utuh lagi, karena banyak masalah suami istri menjadi sering bertengkar.Selanjutnya gambaran terbaliknya kata kawin menjadi winka mengandung arti bahwa kebahagiaan ‘surga’ yang diharapkan itu menjadi sebaliknya ‘neraka’ yang ada. Begitu pula dengan tipografi zigzag, ini memberi kesan bahwa perkawinan yang semula bermakna kebahagiaan itu, setelah melalui jalan yang berliku-liku, pada akhirnya terjadi bencana, tragedi: terbaliknya winka dan terputusnya sihka.
AMUK….. aku bukan penyair sekedaraku depandepan yang memburumembebaskan katamemanggilMupot pot potpot potkalau pot tak mau potbiar pot semua potmencari potpothei Kau dengar manterakuKau dengan kucing memanggilMuIzukalizuMapakazaba itasatalitutulitapapaliko arukabazaku kodega zuzukalibututukaliba dekodega zamzam logotokocozukuzangga zegezegezezukuzangga zegezegeze zukuzangga zegezegeze zukuzangga zegezegeze zukuzangga zegezegeze zukuzangga zegezegeze aahh…..!mama kalian bebascarilah tuhan semaumuKata-kata seperti pot, izukalizu, mapakazaba, itasatali, tutulita, papaliko arukabazaku kodega zuzukalibu, dan seterusnya adalah contoh kata-kata yang nonsense. Di sinilah terjadinya penyimpangan arti tersebut. Jika dilihat maka jelas bahwa pilihan katanya mencakup banyak dimensi. Kata yang dipilih tidak hanya sekedar mampu menghadirkan makna-makna tertentu, melainkan masih diikuti dengan tuntutan yang lain seperti penatannya dalam struktur kalimat, penataanyang menghadirkan nuansa bunyi tertentu,dan penataan yang menghadiran satu simbolisme tertentu.
3.2 ANALISIS STILISTIKA GENETIS
3.1.1 SUTARDJI C. BAHRI
Sutardji lahi di Rengat, Riau, tempat asal bahasa Indonesia tanggal 24 Juni 1941. Ayahnya bernama Mohammad Bachri berasal dari Prembun, Kutohardjo, Jawa Tengah menjabat sebagai Pembantu Inspektur Polisi, Kepolisian Negara dalam Negeri R.I. Di daerah Tanjung Pinang, Riau. Ibunya bernama May Calzoum berasal dari Riau. Sutardji adalah anak kelima dari sebelas bersaudara. Ia menikah dengan Mariam Linda, tahun 1982, anak tunggalnya bernama Mila Seraiwangi.Sutardji dikenal dengan KREDO PUISI yang menarik perhatian dunia sastra di Indonesia. Tiga buah antologi dalam O,Amuk, Kapak (penerbit sinar Harapan, Jakarta 1981). Ktertas kerja yang berjudul Pantun disampaikan dalam forum sastra Pertemuan Sastrawan Indonesia (Persi) dan Pertemuan Sastrawan Nusantara IX di Sumatra Barat. Dalam eseinya tentang pantun, tampak jelas Utardji ingin menyampaikan kepada kita, bahwa khasanah lama yang bernama pantun itu masih relevan untuk dijadikan acuan memahami seluruh kondisi dan hakekat puisi modern kita sekarang. Dalam pantun mempunyai dua kandungan sampiran dan isi. Persoalannya bahwa pantun sebagai puisi menjadi utuh karena mengandung sampiran dan mengandung isi. Seperti yang dicontohkan pad sajak Sitor Situmorang.Dan kemudian hari, Sutardji berpendapat bahwa puisi ini sebenarnya berulah sampai bentuk sampiran saja. Dengan contoh yang mengena dan luas, Sutardji menyatakan sebagian dari puisi modern kita adalah sampiran. Karena sifatnya sampiran, sebagai puisi belum berbicara apa-apa. Sebuah puisi akan menjadi gelap jika sampai pada tahap sampiran saja. Measkipun mungkin pendapat penyair ini masih bisa diperdebatkan dikemudian hari; namun, esei tentang pantun dari penyair ini adalah salah satu bukti bahwa pemikiran dan pencarian Sutardji dalam kepenyairan selama ini belum berhenti.
IVKESIMPULANDari semua pendekatan Pada perinsipnya , ‘seni saatra’ (baca juga ‘seni bahasa’) dapat dipandang dari dua segi kemungkinan> Pertama, ‘seni sastra’ dipandang sebagai bagian dari seni pada umumnya. Di sini, karya sastra dikaji sebagi objek estetika, dengan menghkhususkan perhatiannya pada gejala bahasa , plastik bahasa, dan penggunaan bahasa kias/majas atau bahasa figurative(figurative language), serta sarana retorika yang lain. Jadi pengkaljiannya masuk kedalam kajian stilistika, retorika dan estetika. Kedua, seni sastra dipandang sebagai bagian dari ilmu bahasa (linguistics) pada umunnya.Dalam hal ini seni sastra dikaji dengan berdasarkan penggunaan bahasa yang khas. Jadi masuk pada lingustik terapan. Ia dikaji ragam bahasa yang digunakan. Apa jenisnya. Penekanannya pada pengkajian teks sastra. Landasan teorinya adalah konvensi-konvensi atauu konsepsi-konsepsi sastra atau bahasa.








DAFTAR PUSTAKARistiani, Iis. 2003. Kajian Apresiasi Prosa Fiksi dan Puisi, Bahan Ajar Perkuliahan Sertifikasi Guru M.Ts. Bandung: IAIN Sunan Gunung Djati.Tarigan, Henry Guntur. 1993. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung:Angkasa.Endraswara,Suwardi .2008.Metodologi Penelitian Sastra.Yogyakarta: MedPress.Moleong,Lexy,J.1988.Metodolgi Penelitian Kualitatif.Bandung:PT.Remaja Rosdakarya. Fananie, Zainuddin.2001. Telaah sastra. Surakarta : IKIP Muhammadiyah Press.

iris

IRISLonceng sekolah bergema, menandakan waktu belajar di seolha hari itu telah usai.dari tiap sudut terlihat anak-anak Sekolah Dasar yang hendak merencanakan sesuatu setelah jam pulang sekolah. Lalu terucap dari bibi seorang anak SD kelas enam yang kering dan penuh dengan peluh.“Hari ini matahari tidak begitu bersahabat?"Sampai terdengar suatu suara dari jauh memanggil-manggil nama Iris. Ia adalah Sari teman satu kelas Iris yang hobinya hanya berdandan ketika di kelas.“hai Ris, sendirian saja kita pulang bareng yuk?”“tidak”.“Sekarang aku dijemput oleh Ayahku. Ayolah, matahari sudah semakin tinggi kau tidak takut kulitmu menjadi hitam?”“Sudahlah, kau saja yang duluan pulang. Aku sudah terbiasa berjalan kaki dengan ditemani matahari”.“mmhhh… ya sudah aku tidak memaksa.oke hati-hati di jalan.”
Matahari Jakarta menyengat dengan teriknya. Ubun-ubun Iris bagai terbakar dan peluh mengalir di lehernya.. namun, ia melangkah tenang menyusuri pinggir jalan raya yang ramai itu menuju rumahnya yang hanya dua ratus meter lagi di depannya. Setiap hari ia lebih suka berjalan kaki seperti itu daripada diantar-jemput oleh ayah atauibunya. Terik Jakarta seakan telah menjadi sahabatnya.Di pintu depan rumahnya, Kornel, ayahnya telah menunggunya dengan senyum lebar.“Kalau tadi bapak jemput,’kan tidak perlu berpanas-panasan seperti itu.”Iris menyunggingkan senyumnya yang manis sambil mencium kedua pipi ayahnya yang sengaja membungkuk.“Tidak apa-apa ,Pak. Biar lebih sehat!”Kornel memegang bahu kanan Iris dan membimbingnya masuk. “Ganti baju dulu, cuci tangan dan kaki. Bapak sengaja menunggumu.”“Bapak belum makan?”“Biar sama-sama saja dengan kamu.”Iris bergegas ke kamarnya setelah mengambil baju ia berbegs pula ke kamar mandi.Dari sana ia keluar dengan wajah segar.“Sebelum pergi kerja tadi, ibumu sengaja memasak makanan kesukaanmu. Sop buntut.”“ibu hari ini masuk sore?” “Ya sehabis tugas nanti ia langsung ke rumah Tante Dina menghadiri malam perpisahan dengan tante yang akan ikut suaminya ke korea.”“Jam berapa ibu pulang?” “Katanya sekitar pukul delapan.”Keduanya kemudian menyantap makanan yang terhidang di depan mereka. Bu Siti, pembantu mereka terdengar berteriak-teriak mengejar Koko, kelinci piaraan yangkeluar dari kandangnya.Rumah yang terletak tidak jauh dari Blok M di Jakarta selatan itu tampak tenang dan teduh. Rumah yang lumayan besarnya itu hanya mereka berempat yang menghuninya. Kornel, istrinya, Iris dan Bu siti. Kornel sebagai anak tunggal menerima rumah itu sebagai warisan dari ayahnya yang pernah menjadi diplomat di sebuah negara Eropa.“kalau tidak waktu cuti begini, bapa tidak akan pernah manakn siang bersama kamu.”“Biasanya bapak makan siang dengan siapa?”“Dengan siapa saja,pokoknya teman-teman sekantor.” Bu Siti yang telah berhasil menangkap Koko dan memasukannya kembali ke kandang, menjenguk ke kamar makan. “Ada yang kurang, Pak?”“Tidak, “sahut KornelBu Siti kembali ke belakang.makan siang itu terasa istimewa buat Kornel dan Iris.Selesai makan, Kornel mengajak putrinya keruang tengah. “Kamu tidak tertarik untuk melihat pameran kedirgantaraan di Kemayoran?”“Apa perlu,Pak?“Tentu saja. Kita kan negara yang telah diperhitungkan dalam bidang kedirgantaraan.”Iris diam. Tampaknya ada sesuatu yang ingin diucapkannya. Kornel menyadari itu.“Kalau kamu tertarik sebentar lagi kita bisa pergi.”“Ah,tidak,ah. Mendingan di rumah membaca buku.”Kornel segera dapat membaca apa yangtersimpan di benak iris. Pasti ada kritik lagi, pikirnya. Gadis berusia dua belas tahun ini memang gudang kriti. Kadang-kadang Kornelterpojok dan tidak dapat membantah argumentasi Iris. Murid kelas enam ini memang kaya dengan pikiran-pikiran yang mengejutkan. Terkadang kritiknya memang naif, tetapi tidak jarang ia melepaskan peluru-peluru tajam yang kebenarannya tidak dapat dibantah. Siang itu tampaknya ia telah ssiap dengan serangan baru. Kornel berjaga-jaga.Untuk anak seusianya, Iris memang terlalu serius. Berita –berita politik dalam dan luar negeri di majalah dan surat kabar sering dilahapnya dengan rakus, walaupun ia tidak mengerti sepenuhnya apa yang dibacanya itu. Rubrik kolom di berbagai majalah dan artikel surat kabar juga menjadi santapannya sehari-hari. Majalah anak-anak dan remaja justru tidak menarik hatinya. Tidak mengasah pikiran, katanya.Wajar ia sering menundukkan ibunya dalam perdebatan,karena ibunya tidak menguasai masalah yang mereka perbincangkan. Padahal ibunya bekerja sebagai penyiar di sebuah radio swasta. Buat Iris, ibunya yang bekerja di media harus lebih tahu banyak tentang berbagai persoalan. Karena itulah Iris lebih dekat dengan Kornel, redaktur sebuah majalah ilmiah populer, yang selalu melayani pertanyaan, perdebatan, dan kritiknya dengan sabar. Jauh di dasar hatinya, sang ayah sebenarnya bangga sekali dengan sikap kritis anaknya.Pak, bapak sering bilang orang yang pintar itu banyak, tapi orang yang berwatak it sedikit.” Iris membuka dialog seperti yang sering dilakukannya pada malam hari dengan ayahnya. “Betul.”“Kalau begitu kita mulai dari mana? Pintar dulu atau berwatak dulu?”“Sebaiknya kedua-duanya sekaligus. Ya, kalau bias.” “Kalau harus memilih satu, bapak memilih yang mana?” Kornel terdorong ke pojok. Ia menatap mata Iris yang bening dan bersih. Iris menatapnya dan serius dan menunggu jawaban serius pula. Kornel mencoba bersikap netral.“kalau bapak, sih memilih kedua-duanya sekaligus. Belajar menjadi menjadi orang yang berwatak sekaligus dan belajar menjadi orang pintar.”“Apa mungkin?”“Tentu saja mungkin. Mengapa tidak?”Iris diam. Jelas ia tidak bisa menerima pendapat itu. Bapak mencoba berdiplomasi, pikirnya.“Bapak yakin, ilmu bisa membuat orang lebih beradab?”Wah apa-apaan ini. Pertanyaan itu memendam kemarahan. “Maksudmu?”“Dengan semakin banyak memiliki ilmu, orang akan semakin menghargai peraturan, semakin mengenal etiket, sopan santun, serta semakin berwatak?”“tidak otomatis memang. Tetapi, kebanyakan begitu.”Iris tertawa, ia nampak senang. Pintu telah terbuka untuk dimasuki. “Karena itulah Pak, Iris tidak tertarik dengan pameran yang bapa sebutkan tadi. Pameran yang seharusnya Iris saksikan sekarang ini bukanlah pameran seperti itu, tetapi pameran mematuhi undang-undang, mematuhi peraturan, pameran sopan santun, dan pameran watak.
Korel merasa tergores dengan pikiran itu. Iris telah melangkah terlalu jauh ke dunia yang belum menjadi miliknya. Dunia itu milik orang dewasa.“Iris setiap hari berjalan ke sekolah. Setiap hari iris menyaksikan apa yang dipamerkan di jalan raya itu. Iris setiap hari membaca koran dan majalah. ‘Kan katanya membaca mencerdaskan orang. Iris tidak tahu apakah Iris sudah cerdasa atau belum. Tetapi, Iris rasa kok kita harus belajar tinggi-tinggi, sedangkan yang rendah saja belum tentu kita ketahui.”Kornel tertawa. Ia telah menangkap kemana arah yang dituju anaknya.“Ah, bapak mengerti sekarang. Iris kecewa rupanya. Bapak tahu apa yang Iris maksudkan dengan tinggi-tinggi dan rendah itu. Menurut bapak yang rendah itu sebenarnya sudah kita ketahui,Cuma kesadaran kitalah yang kurang untuk melakukannya. Jadi ini semata-mata soal kesadaran. Tidak ada hubungannya dengan ilmu yang tinggi-tinggi itu.”Iris jelas menagkap maksud ayahnya. Karena itu ia segera ingin menjawab, tetapi Kornel buru-buru mencegahnya.“Semua orang tahu, Ris, menggosok gigi sebelum tidur sangat dianjurkan untuk kesehatan. Tetapi, apakah semua orang melakukannya?’kan tidak. Mereka bahkan langsung melompat ke tempat tidur tanpa cuci kaki. Jadi ini semata-mata soal tahu dan soal mau. Tahu saja tapi tidak mau melakukannya, siapa yang melarang?”“Kalau itu peraturan dan bukan anjuran?” tanya Iris ketus.“Nah, itu soal lain lagi,” sahut Kornel ketus pula.“Buat Iris, yang membuat peraturan harus menindak yang melanggar peraturan itu.”“Memang, sekarang juga’ kan begitu.”Di luar dugaan Kornel, Iris tertawa. Tawa itu memperlihatkan kemenangan.“Bapak defensif,” katanya tenangKornel terpengaruh. Baru dua bulan lalu Iris bertanya kepadanya apa yang dimaksud dengan obsesi, primordial, dan dikotomi. Kini Iris menggunakan salah satu kata keren itu, defensif. Karena itu Kornel turut tertawa.“Bukan main,” katanya menggelengkan kepala.“Kalau ilmu yang rendah –rendah itu tidak kita laksanakan karena kurangnya kesadaran, bapak ikut bertanggung jawab. Yang buas dan liar di jalan raya itu dan yang setiap hari diberitahukan koran tu’ kan orang generasi bapak, “lanjut Iris masih dengan tertawa.Kornel mengangguk-angguk.“Ibu sering bilang, bapak jujur. Bapak tidak pernah membiayai keluarga dengan uang panas itu. Gaji bapak cukup kalau kita mau hidup sederhana. Karena itu kita tidak bisa ganti mobil, walaupun mobil bapak dan ibu sudah butu. Lalu ibu ikut membantu bapak dengan bekerja sebagai penyiar. Gaji ibu itulah yang disimpan sebagai tabungan untuk biaya sekolah Iris nanti. Betapa mulianya ibu dan bapak.”Siapa yang tidak tersentuh mendengar kata-kata begitu. Kornel juga. Ia menatap dengan bangga kepada anaknya. Iris dididik dengan penuh kejujuran. Agama menjadi penyangga utamanya. Cintailah Tuhan dan hayatilah kehadiran-Nya. Cintailah Dia melebihi cinta kepada diri sendiri. Yang lurus dan yang bengkok di bentangkan didepan Iris. Gerbang cakrawala perlahan-lahan di buka untuknya. Karena itu Iris telah menemukan dirinya dalam usia semuda itu. Kornel dan istrinya telah menyaksikan sebagian dari jerih payah mereka.“Bapak.”“Ya.”“Boleh sekali lagi Iris mengatakan sesuatu sebelum diskusi ini kita hentikan?”“Mengapa tidak?”“Bapak tidak bertanggung jawab kalau uang panas menjadi modal untuk menghidupi keluarga. Bapak memang tidak melakukannya, tetapi masih banyak orang lain yang hidup dengan uang panas itu. Mula-mula alasan mereka untuk menghidupi keluarga, tetapi mereka lama-lama memburunya untuk menumpuk kekayaan. Sebenarnya uang itu lebih tepat disebut uang haram, bukan uang panas. Berita-berita koran yang mungkin buat bapak berita biasa, buat Iris merupakan berita luar biasa. Bapak mungkin menganggapnya wajar, tetapi Iris menganggapnya tidak wajar. Bapak mau defensif lagi?”Kornel menggeleng. Tudingan itu dianggapnya sangat kena. Remaja masa kini yang di matanya tampak santai, tidak acuh, dan ingin mereguk kesenangan hari ini sepuas-puasnya, ternyata menyodorkan figur yang lain dari barisan mereka. Hanya Iriskah yang lain? Masih banyakkah anak seperti itu di antarara mereka? Kornel tidak tahu. Karena itu tiba-tiba ia meragukan asumsi-asumsi yang selama ini terdengar terlalu teoritis. Iris telah merobek-robek teori itu.“Pak,” suara Iris lirih.Kornel menatap anaknya.“Masih bolehkah Iris membaca koran dan majalah yang bapak bawa pulang? Atau barangkali lebih tepat kalau Iris berlangganan majalah remaja saja?”“Tidak, sahut Kornel tegas. Kau boleh membaca apa saja selam bacaan itu baik untukmu. Cuma satu pesan bapak. Jangan kau paksa dirimu untuk mengetahui sesuatu yang kau anggap belum layakkau ketahui. Iris boleh membaca koran dan majalah yang bapak bawa, tetapi juga sebaiknya membaca buku-buku yang dianjurkan ibu atau guru. Mungkin nanti Iris bisa lebih tenang dalam belajar, lebih tenang berfikir, lebih bisa memahami sesuatu, dan lebih bisa memberi penilaian dengan tepat. Senyum anak-anak yang putih dari cela kembali memancar di wajah Iris. Ia memahami, betul-betul memahami maksud ayahnya. Ayahnya menginginkan ia menjadi anak yang baik. Hanya saja pengertian kata baik itulah barangkali yang harus mereka seragamkan dalam satu bahasa. Ayah dan anak itu saling menatap dengan penuh pengertian.“Pak,” suara Iris memecah keheningan di ruang tengah itu. “Kita belum sembahyang lohor.”Keduanya kemudian meninggalkan ruangan itu untuk memuji-Nya.
ANALISIS BENTUK PRAGMATIK WACANA TULISAN CERPEN “IRIS” KARYA SORI SIREGARWACANA TULISAN BENTUK PRAGMATIK PENJELASAN1. “Hari ini matahari tidak begitu bersahabat?” Lokusi Memberikan informasi. 2. “hai Ris, sendirian saja kita pulang bareng yuk?”“tidak”.
Maksim Kuantitas Pengujar memberikan jawaban yang secukupnya.
3. “Sekarang aku dijemput oleh Ayahku. Ayolah, matahari sudah semakin tinggi kau tidak takut kulitmu menjadi hitam?”“Sudahlah, kau saja yang duluan pulang. Aku sudah terbiasa berjalan kaki dengan ditemani matahari”. Pelanggaran Maksim Kedermawanan Memberikan sesuatu yang berlebihan. 4. “Bapak belum makan?”“Biar sama-sama saja dengan kamu.” Pelanggaran Maksim Percakapan Berlebihan dalam menyampaikan suatu jawaban. 5. “ibu hari ini masuk sore?” “Ya sehabis tugas nanti ia langsung ke rumah Tante Dina menghadiri malam perpisahan dengan tante yang akan ikut suaminya ke korea.” Pelanggaran Maksim kuantitas Berlebihan dalam menyampaikan suatu jawaban.6. “Jam berapa ibu pulang?” “Katanya sekitar pukul delapan.” Maksim kualitas Memberikan jawaban yang sesuai dengan fakta.7. “Biasanya bapak makan siang dengan siapa?”“Dengan siapa saja,pokoknya teman-teman sekantor.” Maksim Kuantitas Memberikan jawaban yang secukupnya.8. “Kamu tidak tertarik untuk melihat pameran kedirgantaraan di Kemayoran?”“Apa perlu,Pak? Pelanggaran maksim kesopanan Si lawan bicara tidak memberikan jawaban yang sesuai dengan maksud si pengujar.9. “Kalau kamu tertarik sebentar lagi kita bisa pergi.”“Ah,tidak,ah. Mendingan di rumah membaca buku.” Pelanggaran Maksim percakapan Si lawan bicara memberikan jawaban yang terlalu berlebihan.10. “Kalau begitu kita mulai dari mana? Pintar dulu atau berwatak dulu?”“Sebaiknya kedua-duanya sekaligus. Ya, kalau bisa.” Pelanggaran Maksim Kuantitas Lawan bicara tidak memberikan jawaban yang sesuai.11. “Apa mungkin?”“Tentu saja mungkin. Mengapa tidak?” Maksim Kuantitas Menjawab pertanyaan dengan secukupnya.12. “Bapak yakin, ilmu bisa membuat orang lebih beradab?”Wah apa-apaan ini. Pertanyaan itu memendam kemarahan. “Maksudmu?” Pelanggaran Maksim Kuantitas Jawaban si lawan bicara tidak sesuai dengan pertanyaan si pengujar.13. “Kalau itu peraturan dan bukan anjuran?” tanya Iris ketus.“Nah, itu soal lain lagi,” sahut Kornel ketus pula. Pelanggaran Maksim Kuantitas Tidak ada jawaban yang sesuai dari si lawan bicara.14. “Boleh sekali lagi Iris mengatakan sesuatu sebelum diskusi ini kita hentikan?”“Mengapa tidak?” Maksim kedermawanan Memberikan suatu kesempatan si pengujar untuk menawarkan diri.
KESIMPULANDari hasil analisis verpen “Iris”,dapat dismpulkan bahwa sebagian besar bentuk pragmatik yang ada adalah maksim kesepakatan dan maksim kuantitas. Karena keseluruhan cerpen tersebut adalah dialog sehari0hari dari seorang ayah kepada anaknya. Gaya penulisan Sori Siregar yang lebih realistis dalam cerpen ini ,memungkinkan suatu percakapan yang sesuai dengan aturan-arturan dalam pragmatik.

aspek simbol dalam novel nyali

BAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Kata simbol dan tanda (sign) secara umum bisa dipertukarkan, seperti dikatakan oleh William York Tindall:Kata simbol dan tanda secara umum bisa dipertukarkan. Pada saat tertentu satu benda diartikan oleh tanda dan pada saat yang lain diartikan oleh simbol. Oleh sebab itu tanda memiliki arti referensi eksak, termasuk simbol, dan simbol mengandung arti sarana sugestif, termasuk tanda.Namun demikian kata simbol dan tanda memiliki perbedaan. Menurut William York Tindall, jika kita mengartikan sebuah tanda (sign) sebagai sebuah rujukan eksak, hal ini berarti menyangkut simbol, karena simbol adalah sebuah rujukan eksak juga. Perbedaannya terlihat bahwa sebuah tanda (sign) adalah sebuah rujukan eksak kepada sesuatu yang definitif dan simbol merupakan rujukan eksak kepada sesuatu yang indefinitif. Dalam hal hubungan korenpondensi, kata tanda adalah korespondensi satu-satu. Contoh: bendera Amerika adalah tanda United States yang digunakan untuk mengenali kantor pos, kantor pajak pendapatan, dan kapal..Sedangkan korespondensi simbolis tidak pernah satu-satu, tapi selalu banyak dan orang yang berbeda akan menangkap arti yang berbeda pula. Karya seni termasuk karya sastra adalah bentuk sim- bolis, sejajar dengan agama atau ilmu. Namun demikian bentuk-bentuk simbol ini selain memiliki persamaan, juga mempunyai perbedaan yang mendasar. Dalam kaitan ini William York Tindall mengatakan:Bentuk-bentuk ini dibangun oleh semesta yang memungkinkan orang untuk menafsirkan dan mengenali peng- alamannya; dan sebuah penemuan realitas, karena sebuah bentuk-bentuk simbolis tersebut merupakan kreasi. Meskipun mirip dalam hal fungsi, bentuk- bentuk simbol ini berbeda dalam hal jenis realitas yang membangunnya. Ilmu dibangun oleh fakta-fakta , seni dibangun dengan perasaan, intuisi dan segi kehidupan lainnya.







BAB IILANDASAN TEORI
Webster mengatakan bahwa simbol adalah sesuatu yang merujuk atau mengingatkan pada sesuatu yang lain karena alasan hubungan, asosiasi, konvensi atau kebetulan, tapi bukan sesuatu yang menyerupai; khususnya sebuah tanda yang menampakkan sesuatu yang tidak nampak, seperti ide, kualitas atau totalitas, misalnya negara atau gereja.Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari Simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan), Ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik) dan Indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat). Sedangkan acuan tanda ini disebut objek.Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.Hal yang terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi.Contoh: Saat seorang gadis mengenakan rok mini, maka gadis itu sedang mengomunikasi mengenai dirinya kepada orang lain yang bisa jadi memaknainya sebagai simbol keseksian. Begitu pula ketika Nadia Saphira muncul di film Coklat Strowberi dengan akting dan penampilan fisiknya yang memikat, para penonton bisa saja memaknainya sebagai icon wanita muda cantik dan menggairahkan. Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan interpretant.
Menurut Langer Via William York Tindall. , seni berbeda dengan bentuk simbol yang lain dalam hal bahan dan sesuatu yang disimbolkan. Sebagaimana musik menggunakan suara, lukisan menggunakan warna, patung menggunakan pahatan, dan sastra menggunakan kata untuk menciptakan citraan tentang waktu, ruang atau gelora perasaan.Novel merupakan bentuk simbolis dan dalam novel juga terkandung simbol-simbol yang merupakan kreasi dari pengarangnya. Menurut Ursula BrummFree Press. pengujian secara historis menunjukkan bahwa opini yang ada sekarang ini tidak dapat dibenarkan, yakni simbolisme dikembangkan oleh penulis-penulis modern, bukan kebutuhan kondisi sastra, atau bukan semua novel yang mengandung simbol. Novel besar abad sembilan belas bukan produk dari kerja imajinasi dalam bentuk-bentuk simbolis. Ini adalah representasi kehidupan, tapi bukan sebuah representasi simbolis.








BAB IIIANALISIS
Pada bagian ini penulis menguraikan aspek simbolis dalam novel Nyali yang diintrepretasikan secara sosio- logis. Hal ini dimaksudkan sebagai kelengkapan analisis sosiologis yang tidak sekedar bersifat historis. Simbol- simbol tersebut menyangkut pada penggunaan nama-nama dan peristiwa-peristiwa simbolis.Nama-nama yang terdapat dalam novel Nyali boleh dikatakan memiliki keanehan, baik nama diri (nama tokoh) dan nama tempat. Nama-nama tersebut ada yang memiliki arti tertentu, namun sebagian besar terkesan bukan nama yang lazim dipergunakan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya.Tokoh utama dalam novel ini menggunakan nama Kropos. Penggunaan nama ini masih mempunyai arti tertentu. Dalam bahasa Jawa istilah "kropos" berarti sebuah benda yang kulit luarnya nampak baik, tetapi isinya rapuh seperti kayu yang bagian luarnya nampak baik tetapi bagian dalamnya rapuh karena dimakan rayap. Penggunaan nama Kropos ini kontradiktif dengan watak tokoh Kropos. Sebagaimana telah diuraikan dalam bab dua, Kropos memiliki dimensi watak yang keras, teguh, tabah dalam menjalani berbagai ujian berat dan tahan dalam segala bentuk siksaan dan penderitaan. Ia tidak mudah putus asa walaupun tugas yang ia emban sangat berat dan hampir bisa dikatakan mustahil. Keadaan yang kontradiktif antara arti nama dan watak tokoh utama dalam novel ini mengandung makna dialektis, artinya meskipun seseorang memiliki watak yang keras, tabah, tangguh, dan berdisiplin tinggi, namun sesungguhnya dalam diri seseorang juga terdapat potensi sifat-sifat yang negatif. Seperti halnya mata uang yang memiliki dua muka, pada sisi Kropos mempunyai sifat-sifat yang keras, tabah dalam menghadapi segala pengujian yang berat, dan merupakan pemimpin yang punya disiplin baja, namun pada sisi lain terdapat potensi sifat-sifat yang negatif. Munculnya sifat-sifat yang berlawanan tersebut tergantung dari situasi dan kondisi yang melingkupinya. Ketika Kropos berada dalam lingkungan yang keras dan menuntut ketabahan fisik dan mental, watak Kropos yang positif muncul dan berkembang dengan baik. Sebaliknya, tatkala gerombolan Zabaza berhasil ditumpas oleh tentara kerajaan, watak Kropos mengalami kemunduran. Ia menjadi putus asa. Kropos mengasingkan diri dari kehidupan ramai dan tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya.ketika ia ditangkap Belanda, justru ia sangat ketakutan dan gugup.Dengan kata lain sifat rapuh pada diri Kropos menjadi aktual ketika ia berada dalam situasi dan kondisi yang penuh dengan keputusasaan.Makna simbolis dari nama ini sesungguhnya memiliki kesejajaran dengan realitas sejarah. Bila Kropos dipandang sebagai personifikasi gerombolan Zabaza dan Zabaza dipandang sebagai sebuah ideologitahu, Zabaza bukan orang, tetapi semacam ideologi....", maka hal ini dapat diinterpretasikan bahwa meskipun ideologi memiliki karakteristik yang efektif dan tangguh, tetapi sesungguhnya ia juga memiliki kelemahan. Dalam konteks novel Nyali, ideologi Zabaza sesungguhnya memiliki kelemahan. kelemahannya terletak pada sifatnya yang dogmatis dan doktriner. Sifat ini sangat dipatuhi oleh anggotanya dan telah mendarah daging, sehingga mereka tidak punya pilihan lain dan tidak ada upaya untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dalam masyarakat. Hal ini terlihat dari tiadanya dimensi fleksibelitas dalam Zabaza.Sebagaimana telah penulis sebutkan pada bab terdahulu, dalam beberapa hal Zabaza memiliki kesejajaran dengan PKI. Apabila Zabaza dipandang sebagai ideologi, maka Zabaza memiliki kesejajaran dengan ideologi komunisme. Kelemahan ideologi ini terletak pada sifatnya yang dogmatis. Bagaimanapun juga. sebuah ideologi selain punya dimensi edealisme, yakni kemampuannya memberikan harapan kepada berbagai kelompok atau golongan yang ada dalam masyarakat untuk mempunyai kehidupan bersama secara lebih baik dan untuk membangun suatu masa depan yang lebih cerah, ideologi haruslah memiliki dimensi fleksibilitas.yang terlalu dogmatis tidak memiliki fleksibilitas.Ideologi yang terlalu dogmatis dan kaku sifatnya dapat dikatakan tidak memiliki dimensi fleksibilitas. Dengan demikian, ia tidak punya kemampuan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan dalam masyarakat, sehingga daya tahan ideologi tersebut berkurang ketika masyarakat berkembang ke arah yang sama sekali tidak "diperkirakan" sesuai dengan doktrin yang diyakini kebenarannya. Komunisme sebagai ideologi yang didasarkan pada Marxisme, merupakan ideologi yang terlalu dogmatis dan kaku. Komunisme tidak punya dimensi fleksibilitas untuk mengantisipasi perubahan dalam masyarakat. Sebagai contoh, hukum perkembangan masyarakat didasarkan dpada empat tahap, yakni komune primitif, feodalisme, kapitalisme dan sosialisme. Padahal kondisi tiap-tiap negara tidak sama. Dengan demikian, setiap negara akan memiliki tahap perkembangan sendiri yang tidak selalu sesuai dengan tahap perkembangan masyarakat