Powered By Blogger

magelang

magelang
jalan-jalan truz

Rabu, 04 November 2009

resensi 2

Judul buku : Lelaki Ikan (kumpulan cerpen)
Pengarang : Hudan Hidayat
Penerbit : P.T Kompas Media Nusantara
Tahun terbit : September 2006
Tebal halaman: viii+256 halaman
Kota: Jakarta

Novel karya Hudan Hidayat yang mengangkat tentang pergulatan seorang yang mencari jati diri dari perjalanan hidupnya yang penuh dengan keadaan absurd serta dengan keadaan yang sadar. Hal ini yang mengakibatkan seorang Hudan Hidayat untuk menceritakan seluruh hidupnya sebagai contoh kisah lelaki yang berubah menjadi ikan pada saat bulan purnama. Lelaki tersebut mempunyai seorang istri yang sedang mengandung cabang bayi. Hal ini memunculkan suatu keadaan yang sangat tidak masuk akal untuk orang yang pertama kali membaca. Kumpulan Cerpen ini membuat pembaca begitu ingin mencurahkan apa yang ada dalam sisi “liar” dari pembaca karya sastra ini. Symbol-simbol yang diuraikan oleh Hudan Hidayat mengisyaratkan untuk para lelaki yang gemar akan bermain dengan para wanita.
Hudan memang lama terbiasa mengisi hari-harinya dengan ketegangan untuk satu dunia yang ia geluti, dunia sastra. Bahkan intensitas keteganannya pada sastra sebanding dengan keteangan pada setiap orang yang ia jumpai. Namun di penghujung selesainya buku ini, Hudan coba melakukan “peregangan”, seperti meregangkan otot yang telah lama kaku. Ia melakukan pernapasan dalam-dalam seakan sudah lama oksien tidak masuk beramai-ramai dalam paru-parunya.
Begitu gila mungkin ungkapan salah satunya untuk menggambarkan kumpulan cerpen yang bersumber dari Alam bawah sadar manusia yang biasanya ingkar pada ketakutan, kenge rian dan kehidupan itu sendiri. Setiap tema ia beri komposisi karakter berbeda. Misalnya kematian. Ia beri dengan berbagai warna; kematian sebaai pelibatan emosi, ‘sebuah ambang’ seperti manusia yang bersiap-siap terjun ke jurang, kematian sebagai sebuah perenungan, kematian sebagai kegelisahan pemikiran, dan kematian sesuai kematian.
Dengan sampul depan yang bergambar sosok seperti seseorang ikan dan berwarna biru, buku ini menggambarkan kesatuan antara dunia surealis. Terdiri dari dua puluh empat cerpen adalah Suatu hal yang patut dibaca oleh kalanga sastra yang telah mendapatkan berbagai pengalaman dalam membaca karya-karya surealis.
Peggunaan bahasa yang cukup vulgar memuat kekerasan menjadi masalah dalam buku ini. Adegan mesum menjadi adegan yang patut untuk disertakan demi memperkuat cerita. Namun sangat disayangkan hanya kalangan dewasa yang bisa untuk membaca da menelaah karya yang surealis ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar