Powered By Blogger

magelang

magelang
jalan-jalan truz

Senin, 22 Maret 2010

skripsi dialektologi

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya setiap bahasa yang digunakan didunia ini memiliki variasi atau diferensiasi. Sebuah variasi dapat berwujud perbedaan ujaran seseorang dari waktu ke waktu maupun perbedaan yang terdapat dari suatu tempat ke tempat lain. Variasi-variasi tersebut akan memperlihatkan pola-pola tertentu yang disebabkan adanya pengaruh-pengaruh dari pola social ataupun yang disebabkan kedaerahan atau geografis. Variasi bahasa salah satunya.
Istilah dialek berasal dari kata Yunani dialeksis pada mulanya dipergunakan di Yunani dalam hubungannya dengan keadaan bahasanya. Di Yunani terdapat perbedaan-perbedaan kecil di dalam bahasa yang dipergunakan oleh pendukung-pendukungnya masing-masing. Tetapi sedemikian jauh hal tersebut tidak sampai menyebabkan mereka mempunyai bahasa yang berbeda. Perbedaan tersebut tidak mencegah mereka untuk secara keseluruhan merasa memiliki satu bahasa yang sama. Oleh karena itu, cirri utama dialek adalah perbedaan dalam kesatuan dan kesatuan dalam perbedaan (Meillet dalam ayat Rohendi, 1983:1-2).
Pengertian dialek menurut Weijnen dkk (dalam Ayat Rohaedi 1983:1) jika disimpulkan adalam sistim kebahasaan yang dipergunakan oleh suatu masyarakat untuk membedakannya dari masyarakat lain yang bertetangga yang mempergunakan sistem yang berlainan walaupun erat hubungannya.
Menurut Meillet (dalam Ayat Rohaedi, 1983:2) dialek memiliki dua ciri yaitu: 1) dialek adalah seperangkat ujaran setempat yang berbeda-beda, yang memiliki ciri-ciri umum dan masing-masing lebih mirip sesamanya dibandingkan dengan bentuk ujaran lain dari bahasa yang sama, 2) dialek tidak harus mengambil semua bentuk ujaran dari sebuah bahasa.
Indonesia merupakan negara yang terdiri berbagai suku bangsa. Suku sunda termasuk didalamnya. Bahasa yang digunakan oleh suku sunda disebut bahasa sunda. Menurut Satjadibrata (1960) bahasa sunda mempunyai sembilan buah dialekyaitu dialek Bandung, Banten, Cianjur, Purwakarta, Cirebon, Kuningan, Sumedang, Garut, dan Ciamis. Dari kesembilan dialek tersebut yang dijadikan bahasa sunda lulugu adalah dialek Bandung yanr sering digunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah.
Dari kesembilan dialek tersebut mempunyai perbedaan dan persamaan yang dipengaruhi faktor geografis. Biasanya kecenderungan yang ada, apabila daerahnya berdekatan dialek yang digunakan relative sama. Namun pada prinsipnya setiap dialek mempunyai ciri khas masing-masing. Karena setiap bahasa yang mempunyai dialek, dialek tersebut digunakan untuk membedakannyadengan kelompok masyarakat yang lain.
Pada penelitian ini yang menjadi daerah penelitian adalah Kecamatan Padarincang yang terdiri dari 3 desa diantaranya yaitu Desa Padarincang, Desa Citasuk, dan Desa Ciomas. Alasan pemilihan Kecamatan Padarincang karena di Kecamatan ini hamper seluruh masyarakatnya mempunyai dua bahasa yaitu bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Berdasarkan hal itu pemupu ingin mengetahui sejauh mana perbedaan dan persamaan bahasa sunda yang digunakan di Kecamatan Padarincang dibandingkan dengan bahasa Jawa. Karena secara teori makin jauh tempat yang satu dengan tempat yang lain maka akan terdapat perbedaan yang disebabkan oleh faktor geografis dan faktor politik.

1.2 Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Telah peneliti kemukakan bahwa penggunaan bahasa sunda pada saat ini telah mengalami kegeseran. Hal ini ditandai dengan munculnya beberapa dialek bahasa Sunda diseluruh provinsi Banten. Di dasari oleh hal tersebut, peneliti merasa perlu diadakannya sebuah penelitian mengenai penggunaan bahasa Sunda dan Jawa dimasyarakat menurut daerah penggunannya. Daerah yang dijadikan sebagai tempat dalam penelitian ini adalah kecamatan Padarincang yang terdiri dari 3 desa, yaitu desa padarincang, desa Citasuk, desa Ciomas yang berada di kabupaten Serang, alasannya daerah ini memiliki kekhasan tersendiri dalam hal penggunaan bahasa Sunda dan Jawa dalam masyarakat.
Masalah yang ingin dimunculkan oleh peneliti dalam penelitian adalah mendapatkan penggambaran/deskripsi tentang bahasa Sunda dan bahasa Jawa dialek Serang, sehingga bisa didapatkan peta kosakata penggunaan bahasa Sunda dan bahasa Jawa menurut dialek Serang.
1.2.2 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini yang menjadi batasan masalah adalah memperbandingkan kosakata dasar bahasa Indonesia menurut bahasa Sunda dan bahasa Jawa dialek Serang, kemudian ditentukan peta dan dialektometri dari segi kosa kata atau leksikon dialek Serang, di Kecamatan Padarincang yang meliputi tiga titik daerah pengamatan yaitu: Desa Padarincang, Desa Citasuk, dan Desa Ciomas.
1.2.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perbandingan pemetaan kekerabatan dari Desa Padarincang, Desa Citasuk, dan Desa Ciomas di kecamatan Padarincang?
2. Bagaimana bentuk-bentuk bahasa dari Desa Padarincang, Desa Citasuk, dan Desa Ciomas di kecamatan Padarincang?
3. Bagaimana bentuk pemetaan dialek bahasa sunda Desa Padarincang, Desa Citasuk, dan Desa Ciomas di kecamatan Padarincang?
4. Berapa ukuran statistik yang menunjukkan perbedaan dan persamaan dialek berdasarkan perhitungan menggunakan dialektometri?
1.3 Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan pemetaan bahasa dari Kecamatan Padarincang yang dijadikan daerah pengamatan.
2. Untuk mendeskripsikan bentuk penggunaan bahasa dari setiap Kecamatan.
3. Untuk mendeskripsikan pemetaan dialek bahasa Sunda dan Jawa di kecamatan Padarincang.
4. Untuk mengetahui ukuran statistik yang menunjukkan perbedaan dan persamaan dialek berdasarkan perhitungan dengan menggunakan dialektometri.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah
1. Untuk memperkaya khasanah penelitian dialektologi , khusunya dalm pengembangan dan pembinaan bahasa daerah yang ada di Indonesia.
2. memberikan informasi tentang hasil penelitian yang berkaitan dengan deskripsi keadaan umum daerah penelitian, keadaan kosakata di daerah penelitian, variasi unsure-unsur bahasa Sunda yang digunakan di kecamatan Padarincang.
3. memberikan informasi tentang peta unsur bahasa terutama unsur leksikal.
4. hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi para peneliti lain yang ingin meneliti lebih mendalam tentang dialek bahasa Sunda dari aspek kebahasaan yang lain.
5. Untuk pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia.
1.5 Anggapan Dasar
1. Dialek di kecamatan Padarincang merupakan bagian bahasa Sunda.
2. Dialek adalah sistem kebahasan atau variasi yang digunakan oleh sekelompok pemakai bahasa.
3. Dialek disebut juga logat bahasa.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Batasan Dialek
Istilah dialek berasal dari bahasa Yunani dialektos pada mulanya dipergunakan disana dalam hubungannya dengan bahasanya. Di Yunani terdapat perbedaad-perbedaan kecil dalam bahasa yang dipergunakan oleh pendukung masing-masing, tetapi sedemikian jauh hal tersebut tidak menyebabkan mereka merasa mempunyai bahasa yang berbeda (Meillet, 1967:69). Perbedaan tersebut tidak mencegah mereka untuk secara keseluruhanmerasa memiliki satu bahasa yang sama. Oleh karena itu ciri utama dialek adalah perbedaan dalam kesatuan, kesatuan dan kesatuan dalam perbedaan (Meillet, 1967:69)
Ada dua ciri lain yang dimiliki dialek,yaitu (1) dialek adalah seperangkat bentuk ujaran setempat yang berbeda yang memiliki ciri-ciri umum dan masing-masing lebih mirip sesamanya dibandingkan dengan bentuk ujaran yang berbeda dari bahasa yang sama, dan (2) dialek tidak harus mengambil semua ujaran dari sebuah bahasa (Meillet, 1967:69).
2.2 Pembeda Dialek
Secara garis besar dialek dapat dibedakan menjadi lima macam, kelima macam perbedaan itu adalah:
1. Perbedaan fonetik (Guairaud, 1970:12). Perbadaan itu berada di bidang fonologi, dan biasanya si pemakai dialek atau bahasa yang bersangkutan tidak menyadari adanya perbedaan tersebut.
2. Perbedaan semantic, yaitu terciptanya kata-kata baru, berdasarkan perubahan fonologi dan geseran bentuk. Dalam peristiwa tersebut biasanya terjadi geseran makna.
3. Perbedaan onomasiologis yang menunjukan nama yang berbeda berdasarkan satu konsep yang diberikan di beberapa tempat yang berbeda (guirad, 1970:16). Menghadiri kenduri misalnya , di beberapa daerah BS tertentu biasanya disebut ondangan, kondangan, dan kaondangan , sedangkan di tempat lain disebut nyambungan.
4. pebedaan semasiologis yang merupakan kebalikan dari perbedaan onomasiologis yaitu pemberian nama yang sama untuk beberapa konsep yang berbeda (Guatid, 1970:18)
5. Perbedaan morfologis yang dibatasi oleh adanya system tata bahasa yang bersangkutan, frekuensi morfem-morfem yang berbeda, kegunaan yang berkerabat, wujud fonetisnya, daya rasanya, dan sejumlah faktor lainnya lagi (Guarid, 1970:18)
Setiap bahasa dipergunkan di suatu daerah tertentu, dan lambat laun terbentuklah anasir kebahasaan yang berbeda-beda pula, seperti dalam lafal, tata bahasa, dan tata arti, dan setiap ragam mempergunakan salah satu bentuk khusus(Ayat Rohaedi, 1983:3)
Pada tingkat dialek, perbedaan tersebut secara garis besar dibagi menjadi lima macam, namun pada penelitian dialektologi tinkat kecamatan hanya mengambil empat perbedaan dialek. Adapun empat pembeda dialek tersebut antara lain:
1. Perbedaan fonetis
Perbedaan ini berada di bidang fonologi, dan biasanya si pemakai dialek atau bahasa yang bersangkutan tidak menyadari adanya perbedaan tersebut. Adapun perbedan fonetik dalam penelitian dialektologi di empat kecamatan hanya memerlukan sedikit pembeda fonetik. Seperti tampak pada beberapa contoh di bawah ini:
Kamar [k a m a r] dengan kamer [k a m e r]
Bintang [bi n t a n g] dengan bentang [b e n t a n g]
Benih [b e n i h] dengan binih [b i n i h]
2. Perbedaan semantik
Perbedaan semantik yaitu dengan terciptanya kata-kata baru, berdasarkan perubahan fonologi dan geseran bentuk. Dalam peristiwa tersebut biasanya terjadi geseran makna kata itu. Geseran tersebut bertalian dengan dua corak yang menentukannya, yaitu:
2. 1 Pemberian nama yang berbeda pada tempat yang berbeda. Geseran corak ini pada umumnya dikenal dengan istilah sinonim, padanan kata, atau sama waktu.
2. 2 Pemberian nama yang sama untuk hal yang berbeda di beberapa tempat yang berbeda. Misalnya calingcing untuk ‘calincing’ dan ‘belembing’, dan meri untuk ‘itik’ dan ‘anak itik’. Geseran in dikenal sebagai homonimi.
3. Perbedaan morfologi
Perbedaan morfologis yang dibatasi oleh adanya system tata bahasa yang bersangkutan, oleh frekuensi morfem-morfem yang berbeda, oleh kegunaanya yang berkerabat, oleh wujud fonestisnya, daya rasanya, dan oleh sejumlah faktor lainnya (Guarid dalam Ayat rohaedi, 1983:5)
Semua hal tersebut menunjang pemahaman lahirnya suatu inovasi. Oleh karena itu, dalam inovasi bahasa, haruslah dibedakan adanya dua tahap yaitu penciptaan yang sifatnya perseorangan dan penerimaan dalam masyarakat bahasa yang merupakan suatu kenyataan sosial.
2.3 Isoglos, Heteroglos, atau Watas Kata
Perkembangan suatu bahasa atau dialek sangat tergantungkepada sejarah daerah yang bersangkutan (Guarid, 1970:19). Untuk menguji kebenaran anggapan tersebut, para ahli berhasil menemukan alat Bantu yang sangat penting artinya dalam usaha memperjelas persoalan ini. Alan Bantu ini disebut isoglos atau watas kata, yaitu garis yang memisahkan dua lingkungan dialek atau bahasa berdasarkan wujud atau system kedua lingkungan yang berbeda, yang dinyatakan dalam peta bahasa (Dubois, 1973:270). Garis wasta kata itu kadang disebut heteroglos (kurath, 1972:24). Oleh karena itu, untuk memperoleh gambaran yang benar mengenai batas-batas dialek, harus dibuat watas kata yang merangkum segala segi kebahasaan (fonologi, semantik, leksikal, dan sintaksis).
2.4 Dialektometri
Dialektometri ialah ukuran secara statistik yang dipergunakan untuk melihat berapa jauh perbedaan dan persamaan yang terdapat di tempat-tempat yang diteliti dengan membandingkan sejumlah bahan yang terkumpul dari tempat yang diteliti tersebut.
Dialektometri untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh ahli ilmu bahasa E. Bagby Atwood pada tahun 1995, sedangkan istilahnya dialectomettrie diperkenalkan oleh Jean Seguy. Teori itu kemudian dikembangkan oleh Louis Remacle dan sekarang telah banyak diterapkan untuk penelitian geografi dialek di negara Perancis dan sekitarnya.
Anasir bahasa yang diperbandingkan antar tempat itu adalah anasir fonologi, morfologi, kosakata, sintaksis, morfosintaksis, dan morfonologi. Agar perhitungan lebih mudah dari setiap anasir disiapkan 100 buah peta. Dengan memperhitungkan jumlah bedanya masing-masing yang dikalikan dengan 100 lalu dibagi jumlah nyata peta yang dibandingkan, dengan rumus sederhana . maka diperoleh persentasi jarak antara dialek tersebut. Berdasarkan rumus tersebut maka perbedaan yang lebih dari 80 % dianggap perbedaan bahasa, 51 – 80 % dianggap perbedaan dialek, 31 – 50 % dianggap perbedaan subdialek, 21 – 30 % dianggap perbedaan wicara atau parler, sedangkan perbedaan yang kurang dari 20 % dianggap tidak ada perbedaan.
BAB 3
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Kota Serang hampir pasti menjadi kota otonom baru di daerah Propinsi Banten, karena DPR RI akan mengesahkan RUU tentang Kota Serang dalam sidang paripurna, pekan depan. Kabar ini disambut gembira berbagai kalangan di Serang karena penantian kota Serang menjadi kota otonom tersendiri sudah berlangsung lama.
Serang, adalah ibukota Provinsi Banten, Indonesia. Kabupaten Serang juga merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Banten. Ibukotanya adalah Serang. Kabupaten ini berada di ujung barat laut Pulau Jawa, berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Tangerang di timur, Kabupaten Lebak di selatan, serta Kota Cilegon di barat.
Sejarah
Banten Lama yang terletak di Teluk Banten dulunya merupakan pusat Kesultanan Banten. Kawasan ini merupakan tempat dimana kapal-kapal Belanda
mendarat untuk pertama kalinya di Indonesia.
Geografi
Sebagian besar wilayah Kabupaten Serang berupa dataran rendah, kecuali di perbatasan dengan Kabupaten Pandeglang terdapat rangkaian pegunungan, dengan puncaknya Gunung Karang (1.778 m).
Pembagian administratif
Kabupaten Serang terdiri atas 32 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Serang, yang terletak 10 km dari pantai Teluk Banten.
Saat ini tengah dibahas pemekaran Kabupaten Serang menjadi Kota Serang dan Kabupaten Serang. Kecamatan yang akan tercakup dalam Kota Serang adalah Kecamatan Kota Serang, Kecamatan Cipocok Jaya, Kecamatan Ciruas, Kecamatan Kasemen, Kecamatan Taktakan, Kecamatan Curug, dan Kecamatan Kramatwatu.
Transportasi
Serang dilintasi jalan negara lintas Jakarta-Merak, serta dilintasi pula jalur kereta api lintas Jakarta-Merak. Posisi kabupaten ini sangat strategis, karena berada di jalur utama penghubung lintas Jawa-Sumatera. Pelabuhan Merak merupakan titik penyeberangan antara pulau Jawa dan Sumatera
Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Serang 1.786.000 (2003), sebagian besar tinggal di bagian utara. Bahasa yang dituturkan adalah Bahasa Sunda yang digunakan oleh masyarakat di daerah selatan, serta Bahasa Jawa Dialek Banten, atau dikenal dengan Bahasa Jawa Serang yang kebanyakan digunakan di daerah pantai utara.
Hari jadi -
Bupati
Drs. H. Taufik Nuriman

Wilayah
1.734,095 km²
Kecamatan
32
Penduduk
-Kepadatan 1.669.119 jiwa (2001)
962,53/km²
Suku bangsa
Sunda, Jawa Serang

Bahasa
Indonesia, Sunda, Jawa Serang

Agama
Mayoritas Islam

Zona waktu
WIB

Kode 0254

Bahasa
Menurut sejarahnya, Dialek Banten mulai dituturkan di zaman Kesultanan Banten pada abad ke-16. Di zaman itu, bahasa Jawa yang diucapkan di Banten tiada bedanya dengan bahasa Jawa di Mataram. Namun, bahasa Jawa di Banten mulai terlihat bedanya, apa lagi daerah penuturannya dikelilingi daerah penuturan bahasa Sunda dan Betawi.
Dialek Banten atau Jawa Serang ini dituturkan di bagian utara Kabupaten Serang dan daerah barat Kabupaten Tangerang. Dialek ini dianggap sebagai dialek kuno juga banyak pengaruh bahasa Sunda dan Betawi.
Contoh :
• Aja (dibaca aje) bribin! : Jangan membuat kisruh!
• Sire arep mendhi? (sire itu kasar) : Kamu akan ke mana?
• Mak lunga jeng Teh Toyah : Ibu pergi dengan Kak Toyah.
Diperoleh dari “http://id.wikipedia.org/wiki/Dialek_Banten“
Bahasa Jawa Serang adalah bahasa Jawa yang telah mengalami akulturasi dengan kebudayaan Sunda Banten. Sebagian besar bahasanya sama seperti bahasa Jawa aslinya namun kata-kata yang pada bahasa Jawa asli berakhiran ‘o’ pada bahasa Jawa Serang berakhiran ‘e’ (baca: seperti e pada kata “peti”) seperti akhiran pada bahasa Melayu/Malaysia. Misalnya kata “apa” yang dalam bahasa Jawa aslinya adalah “opo” menjadi “ape” pada bahasa Jawa Serang. Sebagian lagi merupakan bahasa Sunda Banten yang berbeda pula dengan Sunda Priangan.
Diperoleh dari “http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jawa_Serang“
Keadaan Geografis
1. Letak
Luas wilayah Kabupaten Serang 170.166 ha, terletak antara 5050I – 6021I Lintang Selatan dan 10507I – 106022I Bujur Timur dengan batas-batasnya :
• Sebelah Utara dibatasi oleh Laut Jawa
• Sebelah Timur dibatasi oleh Kabupaten Tanggerang
• Sebelah Barat dibatasi oleh Kota Cilegon dan Selat Sunda
• Sebelah Selatan dibatasi oleh Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang
Secara administrasi Kabupaten Serang terbagi atas :
• 32 Wilayah Kecamatan
• 2 Perwakilan Kecamatan
• 349 Desa dan 20 Kelurahan
2. Ketinggian Tempat
Berdasarkan peta ( peta ketinggian ) wilayah kabupaten Serang dapat dikelompokan menjadi 6 kelompok yaitu :
1. Ketinggian 0 – 3 m dpl : 16.867 ha
2. Ketinggian 3 – 25 m dpl : 57.679 ha
3. Ketinggian 25 – 100 m dpl : 60.073 ha
4. Ketinggian 100 – 500 m dpl : 33.781 ha
5. Ketinggian 500 – 1000 m dpl : 2.390 ha
6. Ketinggian lebih dari 1000 m dpl : 590 ha
Ketinggian tempat tersebut apabila diklasifikasikan berdasarkan strata wilayah pembangunannya adalah seperti pada tabel 2 berikut :
Ketinggian tempat berdasarkan wilayah pembangunan
No. WP 0 – 3 3 – 25 25 – 100 100 – 500 500 – 1000 >1000
1.
2.
3.
4.
5. Barat
Selatan
Timur
Utara
Tengah 427
-
-
14.000
2.43 4.812
2.320
30.311
14.249
5.987 3.713
23.896
22.142
1.350
8.972 3.720
27.391
80
-
2590 310
1.750
-
-
330 -
590
-
-
-

*
*
*
*
* Serang Barat
Serang Selatan
Serang Timur
Serang Utara
Serang Tengah •
o
 Bojonegara, Anyer
 Ciomas, Cinangka, Padarincang, Pabuaran, Waringin kurung, Mancak
 Cikande, Cikeusal, Curug, Petir, Pamarayan, Kopo, Jawilan, Kragilan, Walantaka
 Kasemen, Pontang, Carenang, Tirtayasa
 Serang, Cipocok Jaya, Taktakan, Karamatwatu. Ciruas
Keterangan : Satuan Ha
Sedangkan kedalaman efektif tanahnya adalah :
*
*
* 30 cm
30 – 60 cm
60 – 90 cm •
o 4.175 ha
o 6.345 ha
o 8.383 ha

1. Jenis Tanah
Jenis tanah di kabupaten Serang secara kelompok besar terdiri dari 5 jenis yaitu : Alluvial, Regosol, Latosol, Glei dan Podsolik. Sedangkan spesifikasi dan sebarannya adalah sebagai berikut :
1. Alluvial kelabu tua dari bahan endapan liat di daerah aliran sungai terdapat di Kecamatan Pamarayan dan Kragilan.
2. Aluvial kelabu tua di daerah datar terdapat di Kecamatan Pontang, Kasemen, Kramatwatu dan Bojonegara.
3. Regosol kelabu kuning dan abu vulkanis masam terdapat di Kecamatan Mancak, Waringinkurung, Taktakan dan Cinangka
4. Latosol merah kuning dari tuff vulkan masam terdapat di Kecamatan Cinangka.
5. Assosiasi Glei humus dan Alluvial intermedier terdapat di Kacamatan Ciomas, Baros dan Pabuaran
6. Latosol coklat dan tuff vulkan intermedier terdapat di Kecamatan Padarincang
7. Podsolik merah kuning tuff vulkan masam terdapat di Kecamatan Cikeusal, Petir, Curug dan Taktakan.
8. Assosiasi Podsolik kuning dan Hidromorf kelabu dari bahan endapan terdapat di Kecamatan Serang, Cipocok Jaya, Ciruas, Walantaka, Kragilan, Cikande dan Pamarayan
9. Assosiasi Hidromorf kelabu tua dari bahan liat danpasir terdapat di Kecamatan Ciruas, Kramatwatu dan Kasemen
10. Assosiasi Alluvial kelabu tua Glei Humus rendah terdiri dari bahan endapan liat di Kecamatan Tirtayasa, Ciruas, Kramatwatu dan Bojonegara.
Luas dan Sebaran Jenis Tanah di Kabupaten Serang
No. WP Alluvial Glei Latosol Regosol Podsolik
1.
2.
3.
4.
5. Barat
Selatan
Timur
Utara
Tengah 2.075
525
10.432
21.624
3.980 700
8.068
3.900
7.775
4.387 7.984
28.044
3.400
-
725 2.200
17.617
1.000
-
3.175 -
1.600
33.801
200
9.032
38.636 24.848 40.163 23.992 44.633
Keterangan : Satuan ha
Produksi Pertanian yang menonjol di Kabupaten Serang adalah sebagai berikut:
1. Padi
2. Tanaman Jagung
3. Tanaman Kacang Hijau
4. Tanaman Kacang Kedelai
5. Tanaman Kacang Tanah
Jumlah Produksi untuk padi sawah (Ha) adalah 495.818
Jumlah Produksi untuk tanaman Jagung (Ha) adalah 14.629
Jumlah Produksi tanaman Kacang Hijau (Ha) adalah 1.652
Jumlah Produksi tanaman Kacang Kedelai (Ha) adalah 47
Jumlah Produksi tanaman Kacang Tanah (Ha) adalah 32.162
Untuk tanaman Padi kecamatan yang memproduksi adalah Kecamatan Kasemen
Untuk tanaman Jagung yang memproduksi adalah Kecamatan Cikeusal
Untuk tanaman Kacang Hijau yang memproduksi adalah kecamatan Bojonegara
Untuk tanaman Kacang Kedelai yang memproduksi adalah Kecamatan Baros
Untuk tanaman Kacang Tanah yang memproduksi adalah Kecamatan Bojonegara
VISI DAN MISI DINAS PERTANIAAN KABUPATEN SERANG
Program Pembangunan Daerah Tahun 2002 – 2006 Kabupaten Serang
Arah Kebijakan Pembangunan Kabupaten Serang 2002 – 2006 Aspek Ekonomi diharapkan dapat meningkatkan daya beli dan pendapatan masyarakat dan Steakholder lainnya melalui pemenuhan kebutuhan dasar/pokok dan pengembangan sektor – sektor potensial lainnya terutama pertaniaan yang berdasarkan keunggulan komperatif dan keunggulan kopetitif sesuai dengan kompetisi dan produk unggulan daerah.
Deskripsi Kondisi yang Diharapkan.
1. Meningkatkan Pendapatan dan daya beli masyarakat, khususnya melalui pengembangan usaha du bidang jasa dan perdagangan, pariwisata, industri, agrobindustri, agribisnis dan arti luas (pangan, Holtikultura, Peternakan, Kehutanan dan Kelautan).
2. Meningkatkan Produksi Sektor Pertanian (Pangan, Hortikultura, Peternakan, Perkebunan, Perikanan untuk memenuhi kebutuhan dasar/pokok dan menjamin ketahanan pangan, sandang dan papan masyarakat yang berorientasi pada permintaan pasar.
Visi Dinas Pertanian Kabupaten Serang
Terwujudnya Pembangunan Pertaniaan yang Berorientasi Agribisnis dengan memperkuat ketahanan pangan tahun 2006.
Program Dinas Pertanian Kabupaten Serang
1. Peningkatan Produksi pertanian untuk tanaman pangan, peternakan, perkebunan dan kehutanan untuk menunjang swasembada pangan keanekaragaman pangan dan ketahanan pangan.
2. Intensifikasi diversifikasi dan rehabilitasi pertaniaan untuk tanaman pangan peternakanperkebunan dan kehutanan.
3. Pengembangan agribisnis dan agroindustri untuk usaha pertaniaan tanaman pangan peternakan, perkebunan dan kehutanan dalam meningkatkan nilai tambah dan pendapatan petani.
4. Penguatan pemasaran produk pertaniaan.
5. Penguatan lembaga pertaniaan
6. Penguatan sarana dan prasarana pertaniaan.
7. Mengembankan model pertaniaan terpadu
8. Pelestariaan fungsi hutan, sumberdaya alam dan fungsi lingkungan serta memelihara dan melindungi mata air.
Tujuan
1. Meningkatkan Produktivitas komoditas-komoditas unggulan yang diminati pasar.
2. Meningkatkan sumberdaya manusia petani dan sumberdaya manusia aparatur.
3. Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal sehingga mempunyai kontribusi perekonomian daerah.
4. Mengembangkan sistem ketahan pangan yang berbasis pada keragaman sumberdaya bahan pangan.
5. Menarik investor di bidang pertaniaan untuk menjalin kemitraan dengan petani.

Permasalahan Sektor Pertanian
1. Rendahnya Produktivitas Komoditas-komoditas pertanian
2. Banyaknya lahan yang tidak dipergunakan secara optimal.
3. Lemahnya tata niaga (posisi tawar menawar petani rendah).
4. Rendahnya tingkat pendapatan petani.
5. Lemahnya modal untuk usaha agribisnis.
BAB 4
METODE DAN TEKNIK PENELITIAN
Sudaryanto dalam Mahsun (1995:93) mengemukakan bahwa dalam penelitian di samping ada istilah metode ada juga istilah teknik, yaitu kedua-keduanya berarti “cara” dalam suatu upaya. Lebih lanjut menurutnya metode adalah cara yang harus dilaksanakan, sedangkan teknik adalah cara melaksanakan metode.
4.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskritif komparatif. Menurut Sudaryanto (1988:62) istilah deskritif menyarankan bahwa penelitian itu dilakukan semata-mata hanya berdasarkan fakta yang ada atau fenomena secara empiris hidup pada penutur-penuturnya, sehingga yang dihadsilkan atau yang dicatat berupa perian bahasa yang sifatnya potret atau paparan seperti apa adanya. Sedangkan istilah komparatif menyarankan kepada cara kerjanya yang membandingkan data satu dengan yang lain (Sudaryanto, 1988:63)
Metode penelitian deskriftif komparatif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk membandingkan kemiripan bentuk, kesamaan dialek, dan perbadaan dialek di kecamatan Padarincang melalui pengkajian perkembangannya lewat tataran fonologi.
Dengan menggunakan metode deskritif komparatif, peneliti bisa melakukan pengambilan data yang mendasar di lapangan secara sistematis, factual, dan akurat.
4.2 Sumber Data dan Prosedur Penentuan Sampel
4.2.1 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah seluruh kosakata swadesh, kosa kata budaya dasarmenurut bidang bagian tubuh, kosa kata budaya dasar menurut bidang kata ganti, kosa kata budaya dasar menurut bidang kehidupan desa dan masyarakat,kosa kata budaya dasar menurut bagian rumah dan bagian-bagiannya, kosa kata budaya dasar menurut bidang peralatan dan perlengkapan.
4.2.2 Prosedur Penentuan Sampel
Populasi penelitian ini adalah penutur bahasa sunda di kecamatan Padarincang. Dari populasi ini diambil sample penutur bahasa Sunda dan Jawa di Kecamatan Padarincang.
4.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam melaksanakan penelitian ini, teknik penelitian yang digunakan adalah teknik simak, libat, dan cakap.
Pemupu menggunakan teknik simak karena cara yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan cara menyimsk penggunssn bahasa dari pembahan. Teknik simak ini dilanjuti dengan teknik lanjutan berupa teknik libat dan teknik cakap.
Penggunaan teknik libat dimaksudkan bahwa pemupu terjun langsung atau terlibat langsung dengan pembahan dalam mengumpulkan data, sedangkan teknik cakap dimaksudkan cara yang ditempuh dalam mengumpulkan data itu berupa percakapan antara pemupu dan pembahan.
BAB 5
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11-12 Mei 2007. bertempat di kabupaten Serang, kecamatan Padarincang, yang meliputi 3 daerah penelitian yaitu, Desa Citasuk, Padarincang, dan Desa Ciomas. Dari 843 kosakata swadesh yang kami gunakan diperoleh 603 kosakata yang berbeda di masing-masing desa yang kami teliti. Yang pada akhirnya dipergunakan untuk mengetahui perbedaan secara statistik melalui metode dialektometri sehingga diperoleh hasil sebagai berikut ;
Diketahui ;
S¬ = 603
n = 843
Ditanyakan ;
d = …?
J
d = (S x 100)/n = (603 x 100)= 71,53
awab ;
Berdasarkan perhitungan di atas, maka diperoleh ukuran statistik sebesar 71, 53 % dimana persentasi di daerah penelitian tersebut terdapat perbedaan dialek.
DAFTAR KATA PEMBEDA
KECAMATAN PADARINCANG
NO KOSAKATA DASAR SWADESH DESA
PADA RINCANG CIOMAS CITASUK
JAWA
BANTEN SUNDA BANTEN
1.
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
303
304
305
306
307
308
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
319
320
321
322
323
324
325
326
327
328
329
330
331
332
333
335
336
337
338
339
340
341
342
343
344
345
346
347
348
349
350
351
352
353
354
355
357
358
359
360
361
362
363
364
365
366
367
368
369
370
371
372
373
374
375
376
377
378
379
380
381
382
383
384
385
386
387
388
389
400
401
402
403
404
405
406
407
408
409
410
411
412
413
414
415
416
417
418
419
420
421
422
423
424
425
426
427
428
429
430
431
432
433
434
435
436
437
438
439
440
441
442
443
444
445
446
447
448
449
450
451
452
453
454
455
456
457
458
459
460
461
462
463
464
465
466
467
468
469
470
471
472
473
474
475
476
477
478
479
480
481
482
483
484
485
486
487
488
489
490
491
492
493
494
495
496
497
498
499
500
501
502
503
504
505
506
507
508
509
510
511
512
513
514
515
516
517
518
519
520
521
522
523
524
525
526
527
528
529
530
531
532
533
534
535
536
537
538
539
540
541
542
543
544
545
546
547
548
549
550
551
552
553
554
555
556
557
558
559
560
561
562
563
564
565
566
567
568
569
570
571
572
573
574
575
576
577
578
579
580
581
582
583
584
585
586
587
588
589
590
591
592
593
594
595
596
597
598
599
600
601
602
603
604
605
606
607
608
609
610
611
612
613
614
615
616
617
618
619
620
621
622
623
624
626
627
628
629
630
631
632
633
634
635
636
637
638
639
640
641
642
643
644
645
646
647
648
649
650
651
652
653
654
655
656
657
658
659
660
661
662
663
664
665
666
667
668
669
670
671
672
673
674
675
676
677
678
679
680
681
682
683
684
685
686
687
688
689
690
691
692
693
694
695
696
697
698
699
700
701
702
703
704
705
706
707
708
709
710
711
712
713
714
715
716
717
718
719
720
721
722
723
724
725
726
727
728
729
730
731
732
733
734
735
736
737
738
739
740
741
742
743
744
745
746
747
748
749
750
751
752
753
754
755
756
757
758
759
760
761
762
763
764
765
766
767
768
769
770
771
772
773
774
775
776
777
778
779
780
781
782
783
784
785
786
787
788
789
790
791
792
794
795
796
797
798
799
800
801
802
803
804
805
806
807
808
809
810
811
812
813
814
815
816
817
818
819
820
821
822
823
824
825
826
827
828
829
830
831
832
833
834
835
836
837
838
839
840
841
842
843 Bagian tubuh:
Alis
Bahu
Betis
Bibir
Bulu Dada
Bulu ketiak
Bulu kuduk
Bulu roma
Dada
Daging
Dagu
Dahi
Darah
Geraham
Gigi
Gigi seri
Gigi yangtumbuh bertumpuk
Gigi yang menonjol keluar
Gusi
Hati
Hidung
Ibu jari
Isi tulang
Jantung
Janggut
Jari
Jari manis
Jari tengah
Kaki
Kelingking
Kemaluan laki-laki
Kemaluan perempuan
Kepala
Kerongkongan
Kuku
Kulit
Kumis
Kutu
Leher
Lemak
Lengan
Lidah
Ludah
Lutut
Mata
Mata kaki
Mata susu
Muka
Mulut
Ompong
Otak
Paha
Pantat
Paru-paru
Pelipis
Pelupuk mata
Pergelangan tangan
Perut
Pinggang
Pinggul
Pundak
Punggung
Pusar
Rambut
Rusuk
Siku
Susu
Tangan
Telapak kaki
Telapak tangan
Telinga
Telunjuk
Tembuni
Tengkuk
Tubuh
Tulang kering
Tulang rahang
Tumit
Ubun-ubun
Urat
Usus
Tanda hitam pada kulilt sejak lahir
Kata ganti, sapaan, dan acuan:
Dia
Kami
Kamu
Kamu sekalian
Kita
Laki-laki
Nama
Panggilan untuk anak laki-laki- kecil
Panggilan untuk gadis kecil
Panggilan untuk gadis remaja
Panggilan untuk laki-laki remaja
Panggilan untuk laki-laki tua
Panggilan untuk perempuan tua
Perempuan
Saya
orang
Sistem kekerabatan
Adik
Adik dari istri
Adik dari suami
Adik laki-laki ayah/ibu
Adik perempuan ayah/ibu
Anak
Anak dari anak
Anak dari cucu
Anak dari saudara
Anak dari saudara ayah
Anak dari saudara ibu
Anak kandung
Anak tiri
Anak yang tertua
Anak yang termuda
Ayah
Ayah dari orang tua
Ibu dari orang tua
Istri
Istri adik laki-laki ayah
Istri adik laki-laki ibu
Istri kakak laki-laki ayah
Istri kakak laki-laki ibu
Istri dari saudara
Istri dari saudara orang tua
Kakak
Kakak laki-laki
Kakak perempuan
Kakak laki-laki dari ayah
Kakak laki-laki dari ibu
Kakak perempuan dari ayah
Kakak perempuan dari ibu
Kakak dari kakak
Nenek moyang
Orang tua dari suami
Orang tua dari istri
Orang tua suami/istri
Pasangan suami istri
Saudara laki-laki
Saudara perempuan
Saudara dari istri
Saudara dari suami
Suami adik perempuan ayah
Suami adik perempuan ibu
Suami dari saudara
Suami dari saudar orang tua
Suami dari istri saudara istri
Suami / istri saudara suami
Suami / istri dari anak
Suami kakak perempuan dari ayah
Suami kakak perempuan dari ibu
Kehidupan desa dan masyarakat:
Amil
Bekerja di tempat orang yang mengadakan pesta/ meninggal
Bertunangan
Dating ketempat kenduri
Datang memberi bantuan ketempat orang pesta/ meninggal
Dukun
Dukun sunat
Dukun bayi
Juru tulis
Kawin
Kawin lari
Kawin dengan cara wanita datang ke tempat penghulu
Kenduri
Kepala desa
Kepala kampung
Kerja bakti
Khatib
Khitanan
Lahir
Melahirkan
Mengandung
Menguburkan
Meninggal
Penghulu
Pemukul bedug
Upacara cuci perut orang hamil tujuh bulan
Upacara turun tanah
Upacara turun kesungai anak-anak yang telah di khitan
Upacara puput pusar
Rumah dan bagian-bagiannya:
Atap
Atap dari bambu
Bubungan
Dangau
Dapur
Dinding bambu
Dinding tembok
Genting
Halaman
Jendela
Kamar
Kandang
Kandang ayam
Kandang kambing
Kandang kerbau
Kandang kuda
Kandang merpati
Kasau
Kelenteng
Langit-langit
Lumbung
Pagar
Palang dada
Para-para
Pelimbahan
Pintu
Pusaka
Ruang depan yang terbuka
Ruang rumah yang paling belakang
Rumah
Rumah kecil ditengah sawah
Surau
Tangga
Tempat tungku
Tiang
Tungku
Peralatan dan perlengkapan:
Alat dari lontar untuk menyimpan ikan
Alat penumbuk padi mirip dengan perahu
Alat untuk membuat benang tenun
Alu
Bajak
Bakul
Bakul kecil
Balai-balai
Bambu untuk memasukan benag tenun
Bantal
Cangkul
Cobek
Dayung
Dingklik
Gabus/ kayu pada tali pancing
Galah
Gayung
Gelas
Gergaji
Jala besar
Jala kecil
Jarum
Kayu diatas pundak kerbau
Kayu panjang tempat memasukan bajak
Kayu penggulung benag tenun
Kayu untuk merapatkan benang tenun
Layer
Lesung
Nyiru
Panah
Pancing
Parang
Parut kelapa
Penumbuk
Perahu
Periuk
Pikulan
Piring
Pisau
Selimut
Sendok
Tali bajak
Tempat beras
Tempat nasi dari bambu
Tempayan
Tikar
Tongkat
Wajan
Makanan dan minuman:
Bubur
Cendol
Dendeng
Gulai
Jagung
Jeruk
Kacang
Kerak
Kerupuk
Ketupat
Kue
Kopi
Labu
Lemang
Madu
Makanan
Mangga
Minuman
Nangka
Nasi
Nasi basi
Nasi belum matang
Nenas
Sagu
Sambal
Sayur
Tapai ketan
Tapai singkong
Ubi
Tumbuh-tumbuhan, bagian, buah, dan hasil olahnya:
Akar
Alang-alang
Anak dahan
Aren, enau
Asam
Bambu
Batang
Bawang merah
Bawang putih
Benih
Beras
Beras kecil
Beringin
Biji
Buah
Bunga
Cabai
Cabang
Cereme
Dahan
Daun
Dedak
Getah
Ijuk
Jerami
Jambu batu
Jambu mente
Kayu
Kelapa
Ketan
Ketimun
Kulit kayu
Kunyit
Lada
Lengkuas
Mandalika
Minyak kelapa
Minyak tanah
Nasi yang tidak termakan menempel di bibir/ jatuh di lantai
Padi
Pandan
Paria
Papaya
Pinang
Pisang
Pohon
Ranting
Rebung
Rotan
Ruas
Rumput
Sabut
Santan
Setandan pisang
Sisir pisang
Tempurung
Terung
Ubi jalar
Ubi kayu
Binatang dan bagiannya
Anjing
Ayam
Ayam betina remaja
Ayam betina yang telah beranak
Ayam jantan dewasa
Babi
Bangkai (binatang)
Bankai (manusia)
Belalang
Binatang
Buaya
Bulu sayap
Burung
Cacing
Cecak
Ekor
Gagak
Ikan
Insang
Jalu
Kambing
Katak
Kelelawar
Kerbau
Kucing
Kunang-kunang
Kupu-kupu
Kura-kura
Laba-laba
Lalat
Lebah
Linta
Monyet
Nyamuk
Penyu
Rayap
Rusa
Sayap
Sapi
Semut
Sirip
Sisik
Tanduk
Taring
Telur
Tikus
Udang
Ular
Ulat
Waktu, musim, keadaan alam, dan arah:
Air
Air bak
Air laut
Air tawar
Api
Arang
Arus
Asap
Atas
Awan
Bara
Barat
Batu
Batu api
Bawah
Besi
Besok
Bintang seperti bajak
Bintang tanda keluar fajar
Bukit
Bulan
Bulan purnama
Bulan terbit
Darat
Datar
Debu
Di atas
Di bawah
Di samping
Di sana
Di sini
Dua hari mendatang
Dua hari yang lalu
Dusun
Emas
Embun
Empat hari mendatang
Empat hari yang lalu
Fajar
Garam
Gerhana
Gunung
Guntur
Hari
Hujan
Hutan
Ini
Itu
Jalan (lebar)
Jalan (sempit)
Jurang
Kabut
Kanan
Kemarin
Kilat
Ladang
Lahar
Langit
Laut
Lereng
Lima hari mendatang
Lima hari yang lalu
Malam
Mata air
Matahari
Mega (hitam)
Mega (putih)
Muara sungai
Musim hujan
Musim kemarau
Ombak
Padang
Pagi
Pagi sekali
Pantai
Pasir
Pelangi
Sawah
Sebentar
Sore
Sungai
Tanah
Tahun
Tebing
Tepian
Tiga hari mendatang
Tiga hari yang lalu
Timur
Utara
Gerak dan kerja:
Bangun dari duduk
Bangun dari tidur
Bekerja
Berak
Berbaring
Berbicara
Berbisik
Berenang
Bergerak
Berjalan
Berjongkong
Berkelahi (dengan tangan)
Berkelahi (dengan kata-kata)
Berkembang (pohon)
Berkembang (binatang)
Berlari
Berludah
Bermain
Bernafas
Berobah
Berobat
Bersiul
Bertanya
Bertemu
Bongkar
Cuci (pakaian)
Cuci (tangan)
Datang
Duduk
Duduk kaki di lipat (pria)
Duduk kaki di lipat (wanita)
Duduk kaki terjulur
Gantung
Ikut
Ingat
Jatuh (daun, buah, dan lain-lain)
Jatuh (orang)
Kembali
Kecing
Kentut
Lari-lari kecil
Makan (nasi)
Makan (selain nasi)
Marah
Melempar
Melihat
Melirik
Melotot
Memanah
Memasak (nasi)
Memasak (sayur)
Membakar (ikan)
Membakar (sampah)
Membanting (cucian)
Membawa
Membawa dengan ketiak
Membawa dengan punggung
Membawa dengan tangan (jinjing)
Membawa dengan tangan di atas
Membawa di bahu
Membawa di kepala
Membawa di pinggang
Membawa di pundak
Membersihkan
Memberi
Memberi tahu
Membuat dendeng
Memburu hewan (malam)
Memburu hewan (siang)
Membunuh
Memegang
Memejamkan mata
Memotong (ikan)
Memotong (kayu)
Memperoleh (sesuatu, hadiah, dan lain-lain)
Memutar (menggunakan tali)
Menakutkan
Menarik
Menarik (benda dengan hewan)
Mencari
Mencium (benda)
Mencium (perempuan)
Mendengar
Menebas pohon
Mengambil (daging sekerat)
Mengalir
Menganyam
Mengapung
Menggali
Menggaruk (kepala, kulit)
Menggenggam
Menggigit (manusia)
Menggigit (serangga)
Menggosok (kulit)
Menghitung
Menghidupkan (api)
Menggosok (gigi)
Mengikat
Mengikat (kayu)
Mengikat (kepala dengan kain)
Menginjak dengan dua kaki
Menginjak dengan satu kaki
Mengisap
Mengotorkan
Menguburkan
Mengulang
Mengusap
Menikam
Menikam dari atas
Menikam dari bawah
Menikam dari belakang
Menikam dari depan
Meniup
Meniru
Menjahit
Menjemur
Menyahut
Menyuruh
Menyusul
Merebus
Merumputi (tanaman)
Mimpi
Minum
Muntah
Petik
Pilih
Bintal (me- N)
Putar
Raba
Rangkul
Selam
Sentuh
Simpan
Tabur
Tambah
Tangis (me- N)
Telungkup
Terbang
Tertawa
Tidur
Tukar (Me-N)
Tunjuk
Turun
Tusuk
Urut
Usap
Perangai, sifat, dan warna.
Amis
Asam
Angkuh
Bagus
Banyak
Baru
Basah
Benar
Bengkak
Berani
Berat
Bersih
Besar
Biru
Bodoh
Boros
Botak
Bulat
Buta
Cantik
Cerdas
Coklat
Dekat
Dingin (air)
Dingin (cuaca)
Enak
Gelap
Gurih
Gemuk
Halus
Harum
Haus
Hijau
Jauh
Jernih
Kaya
Kecil
Kendur
Keras
Kering
Kikir
Kotor
Kosong
Kuat
Kurus
Lama
Licin
Luas
Lurus
Malu
Manis
Manjur
Marah
Merah
Miskin
Muda
Pahit
Panas
Panjang
Pendek
Pemarah
Perajuk
Putih
Rajin
Rakus
Rendah
Ringan
Sabar
Sakit
Sedikit
Sejuk
Sempit
Tahu
Tajam
Takut
Tampan
Tebal
Tengah
Terang
Terkejut
Terkenal
Tinggi (gunung)
Tinggi (orang)
Tipis
Tua
Tumpul
Ujung
Ungu
Usang
Penyakit
Batuk
Bekas luka
Bisu
Bisul
Borok
Buta
Congek
Demam
Gondok
Luka
Nanah
Obat
Panu
Pingsan
Pusing
Sembuh
Tuli
Pakaian dan perhiasan.
Anting-anting
Baju
Celana
Celana dalam
Celana panjang
Celana pendek
Cincin
Gelang
Kalung
Kebaya
Kopiyah
Kutang
Sabuk
Sarung
Subang
Bilangan dan ukuran
Delapan
Delapan belas
Dua
Dua belas
Dua puluh
Dua puluh lima
Empat
Empat belas
Enam
Enam belas
Lima belas
Lima puluh
Satu
Sebelas
Sedepa
Sehasta
Sejengkal
Sembilan
Sembilan belas
Sepuluh
Seratus
Seribu
Tiga
Tiga ratus
Ukuran padi dalam ikat kecil
Ukuran padi dua ikat kecil
Ukuran padi dua puluh lima ikat besar
Ukuran padi dua ratus lima puluh ikat besar
Ukuran padi empat ikat kecil
Satu ikat besar
Ukuran padi seratus ikat besar
Ukuran padi seribu ikat besar
Frase
Ayah saya
Baju dia
Batang kayu
Hidung kamu
Kaki Ali
Kambing paman
Kepala Amir
Membicarakan orang
Menjelekan teman
Rumah bibi
Rumah Paridi
Kalimat
Ali diberi uang oleh paman
Apa yang saudara beli?
Apakah anda pernah ke Jakarta?
Ayah memberikan saya uang sepuluh ribu rupiah.
Bagaimana cara membuat tapai?
Berapa harga madu satu botol?
Bilamana kamu pergi?
Di kampung tidak ada listrik
Dia dibelikan baju oleh ibunya
Dia akan membuat rumah baru
Dia tidak pernah datang kemari
Hari ini terlalu panas, mungkin
akan turun hujan
Hujan turun hingga sore
Ibu baru saja pulang dari Mataram
Ibu sedang makan
Kakak sudah datang dari Mataram
Kalau menolong orang jangan kepalang
Kambing itu hampir mati
Kapan kamu datang ke rumah saya?
Saya akan membeli baju baru nanti
Saya diberikan uang oleh ayah sepuluh ribu rupiah
Saya tidak jadi datang, kalau hari hujan
Saya melempar mangga
Siapa yang lebih dahulu datang saya beri uang
Paman memberi uang pada Ali Halis
Tak-tak
Bitis
Lambe
Bulu dada
Bulu kélék
Bulu punduk
bulu
Dada
Daging
Janggut
Sirah saeutik
Geutih
careham
huntu
huntu
Sihung
Sinyom
Gugusi
Hate
Irung
Jempol
Sumsum
Jantung
Jenggot
Jari-jari
Curuk
Curuk
Sampean
cingir
Kontol
Momok
Mastaka
tikoro
kuku
kulit
kumis
Kuar
Beuheung
Lintuh
Panangan
Letah
Ciduh
Tuur
Soca/ panon
Kengkeongan
Pentil
Beungeut
Biwir
ompong
Polo
Pingping
Jubur
Paru-paru
Kelopak
Beuteung
Cangkeng
panggul
Tak-tak
Tonggong
Bujal/udal
Buuk
iga
Sikut
Nyusu
Panangan
Talapak suku
Talapakleungeun
Ceuli/cepil
Panuduh
………
Punduk
Awak
…….
. . . . .
kekeongan
Embun embunan
Urat
Usus
Tanda / tompel
Manehna
Abdi
Maneh
Sakabehna
Urang
Lalaki
Ngaran
ujang
neng
Geulis
Kasep
Abah/mama
Ibu
Bikang/awewe
Urang
Jelema
Adi
Adi beuteung
Adi beuteung
Ende lalaki
Ende awewe
Budak
Incu
Buyut
Kaponakan
. . . . .
. . . . .
anak kandung
Anak tere/ pribadi
Pangkolotna/ cikal
Bungsu
Bapa
Aki
Nene
Pamajikan
Ende
Adi beuteung
Ua
Ua
Ipar
. . . . .
Lanceuk
Aa
Teteh
Ua
Ua
Ua istri
Ua
Teteh/ ayah
Buyut / karuhun
Mitoha
Mitoha
besan
Salaki pamajikan
Aa
Teteh
Bibi
Bibi
Mamang
Mamang
Kakak
Ua
Kakak
Kakak
Minantu
Ua
Ua
Penghulu
Tukang babantu
Tamaran
Ondangan
Ngelatat/ ondangan
Dukun
Bengkong
Paraji
carik
nikah
. . . . .
Kawin gelap
Hajat
Lurah
Rt
Gotong royong
Imam
Sunatan
Kelahiran
babar
Bobot/reuneuh
Nguburkeun
Maot
Penghulu/naib
Kaom
Puput pusar
Murunkeun
. . . . . . .
Nayuh
Kenteng
Wewit
Suhunan
Tajug
Dapur
Bilik
Tembok
Genteng
Palaparan
Jandela
Kamar
Kandang
Kandang hayam
Kandang kambing
Kandang kebu
Kandang kuda
Kandang japati
. . . . . . .
. . . . . . .
Langitan
Leuit
Pager
Senta
Papara
Panyaweran
Panto
Karamat
Teras payun
Pengker
Bumi
Saung
Musola
Taraje
Hawu
Tihang
Hawu
Kempis
Lisung
. . . . . . .
Alu
Waluku
Bakul
Boboko
Amben tambenan
. . . . . .
Bantal
Pacul
Coet
Dayung
Jojodog
Ampul
Gantar
Gayung
Gelas
Ragaji
Jala
Jajala
Jarum
Dungkul
. . . . . .
. . . . . .
. . . . . .
layer
Lisung
Nyiru
Panah
Useup
Arit
Parudan
Halu
Parahu
Pariuk
Pananggung
Piring
Peso
Sisimbut
Sendok
Rakitan
Pabeasan
Aseupan
. . . . . .
Samak
Tongkat
Kéncéng
Bubur
cendol
Ikan asin
Rendang
Jagong
Jeruk
Kacang
Intip (jawa)
Karupuk
Kupat
Kueh
Kopi
Labu
Lumeung
Madu
Emaman
Buah
. . . . . .
Nangka
Sangu/ kejo
Sangu Basi
Gigih
Nanas
Aren
Sambel
Kuah
Tapai
Tapai dangdeur
Mantang
Akar
Eurih
Regang
Aren
Asem
Awi
Batang
Bawang beureum
Bawang bodas
Winih
Beas
Menir
Waringin
Siki
Buah
Kembang
Cabe
Cabang
Cereme
Dahan
Daun
Huut
Geutah
Injuk
Jarami
Jambu batu
Jambu mede
Kayu
Kalapa
Ketan
Bonteng
Kulit Kayu
Kunir
Rica
Laos
Mandalika
Minyak keletik
Minyak tanah
Remeh/ upa
Pare
Pandan
Paria
Kastela
Jebug
Cau
Tatangkalan
Cabang
Iwung
Rotan
Erosan
Jukut
Sepet
Pati
Saturuy
Sasikat
Batok
Terong
Mantang
Dangdeur
Anjing
Kotok
Dadana
Bibit
Jago
Bedul
Bangke
Bangke
Simeut
Satoa
Buaya
Jangjang
Manuk
Cacing
Cakcak
Buntut
Gagak
Lauk
Angsang
Jalu
Embe
Bangkong
Lalay
Kebu
Meong
Kica-kica
Kupu-kupu
Kuya
Lamat lancah
Laleur
Tawon
Lentah
Monyet
Reungit
Penyu
Rinyuh
Rusa
Jangjang
Sapi
Sireum
Pepet
Sisik
Tanduk
Sihung
Endog
Beurit
Udang
Oray
Hileud
Cai/ banyu
Banjir/ comberan
Cai laut
Banyu urang mateng
Geni
Areng
Arus
Ngebul
Luhur
Awan
Awun-awun/ ngebul
Kulon
Watu
Bara
Sor
Beusi
Besuk
. . . . . .
Bintang pajar
Tonggoh
Bulan
Bulan purnama
Bulan terbit
Sor
Rata
Debu
Di luhur
Di sor
Di pinggir
Kuning ka makah
Ining keneh
Pageto
Kamari
Kampong
Emas
Cai ibun
Opat poe kahareup
Opat poe katukang
Fajar
Uyah
Gerhana
Tonggoh
Gelap
Poe
Hujan
Leuweung
Ieu
Eta
Jalan
Gang
Jurang
Kabut
Katuhu
Kamari
Geledeg
Sawah/ kebon
Lahar
Langit
Laut
Bukit
. . . . . .
. . . . . .
Peuting
Mata cai
Mata poe
Reueuk
. . . . . .
Muara Cai
Usum Hujan
Musim panas
Ombak
Caang
Isuk
Subuh
Basisir
Basisir
Kuwung
Sawah
Sakeudeung
Sonten
Susukan
Taneuh
Tahun
Jurang
. . . . . .
Tilu poe deui
Tilu poe nu enggeus
Ladeuh
Elor
Hudang
Gugah bobo
Gagawe/ magawe Ngising
Ngagoler
Ngomong
Ngaharewos
Ngojay
Bergerak
Mapah/lempang
Nagog
Gullet
Pasea
Kekembang
Ngagedean
Lumpat
Ngiduh
Ulin
Ambeukan
Berobah
Ubar
Susuitan
Nanyakeun
Papanggih
Ngabongkar
Nyeuseuh
Ngumbah leungeun
Dongkap
Diuk
Sila
Emok
Ngalonjor
gantung
Milu
Inget
Murag
Labuh
Datang
Wiwis
Muak/ halut
Lumpat
Emam/ dahar
Barang emam/ mamarahan
ngalungkeun
Deuleu
Ngalirik
Molotot
Memanah
Masak
Olah
Beuleum
Beuleum
ngagebot
Ngabawa
Ngais
manggul
Ngagendong
Jinjing
ngabawa
Panggul
Suhun
. . . . . .
Bebersih
Mere
Mere nyaho
Ngadengdeng
Buburu
Buburu
Maehan
Nyekel
Peureum
Ngeretan lauk
Ngaragaji
Ngider
Pikasieuneun
Narik
. . . . . .
Neangan
Nyium
Nyium
Ngadengekeun
Nebag
Ngala
Mengalir
Menganyam
Mengapung
Ngagali, ngeduk
Gagaro
Nyeukeulan
Ngegel
Ngegel
Nyikat
Ngitung
Ngehirupkeun
Nyikat
Nalian
Nalian
Bebed
Di pincak
Jingjlong
Ngedot
ngotor
nguburkeun
Di balikan
Diusap
Menusuk
. . . . ..
Menusuk
Menusuk
Menusuk
Niup
Niru
Ngajait
More
Ngebut
Nitah
Nyusuan
Ngagodog
Pepelakan
Ngimpi
Nginum
Utah
Ngala
Milih
. . . . . .
Muter
Cabak
Nagkeup
Silulup
Di cabak
Di teundeun
Di tabur
Nambah
Ceurik
Teungkureup
Hiber
Seuri
Sare/ bobo
nukar
Tuduh
Tueun
Nojos
Urut
Usap
Hanyir
Aseum
Galak
Bagus
Banyak
Anyar
Baseuh
Bener
Bareuh
Wanian
Beurat
Bersih
Gede
Biru
Bodo
Boros
Gundul
Bunder
Pecak
Geulis
Pinter
Coklat
Deukeut
Tiis
Anyep
Ngenah
Poek
Ngeunah
Gendut
Alus
Suengit
Haus
Hejo
Jauh
Bening
Sugih
Leutik
Bendor
Teuas
Garing
Koret
Beulok
Kosong
Kuat
begang
Lila
Leueur
Lega
Lurus
Isin
Amis
Mujarap
Marah
Beueum
Malarat/ teu boga
Ngora
Pait
Panas
Panjang
Pendek
Pemarah
Perajuk
Bodas
Rajin
Songkol
Handap
Hampang
Sabat
Gearing
Saeutik
Tiis
Leutik
Nyaho
Seubeut
Sieun
Kasep
Kandel
Tengah
Caang
Reuwas
Tenar
Luhur
Jangkung
Ipis
Kolot
Mintul
Tungtung
Ungu
Basi
Batuk
Ceda
Pireu
Sisul
Borok
Lolong
Budeg
Geuring
Gondok
Raheut
Nanah
Ubar
Hapur
Kapaehan
Lieur
Cageur
Torek
Anting-anting
Acuk
Calana
Cangcut
Calana panjang
Kolor
Ali-ali
Geulang
Kongkorong
Kabaya
Peci
Kutang
Beubeur/ babenhog
Samping
. . . . . .
Dalapan
Dalapan belas
Dua
Dua belas
Dua puluh
Dua puluh lima
Opat
Opat Belas
Geuneup
Genep belas
Lima belas
Lima puluh
Sahiji
Sabelas
Sidepa
Sasikut
Sajeungkal
Salapan
Salapan belas
Sapuluh
Saratus
Sarebu
Tilu
Tilu ratus
Sabeungkeutan
Dua beungkeut
Sangga
. . . . . .
. . . . ..
. . . . .
Satengah caeng
Opat caeng
. . . . .
Abah urang
Acukna
Dahar
Irung maneh
Suku Ali
Embe emang
Sirah Amir
Ngomongkeun batur
Ngagogoreng batur
Imah ibi
Imah Paridi
Ali dibere duit ku emang
Maneh meuli naon?
Ari maneh pernah ka Jakarta?
Abah mere duit ka urang sapuluh rebu.
Kumaha cara nyieun tape?
Sabaraha harga madu sabotol geh?
Di lembur euweuh listrik
Maneh dibeulikeun baju ku indung
Maneh rek nyieun imah anyar
Manehna tara datang ka dieu
Poe ieu panas pisan,sigana rek hujan
Hujan nepi sore
Ibu kakara mulang Mataram
Ibu keur dahar
Akang geus jol ti Mataram
Lamun nulungan tong kapalang
Eta embe tereh modar
Iraha maneh rek ka imah kula?
Urang rek meuli baju anyar.
Urang dibere duit ku bapa sapuluh rebu.
Moal datang lamun hujan
Urang dibere duit ku kula
ngalungkeun buah
Saha nu jol tiheula
Emang mere duit ka Ali. Alis
Pundak
Witis
Biwir
Bulu dada
Bulu kelek
Bulu pundak
Bulu
Dada
Daging
Gado
Tarang
Geutih
Careham
Huntu
Bam
Parehol
Nyunggorong
Gusi
Hate
Irung
Jempol
Sumsum
Jajantung
Jenggot
Jariji
Jari manis
Jajangkung
Sikil
Kiong
Kontol
Tumbung
Endak
Tikoro
Kuku
Kulit
Kumis
Tuma
Beuheung
Gajih
Leungeun
Letah
Ciduh
Tuur
Panon
Kikiong
Pepentil
Beungeut
Sungut
Ompong
Otak
Pingping
Silit
Paru-paru
Pelipis
Pelupuk mata
Pinglang/
leungeun
Weuteung
Cangkeng
Panggul
Punduk
Tonggong
Bujal
Buuk
Iga
Sikut
Susu
Leungeun
Dampal suku
Dampal- leungeun
Kuping
Curuk
…….
Tikoro
Awak
Bincurang
Corehan
Tumit
Embun-embunan
Urat
Peujit
ettoh
Ira
Kita
Ita
Ira sakalian
Urang
Lanang
Aran
Dede
Eneng
Teteh
Kakang
Bapa/ mama/ abah
Ibu
Wadoh
Kita
Uwong
Adi
Adi ipar
Adi ipar
Paryad
Bibi
Anak
Putu
Cucu
Ponakan
Bisan
Bisan
Anak kandung
Anak kawalon
Cikal
Bungsu
Bapa
Rama tuh
Ibu toh
Rabi
Bibi
Bibi
Ua
Ua
Adi beuteung
Bibi
Kakang
Kakang
Teteh
Aa gede ua
Ua
Ua
. . . . .
Kaka
Nene
Mertua
Mertua
. . . . . .
Laki rabi
Kakang
Teteh
Adi beuteung
Kakah
Mamang
Mamang
Kakak
Ua
Kakak
Kakak
Minantu
Ua
Ua
Amili
. . . . . .
Tamaran
Ondangan
Ngalayat
Dukun
Bengkong
Paraji
Carik
Nikah
. . . . .
Ngawinkeun
Hajat
Lurah
. . . . . .
Gotong royong
Bilal
Sunatan
Lahir
Babalean
Meuteung
Nguburkeun
Mati
Penghulu
Tongtong
Rujakan
Sisir tanah
. . . . . .
Nyieun bubur
Hateup
Sirap
Suhunan
Saung
Pawon
Bilik
Tembok
Kenten
Buruan
Jandela
Kamar
Kandang
Kandang ktok
Kandang embe
Kandang kebo
Kandang kuda
Kandang dara
. . . . . .
. . . . . .
Lalangitan
Leuit
Pager
Dada tulak
Para
Panyaweran
Lawang
Jimat
Amben
Pipir
Imah
Saung
Bale
Taraje
Tungku
Tihang
Tungku
Bubu
Lisung
. . . . .
Alu
Waluku
Bakul
Boboko
Dipan/dipen
. . . . . .
Angel
Paut
Lelemper
Dayung
Jojodog/ didingklik
Ampul
Gantar
Sisiuk/gayung
Gelas
Ragaji
Jala
Jala
Jarum
Dungkul
Bajak
. . . .
. . . . .
. . . . .
Layer
Lisung
Nyiru
Panah
Useup
Arit
Parudan
Halu
Parahu
Pariuk
Pananggung
Piring
Peso
Sisimbut
Sendok
Rakitan
Pabeasan
Aseupan
. . . . . .
Samak
Iteuk
Kekenceng
Bubur
Cendul
Dendeng
Gule
Jagong
Jeruk
Kacang
Intip
Kurupuk
Kupat
Kue
Kopi
Labuh
Leumeung
Madu
Kadahareun
Buah
Minuman/eueuteun
Nangka
Kejo
Sangu basi
Gigih
Nanas
Tarigu
Sambel
Keukeuseun
Tape ketan
Tape dangdeur
Mantang
Oyod
. . . . .
Godog
Aren
Akum
Piring
Batang
Bawang abang
Putih
Bibit
Beuras
Menir
Waringin
Ijil
Buah
Kembang
Cabe
Cabang
Cereme
Dahan
Godong
Huut/ ndut
Geutah
Injuk
Dami
Jambu watu
Mede
Kayu
Kalapa
Ketan
Bonteng
Kulit kayu
Kunir
Lada
Langkoas
Mandalika
Keletik
Minyak tanah
Remeh
Pare
Pandan
Paria
Kastela
Jebug
Cau
Cabang
Cabang
Iwung
Hae
Kabet/ halaman
Jukut
Sabut
Santen
Turuy
Sisir pisang
Batok
Berong
Dangdeur aci
Dangdeur kayu
Anjing
Ketok
Sasapihan
Danten
Jago
Babi
Bangke iden
Bangke jelema
Simeut
Binatang
Buhaya
Jangsang
Manuk
Cacing
Cakcak
Buntuk
Gagak
Lauk
Asak
Jalu
Mbe
Bangkong
Kalong/ kelong
Kebo
Ucang
Kica-kica
Kupu-kupu
Kuya
Lancah
Laleur
Nyiruan
Lentah
Monyet
Reungit
Kuya
Rinyuh
Manjangan
Jangjang
Sapi
Sireum
Sirip
Sisik
Tandung
Caling
Endog
Beurik
Hurang
Oray
Hileud
Cai
Caah
Cai laut
Cai tawar
Seuneu
Hareung
Arus
Ngebul
Luhur
Awan/mega
Ruhai
Kulon/girang
Batu
Batu sene
Handap
Beusi
Isuk
. . . . . . .
. . . . . . .
Gunung
Bulan
Bulan purnama
Bijil Bulan
Darat
Rata
Abu
Di luhur
Di handap
Di gigir
Di ditu
Di dieu
Pageto
Kamari isuk
Dusun
emas
Ibun
Opat poe kahareup
Opat poe katukang
Fajar
Uyah
Gerhana
Gunung
Gelap/ guludug
Poe
Hujan
Leuweung
Ieu
Itu
Jalan
Gang
Jurang
Halimun
Katuhu
Kamari
Kilat
Kebon
Lahar
Langit
Laut
Pasir
. . . . . .
. . . . . .
Wengi/ peuting
Mata cai
Panon poe
Reueuk
. . . . . .
Muara cai
Usim hujan
Usim halodo
Ombak
Lapang
Isuk
Subuh
Pasisir
Keusik
Kuwung
Sawah
Sakeudeung
Burit
Susukan
Taneuh
Taun
Jurang/gawir
. . . . .
Tilu poe deui
Tilu poe nu enggeus
Ladeuh
Elor
Hudang
Nyaring
Gagawe/ magawe
Ngising
Ngagoler/ ngagojod
Ngomong
Pating kuciwes
Ngojay
Gerak
Leumpang
Nagog
Gelut
Pacekcokan/ pasea
Kekembangan/ mekang
Ngagedean
Lumpah
Nyiduh
Ulin
Ambeukan
Rubah
Ubar
Ngaheot
Nayna
Kapendak/ katimu
Bongkor
Ngaseuh
Kokobok
Datang/ dongkap
Diuk
Sila
Emok
Ngahunjar
Ngagantung/ ngagaot
Milu
Inget
Ragrag
Labuh
Balik
Kiih
Nguak/bekok
Lulumpatan
Dahar
dahar
Marah
Balangeun
Ngadeuleu
Ngalirik
Ngalotot
Manah
Nyangu/ngejo
Ngeukeus
Meuleum
Ngadurukan
Ngagebot
Bawa
Ngelek
Manggul
Jinjing
Suhun
Panggul
Suhun
. . . . . .
. . . . ..
Bebersih
Mere
Mere nyaho
Nyieun dengdeng
Buburu
Buburu
Maehan
Nyepeng
Nyekel
Peureum
Motong
Motong
Menang hadiah
Di puter
Sieun/ nyingsieunan
Narik
Narik
Neangan
Ngambeuan
Nyium
Ngadenge
Nuar tatangkalan
Nyokot daging sakeureut
Ngalir
Nganyam
Ngambang
Ngagali/ macul
Gagaro
Ngeupeul
ngegel
Ngegel
Ngosok
Ngitung
Nyeungeut seuneu
Ngosok huntu
Nalian/ ngabengker
Ngabeungkeut
Ngabebed hulu
Ambrek
Jengke/engkle
Ngambeu
Ngabelokan
Kuburkeun
Ulang
Diusap
Menusuk
. . . . ..
Menusuk
Menusuk
Menusuk
Niup
Niru
Ngajait
Moekeun
Ngebut
Nitah
Nyusuan
Ngagodog
Ngarumpi
Ngimpi
Nginum
Utah
Ngala
Milah
. . . . . .
Muter
Cabak
Ngarangkul
Silulup
Nyabak
Nyimpen
Tamplok
Nambah
Ceurik
Ngadapang
Hiber
Seuri
Hees
Tukarkeun
Nunjuk
Turun
Tusuk/newek
Urut
Usap
Amis
Aseum
Sombong
Bagus
Loba
Anyar
Baseuh
Bener
Bareuh
Wani
Berat
Bersih
Gede
Biru
Bodo
Boros
Gundul
Bunder
Pecak
Geulis
Pinter
Coklat
Deukeut
Cai adem
Cuaca adem
Ngeunah
Poek
Ngeunah
Lintuh
Alus
Seungit
Aus
Hejo
Jauh
Herang
Sugih
Leutik
Kendor
Heuras
Garing
Pelit/koret
Belok
Kosong
Kuat
Kuru
Heubeul
Leueur
Lega
Lempeng
Isin
Amis
Mampuh
Marah
Beureum
Miskin
Ngora
Pait
Panas
Lojor
Pundak
Barangasan
Ngolo
Putih
Rajin
Haweuk
Handap
Enteng
Sabat
Gearing
Saeutik
Tiis
Sempit
Nyaho/ parantos
Seukeut
Sieun
Kasep
Kandel
Tengah
Caang
Kaget
Tenar
Luhur
Jangkung
Ipis
Kolot
Medu
Tungtung
Ungu
Basi
Ngohkoh
Ceda
Pirey
Bisu
Borok
Pecak
Cole
Salesma
Gondok
Raheut
Nanah
Obat
Hapur
Kapaehan
Rieut
Cageur
Torek
Anting-anting
Jamang
Calana
Cangcut
Calana panjang
Calana sepan
Ali
Geulang
Kongkorong
Kabaya
Peci
Kutang
Sabuk
Samping
. . . . . .
Dalapan
Dalapan belas
Dua
Dua belas
Dua puluh
Dua puluh lima
Empat
Empat belas
Enam
Enam belas
Lima belas
Lima puluh
Hiji
Sabelas
Sadeupa
Sasikut
Sajengkal
Salapan
Salapan belas
Sapuluh
Saratus
Sarebu
Tilu
Tilu ratus
Ranggeong
Geugeus
Sangga
. . . . . .
Caeng
. . . . . .
Satengah caeng
Opat caeng
Bapa kula
Jamang si eta
Tangkal kayu
Irung dia
Suku si Ali
Embe emang
Hulu Amir
Ngomongkeun batur
Ngagogoreng batur
Imah bibi
Imah Paridi
Ali dibere duit ku mamang
Naon nu maneh dibeuli?
Maneh pernah ka Jakarta?
Bapa mere duit sapuluh rebu rupiah
Kumaha carana nyieun tapai?
Sabaraha harga madu sabotol?
Iraha maneh leumpang?
Di lembur teu aya listrik
Maneh dibeulikeun baju ku ibu
Maneh arek nyieun imah baru
Maneh tara datang kadieu
Poe ieu panas amat, arek hujan meureun
Hujan turun sampe sore
Embok kakarak datang ti Mataram
Embok keur dahar
Kakang geus datang ti Mataram
Lamun tutulung kajelema ulah tanggung
Embe eta tereh paeh
Iraha maneh datang ka imah urang
Kula arek meuli jamang engke
Kula dibere duit ku bapa sapuluh rebu rupiah
Kula teu jadi dating mun poe hujan
Kula ngalungkeun mangga
Saha nu pangheulana datang, dibere duit
Mamang mere duit ka si Ali. alis
Pundak
bitis
Lambe
Bulu dada
Bulu kelek
Bulu punduk
bulu
dada
daging
Janggut
Batuk
Geutih
Bam
untu
untu
Gingsul
gusi
ati
Cungur
jempol
sumsum
jantung
janggut
jeriji
Sikil
jentik
Peli
Turuk
Ndas
Gogorokan
kuku
kulit
kumis
Tuma
Hulu
gajih
Lengen
ilat
Iduh
Dengkul
Mata
Kengkeong
Susu
Rarai
Cangkem
ompong
otak
Pupu
Silit
Paru-paru
pelipis
Mata
Weuteung
Beubeuyeuh
Boboyoh
geger
Udel
rambut
sikut
Tete
tengen
Talapakan
Kuping
……..
awak
Gagareus
……..
Tungkak
Embun-embun
urat
urat
Toh
Sira
kami
Ira
Dararta
Ira
Lanang
Aran
Orok
Orok
Orok
Orok
Lanang tua
Wadon tua
Wadon
Kita
Wong-wong
adi
adi ipar
adi ipar
Emang
Ende
anak
putu
buyut
ponakan
. . . .. .
. . . . . . .
anak
anak tere
cikal
bungsu
Mama
Mama tua
Ibu tua
Rabi
bibi
bibi
ua
Ende
. . . .. .
. . . . .
kakang
kakang
teteh
Ema gede
Magede
Ibu gede
Ibu gede
kakang
. . . . .
mertua
mertua
. . . . . .
. . . . . ..
. . . . . . .
. . . . . . . .
. . . . . . .
. . . . . . . .
. . . . . . .
. . . . . . .
. . . . . . .
. . . . . . .
. . . . . . .
. . . . . . .
. . . . . . . .
. . . . . . .
. . . . . . .
Teka
Dodog
teka
diuk
Sila
Timpu
Ngalonjor
gantung
melu
Inget
rigel
Tiba
Wangsul
Nyuguh
Ngentut
Ngijig
Mangan
Mamangan
Marah
Nipung
Ngadeleng
Nginjek
Melotot
Manah
ngaliwet
Kekelar
Nunu
Ngaduruk
Ngagelebot
Ngagawa
Dindit
Panggul
Cangking
Ditampah
Dipikul
nyuhun
Diemban
Pikul
Ngabersihi
Nganai
Nganai weruh
Gawe dendeng
ngaburu
ngaburu
mateni
nyekel
merem
nugel iwak
nugel kayu
oleh
Ngaguher
Ngawedikaken
Narik
. . . . . .
Golati
Mambu
nyium
Ngarungu
Nebang
ngajukut sairis
ngalir
Mayem
Nganyam
nggali
ngagaro
ngepel
Ngareugeum
nyokot
nggosok
Koseakan
Ngiut
nyikat
Naleni
Neleuruan
Bebed endas
Ngadeg sikil loro
Ngadeg sikil siji
Ngesot
Ngabeloki
Mendemaken
Balik maning
ngusap
. . . . .
. . . . . .
. . . . . .
. . . . . .
Ngadamu
Tetenian
Ngadomdomi
Meme
nyauri
Ngekor
nyosoni
Ngagodog
Nandur sakeut
Ngimpi
ngumbe
Mutah
Ngembil
pilih
Ngukel
muter
ngaraba
Rangkul
Silulup
Senggol
Dukon
Wutah
Nambah
nangis
Ngadanom
Mabur
Gemayu
Turu
Ngijoli
nunjuk
turun
. .. . . .
. . . . .
. . . . .
Amis
Kelut
. . .. .
Bagus
Wakeh
Anyaran
Teles
Bener
Abuh
Wanten
Boros
. . . . .
Bunder
Picek
Parigel
. . . . .
Soklat
Parek
Adem
Adem
Enak
Peteng
gurih
Lemu
Lembut
Wangi
haus
Ijo
Adoh
Bening
Sugih
Cilik
kendor
Atos
garing
pedit
kotor
Kuat
kuru
Suwe
Lunyu
luas
lurus
Isin
Manis
ampuh
Marah
Abang
Masakat
pait
panas
Dawa
Cendek
Pangus
Ngacin
Putih
rajin
rakus
Endep
Enteng
sabar
Sakit
Adem
Suker
Weruh
Landap
Wedi
kasep
kandel
tengah
padang
Ngajumbul
Duwur
Jangkung
Tipis
Tua
Kentul
Pucuk
Wungu
tua
Watuk
ceda
Bisu
Wuwudan
borok
Picek
Curek
Panas atis
gondok
Tedas
nanah
Obat
panu
Kelenger
Ngelu
Waras
Bantut
anting
Kulambi
Celana
cangcut
Celana dawa
Celanacendek
Ali-ali
gelang
Kalung
kebaya
Peci
Bebenting
Tapi
sarung
Pepelik
Wolu
Wolu las
Roro
Ro las
Rong puluh
Salawe
Papat
Pat belas
Nenem
Nem belas
Limelas
Skeet
Siji
Sawelas
Sadepa
Saronggoh
Sakilan
Sanga
Sangalaras
sepuluh
Satus
sewu
Telu
Telu ngatus
Sagegem
Rong gegem
Salawe gegem
Sapuluh ranggeong
Patang
Bengket
Bapa kita
Kulambi ira
Wit kayu
Cungur ira
Sikil Ali
Wedus
Mamang
Endas Amir
Ngomongkeun wong
Ngeleeleken batur
Umah bibi
Umah Paridi
Ali dinai duit ning mamang
Apa sing ira tuku?
Apakah wong kono wis ning Jakarta?
Bapa nganai picis sepuluh rebu perak
Paremen gawe tape?
Pira harga madu sabotol?
Apabila sira lunga
Ning kampong laka listrik
Sira ditukuaken kulambi ning ibune
Deweke arep ngagawe imah anyar
Ira ora ilok teka marene
Dina iki panas banget, pasti arep udan.
Udan tekan sore
Ibu tembekan balik sing Mataram
Ibu lagi mangan
Kakang wis teka ning Mataram
Lamun ngabantu uwong aja tanggung
Wedus itu arep mati
Kapan sira teka ning umah kita
Engko kita arep tuku kelambi anyar
Kita digain picis ning mama sepuluh rebu perak