yang terdapat dalam pandangan Marxian. Karena sifat dogmatis ini, para penganut Marxis ortodok memandang kelompok lain yang mencoba menyesuaikan ajaran Marxisme dengan kondisi masyarakat akan dinilai sebagai revisionist.Nama-nama tokoh lainnya, yakni Leonel, Chiko, Torzo, Golef, Combla, Krosy, Tirtir adalah nama-nama yang terkesan aneh dan tidak biasa dipergunakan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Namun demikian ada nama yang lazim, yaitu Erika.Penggunaan nama-nama yuang terkesan aneh dapat di- interpretasikan bahwa realitas dalam novel tersebut tidak menunjuk secara langsung kepada realitas yang terdapat dalam sejarah Indonesia. Negara yang dikisahkan dalam novel Nyali tidak memiliki nama tertentu, sehingga seakan- akan latar tempat dalam novel Nyali bukan di Indonesia. Di berbagai negara di dunia sering terjadi konflik politik yang termanifestasikan dalam bentuk pembrontakan dan kudeta dalam menggulingkan rezim yang berkuasa dan menggantikan sistem pemerintahan dengan sistem yang baru. Konflik politik yang dikisahkan dalam novel Nyali juga memiliki kemiripan dengan penggulingan Presiden Alende di Chili tahun 1970-an yang menggunakan nama sandi "Jakarta Operation" dan disertai dengan pembantaian terhadap orang- orang komunis (People Front).Peristiwa simbolis yang penulis bahas adalah tindakan atau perilaku tokoh. Perilaku atau tindakan tersebut ditafsirkan sebagai sebuah simbol tertentu.Pada bagian akhir novel Nyali dikisahkan bahwa Kropos mengasingkan diri ke sebuah ladang yang sunyi. Di tempat itu ia bertemu dengan seorang perempuan. Mereka berinteraksi tanpa menggunakan komunikasi verbal, walaupun mereka tidak bisu sampai akhirnya mereka menjadi suami istri.Kropos telah hidup sebagai suami-istri dengan wanita itu di tengah ladang. Setiap pagi ia mengantar bininya sampai ke sungai. Malam mereka duduk berdua mendengar suara-suara serangga malam. Tetapi keduanya masih juga belum membicarakan sesuatu. Berdampingan dengan bisu. (halaman 94)Perilaku demikian adalah bentuk dehumanisasi. Hal ini merupakan perilaku yang tidak wajar; merupakan penyim- pangan perilaku manusia normal, sebab mereka tidak bisu dan tidak mengalami hambatan secara fisik maupun psiko- logis. Sebagai sebuah novel inkonvensional, terutama dalam hal tokoh-tokohnya yang aneh dan tindakannya yang aneh pula, perilaku demikian bisa dipandang sebagai sebuah simbol tertentu yang punya kaitan dengan sebuah sistem dalam kehidupan (realitas sosial) seperti dikatakan oleh Umar Junus Umar Junus. 1981. Mitos dan Komunikasi. Jakarta: Sinar Harapan. Halalam 25.dalam kaitannya dengan pandangan semiotik untuk menghubungkan sistem dalam karya dan sistem dalam kehidupan. Pandangan semiotik, menurut Umar Junus, bukan hanya dapat menghubungkan sistem dalam karya itu sendiri, tapi juga dengan sistem di luarnya dengan sistem dalam kehidupan.Perilaku bisu ini bisa diinterpretasikan sebagai sebuah simbol sikap frustasi dan protes terhadap kondisi yang tidak dikehendaki walaupun protes tersebut tidak dialamatkan ke sebuah lembaga atau orang tertentu. Ke- putusasaan yang dialami Kropos merupakan akibat dari kekalahan gerombolan Zabaza dalam konflik politik segitiga antara gerombolan Zabaza, Jendral Leonel, dan Baginda Raja. Kekalahan total bagi gerombolan Zabaza mengakibatkan Kropos tersingkir dan terasing dalam kehidupan masyarakat yang diwarnai dengan laju pembangunan di segala bidang.Kropos jadi merasa sunyi. Rasanya ibukota bukan dunianya lagi. Ia mengitari jalan kota, menemukan orang-orang yang makin hari makin asing. Sejak re- publik diproklamirkan menggantikan kerajaan, banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi. Semuanya merupakan kemajuan. Tetapi Kropos seperti tak ikut serta. Ia bercecer, atau ditinggalkan. Barangkali ia tidak mau ikut. Padahal ia merasa dirinya sudah berusaha untuk mengerti. (halaman 83)Dalam keputusasaan Kropos berniat bunuh diri. Ia membaringkan tubuhnya di atas rel kereta api. Tapi tidak ada kereta yang menggilasnya karena ia berbaring di atas rel yang tidak terpakai. Ia tidak peduli kereta menggilasnya atau tidak. Kropos tak peduli dirinya sudah mati atau masih hidup. Ia menjadi tidak peduli terhadap sesuatu. Lalu ia meneruskan perjalanan dengan menempuh jalan se- sukanya.Dengan basah kuyup, Kropos meneruskan perjalanan. Ia menempuh jalan sesukanya. Tidak berusaha untuk mencari jalan setapak. Ia maju saja dengan sembrono arah ke timur. Semak-semak diterobosnya. Parit-parit kecil dengan lumpur-lumpur diterjangnya saja. Duri-duri semak melukai kulitnya. Beberapa bagian bajunya robek. Ia tidak peduli. Kemudian ia bertemu dengan hamparan sawah. Ditempuhnya terus dengan cara yang sama. Tidak berusaha meniti di pematang, tapi ia memotong sawah-sawah yang masih ditumbuhi padi-padi kecil. Untung tak ada orang. (halaman 89)Kemudian Kropos sampai di tepi sebuah kampung. Ia menyeberangi jalan. Masuk pekarangan rumah orang. Melompati pagar, berjalan di antara rumah-rumah. Beberapa orang memperhatikannya, tapi ia tidak peduli. Akhirnya ia tembus kampung itu dan menjumpai kembali sungai yang tadi. Kini sungai itu melebar. Di atasnya ada jembatan bambu. Kropos terus berjalan tanpa menghiraukan jembatan tersebut. Ia memanjat tepi dan memasuki sebuah rumah yang lain. Sebuah kampung yang lain. Semak-semak, pematang, pagar rumah orang, hutan kecil, lalu jalan kereta api kembali, kemudian sebuah tanah datar yang luas. (halaman 89)Sikap tak peduli pada diri Kropos adalah sikap keputusasaan. Demikian halnya dengan sikap membisu antara dia dan istrinya di ladang yang sunyi. Hidup berdampingan sebagai suami-istri dengan bisu. Bahkan sikap tak peduli juga sering ditunjukkan kepada istrinya. Ketika istrinya memijit-mijit kakinya, Kropos tak peduli. Tatkala istrinya membawakan radio, Kropos menerimanya, tapi tidak berusaha membunyikannya. Selanjutnya radio itu selama berbulan- bulan tidak pernah dibunyikannya. Demikian pula ia tak pernah mengikuti wanita itu pergi.Bila dikaitkan dengan realitas sosial, terutama dalam hubungannya dengan konflik politik yang terjadi sekitar tahun 1965, sikap frustasi yang dialami Kropos dan sisa- sisa Zabaza mempunyai kemiripan dengan nasib orang-orang PKI yang terkalahkan dalam konflik di tahun 1965. Nama Zabaza senantiasa dikaitkan sebagai kelompok yang menjadi biang kerusuhan dan pengkhianat negara, sehingga tak se- orang pun berani dituduh sebagai Zabaza.Tak seorang pun yang berani dituduh sebagai Zabaza. Itu berarti memikul seluruh darah yang telah mengalir di kerajaan itu dulu yang kini telah menjadi sebuah republik. (halaman 82)Meskipun Zabaza telah ditumpas, tapi sisa-sisa Zabaza selalu dicurigai. Bahkan ketika ada polemik politik dan demonstrasi, Zabaza dicurigai sebagai penggeraknya. Demikian juga dengan sisa-sisa anggota PKI merasa tersingkir dan terbuang dalam kehidupan Orde Baru yang diwarnai dengan laju pembangunan di segala bidang. Mereka yang selamat dari pembantaian atau keluar dari penjara atau tempat pembuangan merasa tersisih sebagai orang yang kalah. Apalagi sikap pemerintah yang senantiasa menghukum dengan cara deskreminasi dalam berbagai hal, seperti pendidikan, lapangan pekerjaan, dan kehidupan politik (tidak boleh mengikuti pemilu). Dalam keputusasaan dan penderitaannya sebagai warga negara yang tersisih, bukan berarti dalam pikiran mereka tidak pernah terlintas untuk memulai aktivitas yang sifatnya politis.Pada akhir cerita dalam novel Nyali dikisahkan bahwa Kropos bermimpi menjadi Zabaza kembali, berjuang dalam rimba dan memimpin penyergapan. Lalu ketika ia terbangun ia menyadari telah dijemput dua puluh orang berpakaian hitam dan membawa senjata. Mereka mengajak Kropos untuk memulai lagi aktivitas seperti dulu. Kropos setuju.Peristiwa tersebut merupakan simbol bagi munculnya bentuk-bentuk perlawanan dari sekelompok orang terhadap kondisi yang ada. Bentuk perlawanan tersebut tidak pernah hilang dalam masyarakat selama dalam masyarakat masih ada ketimpangan, walaupun kelompok perlawanan tersebut telah dihancurkan oleh penguasa. Demikian juga dengan peristiwa dalam novel Nyali. Meskipun Zabaza telah dihancurkan oleh tentara kerajaan, tetapi ketika dalam masyarakat terjadi konflik yang termanifestasikan dalam bentuk demonstrasi, polemik politik di media massa, ketidakberesan dalam proses pengadilan, maka sisa-sisa Zabaza membangun ke- kuatan untuk memulai lagi aktivitas perlawanan.

Demikan juga, ada indikasi bahwa sisa-sisa anggota PKI menyusup ke dalam organisasi massa, bahkan disinyalir mereka menyusup ke dalam kepengurusan PDIdaerah yang diduga terlibat PKI (Gatra, No. 9 tahun I, 14 Januari 1995 halaman 31).






BAB IVKESIMPULANNovel Nyali mengandung simbol-simbol yang memiliki keterpaduan dengan konflik sosial dan politik yang menjadi tema novel ini. Simbol-simbol tersebut juga memperkuat kesejajaran antara konflik sosial dan politik dalam novel Nyali dan konflik sosial dan politik dalam sejarah Indonesia. Makna simbolis dari nama tokoh utama, yakni Kropos, memiliki korelasi dengan watak ideologi gerombolan Zabaza. Jika Kropos dipandang sebagai personifikasi gerombolan Zabaza dan Zabaza dipandang sebagai sebuah ideologi, maka sesuai dengan makna simbolis nama Kropos, ideologi Zabaza dalam beberapa hal mempunyai sedikit kemiripan dengan komunisme. Demikian juga dengan keterasingan dan keputusasaan Kropos setelah ia mengalami kekalahan dalam konflik, secara simbolis memiliki kesejajaran dengan nasib sisa-sisa anggota PKI pada masa Orde Baru yang tersingkir dalam beberapa hal. Meskipun tersingkir dan tertindas, sisa-sisa gerombolan Zabaza berusaha untuk bangkit kembali. Hal ini pun memiliki kesejajaran dengan upaya bangkitnya sisa-sisa PKI dewasa ini.




DAFTAR PUSTAKAWijaya, Putu. 1980.Telegram. Jakarta: Balai Pustaka. www.id.wikipedia.org/wiki/Simbolwww.komunikasiana.comparera,J.S.2004. TEORI SEMANTIK edisi ke 2. JAKARTA:ERLANGGA