Kita ora bias teka namun dia udan
kita ngabebedug buah
Sapa sing teka duit digan picis
Mamang ngacan picis ning Ali Alis
Taktak
Bitis
Biwir
Bulu dada
Bulu kelek
Bulu punduk
Bulu sawan
Dada
daging
Gado
Tarang
Mokla
bam
Huntu
Untu
Gingsul
Gusi
Ati
Irung
Jempol
Sumsum
Jantung
janggut
Jeriji
Suku
cinggir
Kontol
Memek
Hulu
Tikoro
kuku
kulit
kumis
kuar
Beuheung
Gajih
Leungeun
Letah
Ciduh
Tuur
Panon
kengkeongan
Pepentil
Beungeut
Baham
ompong
otak
kempol
Bujur
Paru-paru
pelipis
Talakopan
Leungeun
Beuteung
Cangkeng
Beubeuyeuk
Taktak
tonggong
Bujal
buuk
Iga
Sikut
Susu
Leungeun
Dampal
Talapak
Ceuli
curuk
……
Punduk
Awak
Curang
……
Tungkak
Ubun-ubun
urat
peujit
Tanda
Manehna
Urang
Anjeun
Maraneh
Urang
. . . . .
Nami
Orok
Orok
Orok
Orok
ema
awewe
Abdi
jelma
Adi
Adi beuteung
Adi beuteung
Ende
Bibi
anak
Incu
Buyut
Ponakan
Ponakan
Ponakan
anak
Anak kawalon
Anak pangtuana
Anak pangenom
Bapak
Aki
Nini
Ewe
Bibi
bibi
Ua
Ua
. . . . . .
. . . . . .
Kakang
Kakang
Teteh
Emang
ua
ua
ua
Kakak
Buyut
Mitoha
Mitoha
. . . . . .
Laki rabi
Kakang
Teteh
Adi rabi
Adi laki
Mamang
Mamang
. . . . .
Dulur
Dulur
Dulur
Dulur
Dulur
Dulur
Amil
Mulawari
Panjeur
Kondangan
Ngalayat
Dukun
Bengkong
Paraji
. . . . .
Nikah
. . . . .
Sasanjang
Salametan
Jaro
Sesepuh
Gotong royong
. . . . . .
Sunatan
Ngaharinkeun
Ngajuru meuteung
Ngubur
Paeh
Penghulu
Kaom
Rurujakan
Uduran
. . . . . .
Nayuh
Weulit
Bilik
Katum
Bale
Pawon
Bilik
Tembok
Genteng
Latar
Kandang wedus
Kandang kebo
Kandang jaron
Kandang dara
Lalangitan
Pager
Senta
Belukbukan
Lawang
Karamat
Pilan
Beurekah
Ukah
Gubug
Bale kambang
Anda
Tungku
Sasaka
Kempis
Halu / lisung
Halu
Pacul
Wakul
Ceupon
Amben
Karang ulu
Pacul
Coet
Weulah
Babatu
Wawatang
Cibuk
Ragaji
Eudom
Angkil-angkul
Cacadan
Lisung
Tampan
Waleusan
Gobed
Parud
Alu
Kawali
Jongko
Lading
Kekemul
Lalamban
Padaringan
Capon
Rak padan
Kalasa
Teuteukan
Pendil
Intip
Kupat
Waluh
Lemeng
Papanganan
Buah
Inuman
Ketewel
Sekul
Sekul kambu
Aron
Kanas
Sambel
Jangan
Tape
Tape dangdeur
Mantang
Oyod
Dahan/pang
Asem
Pring
Uid
Bawang abang
Bibit
Beas
Menir
Waring
Ijil
Kembang
Pana
Cereme
Pang
Gudong
Duk
Dami
Jambu batu
Jambu medo
Bonteng
Kunir
Merica
Laos
Nangka walanda
Minyak keletik
Lenga tanah
Upa
Pari
Papare
Geudang/ kastela
Jebuk
Gedang
Uit
Pang
Eubung
Penjalin
Ros
Sukeut
Seupeut
Pati
Satundun pisang
Sakitak
Batok
Euncung
Mantang
Dangdeur
Cameurak
Kotok
Ayam bibit
Jago
Bedul
Babatang
Mayit
Walang
Sato
Baya
Sewiwi
Manuk
Cecek
Buntut
Iwak
Insang
Wedus
Bangkong
Lalawa/cocondot
Kebo
Ucing
Kura
Kakangga
Laleur
Tawon
Lintah
Lamuk
Bulus
Menjangan
Sawiwi
Gegeber
Sungu
Suing
Endog
Brit
Hurang
Ula
Uler
Banyu
Banjir maling
Banyu laut
Banyu asreup
Geni
Areng
Ombak
Bul
Duhur
Mega
Wangwa
Kulon
Watu
Watu gendi
Sor
Wesi
Kesuk
Wintang wuluhu
Fajar
Tonggoh
Bulan lase
Bulan metu
Rata
Awu
Ningduhur
Ning sor
Ning iringan
Ning kana
Ning kene
Kesuke
Wingine
Desa
Awun-awun
Arep teuka
Singwis
Uyah
Graham
Tonggoh
Geledeg
Dina
Udan
Alas
Iki
Ika
Dalan lega
Dalan sempit
Tanngen
Wingi
Kebon
Beungi
Sumber
Sarangenge
Medung
Muara
Usum udan/ rendeng
Halodo/katiga
Isuk
Subuh
Kuwung-kuwung
Sadela
Sore
Kali
Lemah
Pinggir
Wetan
Kidul
Tangi
Tangi turu
Gawe
Ngising
Turu
Ngomong
Babisik
Ngojay
Lunga
Meudeuk
Gelut
Tukar/pasea
Tumbuh
Jadi
Melayu
Ngiduh
Warengan
Ambeukan
Geser
Tatamba
Anyul
Tatakan
Kapendak
Dibubar
Nang ngumbah
Ngumbah tangan
Datang
Diuk
Sila
Emok
Ngalonjol
gantung
Ngiring
Emut
Murag
Geubis/labuh
Balik
Kiih
Hitut
Ngenced
Nuang
Ngemil
Ngambek
Maledog
Ningali
Ngalieuk
Malotot
memanah
Ngaliwet
Nyayur
Meuleum
Ngaduruk runtah
Ngagebot
Mawa
Ngelek
Panggul
Jinjing
Dirampah
Manggul
nyuhun
Diais
Mikul
Mersihan
Mersihan
Masihan terang
Damel dendeng
Ngaburu
ngaburu
Maehan
Nyekel/ nyepeng
Peureum
Motongan lauk
Motongan kayu
Ngabeulit
Nyingsieunan
Ngabesot
Membajak
Neangan/
Nyiar
Ngambeu
nyium
Ngadenge
Nuar
Nyandak sakeureut
ngalir
Ngalir
Ngambang
Ngeduk
Gagaro
Ngeupeul
Ngegel
Dicoco
Ngaluro
Ngetang
Nyeungeut seuneu
Nyikat
Nalian
Bebed
Nincak dua sampean
Nincak suku hiji
Ngisep
Ngotoran
Nguburkeun
Diulang
Ngusap
Nikeup
Niup
Niru
Ngaput
Moe
Nembali
Nitah
Nyusuan
Ngulub
Melak jukut
Ngimpen
Nginum
ongkek
Ngala
Milih
Puter
Ngagarap
Rangkul
Teuleum
Nyenggol
Simpen
Tabur/bahe
Nambih
Ceurik
Ngadapang
Hiber
Seuri
Sare
Nukeurkeun
nunjuk
Mudun/turun
Nojos
Urut
Usap
Hanyir
Haseum
Sombong
Sae/alus
Seueur
Anyar
Baseuh
Leres
Bareuh
Ludeung
Abot/beurat
Bersih
Gede/ageung
Biru
Bodo/belet
Boros
Botak
Buleud
Pecak
Geulis
Calakan
Coklat
Deukeut
Tiis
Tiis
Ngenah/raos
Poek
Gurih
Lintuh
Halus
Seungit
Haus
Hejo
Jauh/tebih
Herang
Beunghar
Leutik alit
Kendor
Teuas
Garing
Pelit/pedit
Belok/kotor
Kosong
Kiat
Kuru
Lila
Leueur
Luas
Lempeng
Era
Amis
Manjur
Ambek
Beureum
Miskin
Anom/ngora
Pahit/pait
Panas
Panjang
Pendek
Galak
Tukang kayu
Bodas
Rajin
Mak-mak
Handap
Hampang
Sabar
Gearing
Saemet
Tiis
Sempit
Terang/ nyaho
Seukeut
Sieun
Kasep
Kandel
Tengah
Caang
Reuwas
Tenar
Luhur
Jangkung
Ipis
Sepuh
Mintul
Tungtung
Bungur
Kawak
Batuk
Ceda
Pireu
Sisul
Borok
Pecak
Conge
Muriang
Gondok
Raheut
Nanah
Ubar
Panu
Teu sadar
Tieur
Cageur
Torek
Anting
Acuk/anggoan
Lancingan
Cangcut
Calana panjang
Calanapendek
Cincin
Geulang
Kongkorong
Kabaya
Kopeah
Kutang
Beubeur
Sarung
Pelik
Dalapan
Dalapan belas
Dua
Dua belas
Dua puluh
Dua lima
Opat
Opat belas
Genep
Genep belas
Lima belas
Lima puluh
Hiji
Sabelas
Sadepa
Sahasta
Sajeungkal
Salapan
Salapan belas
Sapuluh
Saratus
Sarebu
Tilu
Tilu ratus
Sakeupeul
Dua keupeul
25 keupeul
Saranggeong
Opat beungkeut
Saton
Sapuluh ton
Nama abdi
Acuk maneh
Tangkal kayu
Irung maneh
Suku Ali
Embe emang
Sirah Amir
Ngomongkeun batur
Ngagogoreng batur
Imah bibi
Imah Paridi
Ali dibere duit ku mamang
Naon nu di beuli ku maneh?
Naon maneh geus ka Jakarta?
Bapa masihan artos sapuluh rebu rupiah
Kumaha carana nyieun peuyeum?
Sabaraha harga madu sabotol?
Lamun maneh indit?
Di lembur teu aya listrik
Maneh dibelikeun baju ku indung
Maneh rek dijieunkeun imah anyar
Maneh teu ilok dating kadieu
Poe ieu halodo tarik, mungkin rek turun hujan
Hujan turun nepika sore
Ibu nembe dongkap ti Mataram
Ibu nuju tuang
Akang tos dongkap ti Mataram
Lamun ngabantos ulah tanggung-tanggung
Embe eta ampir paeh
Iraha maneh rek dongkap ka bumi abdi
Engkin abdi bade meser acuk sae
Abdi dipasihan artos ku rama sapuluh rebu rupiah
Abdi te tiasa dongkap mun turun hujan
Abi nampuk buah
Saha nu dongkap tiheula di pasihan artos
Mamang masihan artos ka Ali
BAB 6
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah kami laksanakan, maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat beberapa persamaan dan perbedaan, baik dalam tataran fonologi, morfologi, leksikon, maupun sintaksis. Namun, dalam penelitian ini kami titik beratkan pada analisis perbedaan leksikon bahasa Sunda dari tiga daerah penelitian yang meliputi: desa Padarincang, Ciomas dan Citasuk kecamatan Padarincang. Dari 843 kosakata dasar swadesh yang kami pupu dari pembahan pada setiap daerah, kami memperoleh 603 perbedaan leksikon, dan 240 buah leksikon yang sama pada tiga daerah penelitian tersebut. Namun, salah satu dari tiga daerah penelitian tersebut yaitu desa Citasuk pada kesehariannya masyarakatnya bilingualisme. Sebab di daerah tersebut berkembang dua bahasa daerah, yaitu bahasa Sunda dan bahasa Jawa, dialek Banten.
Bentuk pemetaan bahasa Sunda dialek Serang di daerah yang kami teliti menunjukkan adanya persamaan dan perbedaan. Persamaan tersebut meliputi seluruh wilayah penelitian, maupun sebagian. Begitu pun dengan perbedaan yang terjadi. Ada yang meliputi seluruh daerah atau dengan kata lain setiap desa memiliki leksikon atas referennya masing-masing. Ada pula perbedaan yang hanya meliputi dua daerah saja. Terlebih lagi pada desa Citasuk yang memiliki dua atau lebih leksikon dalam satu referen, sebab di daerah tersebut bahasa Sunda dan bahasa Jawa dialek Serang sama-sama berkembang dan mendominasi. Dari hasil perhitungan statistik menggunakan dialektometri, kami menyimpulkan bahwa perbedaan yang terjadi terdapat dalam tataran dialek.
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, Chaedar. 1985. Berbagai Mazhab dan Dikotomi Teori Linguistik. Bandung, Angkasa.
Ayatrohaedi, 1983. Dialektologi Sebuah Pengantar. Jakarta, Depdikbud.
LBSS. 1990. Kamus Umum Bahasa Sunda. Bandung, Tarate.
Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis; Sebuah Pengantar. Jogjakarta, UGM Press.
Yos Fernandez, Inyo. 1994. Dialektologi Sinkronis dan Diakronis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar